[special chapter] dia

7.6K 1.3K 206
                                    

Tujuh gelas ice caramel mocha itu ia letakkan di atas meja dengan begitu pelan, tatapan mata pemuda itu kosong, pikirannya terus melayang pada kejadian di coffee shop seminggu yang lalu.

"Kamu udah bolak-bolak ke coffee shop itu selama seminggu penuh," Junior mengambil satu gelas ice caramel mocha.

Jackson melemparkan bantal berbentuk hati ke kepala pemuda itu. "Bodoh! Harusnya waktu pertama kali ketemu, kamu harus langsung nyapa dia!"

"Otak dia kan gak ada isinya," Mark menimpali usai menyesap ice caramel mocha miliknya.

"Aku tuh bingung!" pemuda itu akhirnya bersuara. "Bayangin aja, tiba-tiba dia muncul di depan mataku! Tapi masa sih, gak mengenalku!"

"Terus, aku juga kaget, kaget kenapa dia bisa ada di sini," lanjut Bambam.

Bantal lain melayang mengenai kepala Bambam, kali ini dari Youngjae. "Kamu itu bodoh atau apa? Dia salah satu YG trainee!"

"Dia tidak mengenalmu karena kamu itu memakai masker dan kamu sudah tinggi sekarang, bukan bocah pendek yang dia kenal dulu," timpal Junior.

Bambam terdiam, memikirkan apa yang dikatakan para member lain. Mungkin memang benar, Lisa tak dapat mengenalinya secara langsung.

Ada kesedihan yang menyelimuti hatinya. Namun tiba-tiba saja senyum pemuda itu mengembang kala teringat sesuatu. "KAK JUNIOR!"

"Uhuk, uhuk," Junior tersedak karena kaget langsung menjauhkan minumannya, Jaebum yang duduk di dekat Junior langsung menepuk-nepuk punggung Junior.

"Apa?! Jangan ngagetin!"

Senyum Bambam semakin cerah. "Kakak bilang tadi, aku udah tinggi?"

Junior mengacak rambutnya frustrasi, saat mendengar pertanyaan tak bermutu yang sampai-sampai membuatnya harus tersedak dulu tadi. "Ya kamu pikir aja sendiri!"

Pikiran Bambam langsung melayang jauh saat itu juga, membawanya ke masa bertahun-tahun lalu. Pada perbincangan dua bocah polos di suatu taman bermain.

Perbincangan polos yang sebenarnya tidak begitu penting, diam-diam menjelma menjadi suatu janji masa kecil yang diingat oleh Bambam sampai kapanpun.

***

"Lisa, kalau sudah dewasa nanti, mau punya pacar sepertiku tidak?" bocah lelaki dengan rambut dengan gaya semacam harajuku itu bertanya pada gadis di sebelahnya.

Gadis itu menoleh, tanpa ragu langsung menggeleng. "Bambam kamu tuh baik, tapi Lisa mau punya pacar yang tinggi."

Tangan gadis itu mengukur-ukur ke udara, membuat tangannya menjadi lebih tinggi dari dirinya sendiri. "Segini, yang tingginya segini!"

Tampak senyum sedih pada wajah sang bocah lelaki. "Lisa!"

"Iya?"

"Nanti, suatu saat, Bambam akan jadi setinggi itu," kali ini ia menunjukkan senyuman yang lebih baik.

"Kalau aku udah tinggi, aku yang jadi pacar Lisa kan?"

Gadis itu membalas senyuman  Bambam dan mengangguk-angguk. "Iya, Bambam yang jadi pacar Lisa."

Senyum malu-malu muncul pada wajah Lisa. Senyum yang mengundang Bambam untuk ikut tersenyum pula.

***

Dari Lisa, Untuk BambamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang