Chapter 10

4.7K 330 11
                                    

Fuhhh, kemah berakhir. Hari ini kita balik ke kota tercinta. Hm, kemah kali ini gue dapat dua kali musibah ya. Tapi, dari dua musibah itu, Bimo orang yang ngeselin, malah yang nolongin gue. Gatau deh gue jadi bingung. Hari-hari belakangan ini gue jadi suka deg-degan tapi suka dekat dengan Bimo. Walaupun dia tetep jutek, tapi gue udah nemuin kehangatan dia, berarti dia gak sedingin yang gue fikir, buktinya dia bisa hangat waktu nenangin gue pas ketakutan. Hm, gue gak ngerti sih sama perasaan gue, tapi kayaknya...gue suka deh sama dia. Eh! Ya ampun, gue mikir apaan sih.

"Nina, udah belum siap-siapnya?" tanya Fero, membuyarkan lamunan gue tentang Bimo.

"Eh, iya Kak. Udah kok." jawab gue.

Tiba-tiba Bimo menghampiri gue dan dia mengambil alih tas yang gue pegang, "Biar gue yang bawa. Lo masuk mobil sana." ujarnya sambil melangkah pergi ke bagasi.

Gue masih nganga ditempat. Kenapa gue ngerasa Bimo sekarang agak berubah ya sama gue? Dia lebih hangat dan gentle. Gue menelan ludah gue sendiri, gue takut, gimana kalau gue jatuh cinta sama dia?

"Ngapain masih bengong disini?" Bimo membuyarkan lamunan gue.

Gue mengatupkan mulut gue yang masih nganga, dan gue jadi salah tingkah. "Eh, anu. Gue, gue masih gak rela ninggalin tempat ini." alibi gue.

Bimo berdecak, "Alay lo." ketusnya.

Gue nyengir. Lah? Kenapa gue gak kesel ya diketusin gitu sama dia? Gue malahan seneng coba. Aneh bin ajaib nih. Kayaknya gue beneran naksir nih sama tuh orang. Ya ampuuuuun!

Tin! Tin!

Klakson mobil membuyarkan lamunan gue. Lah? Si Bimo udah ada didalam mobil aja, kapan masuknya? Perasaan tadi dia didepan gue. Gue buru-buru masuk mobil, duduk didepan lagi bareng Bimo. Biasanya gue malas, tapi kali ini gue gak nolak sama sekali.

ooo

Seseorang menutup mata gue dari belakang. Siapa nih? Gue lagi duduk ditaman, tiba-tiba ada yang nutup mata gue. Gue mencoba melepaskan tangan itu, namun tangan itu terlalu kuat.

"Siapa nih?"

Seseorang yang menutup mata gue berdehem. Gue seperti tak asing dengan deheman itu, dan itu membuat gue deg-degan.

"Eh siapa sih?"

"Tebak dong." ujarnya.

Gue kenal banget sama suara ini. Bimo?

"Elo ya Bemo?"

Orang tersebut melepas tangannya dari mata gue, dan dia duduk disamping gue. Benar saja, itu Bimo.

"Hai kare ayam." sapanya dengan senyuman manis yang sudah didefinisikan, pokoknya bikin gue deg-degan deh.

"Hai juga Bemo butut." balas gue.

"Ngapain lo sendirian disini? Mikirin gue ya?" ledeknya. Kok dia gak dingin lagi ya?

Gue manyun, "Kepedean!"

"Gue punya sesuatu buat lo." ujar Bimo.

Gue berdehem, "Apaan?"

Bimo mengeluarkan sebuah bucket bunga warna-warni yang dari tadi ia sembunyikan dibelakang punggungnya. Gila, bagus banget.

Gue menerimanya, "Buat gue nih beneran?"

Bimo mengangguk sambil tersenyum.

Gue berdehem sambil mengerutkan dahi, "Tapi...dalam rangka apa? Gue kan belum ulang tahun." ujar gue.

"Bukan. Ini bukan hadiah ulang tahun." ujar Bimo.

"Terus?"

"Ini bukti cinta gue sama lo." ujarnya.

Gue langsung nganga, sumpah, apaan ini. Bimo cinta sama gue? Tapi-tapi....gue gak percaya. Apa jangan-jangan dia cuma bohongan lagi? Cuma ngerjain gue? Iya nih pasti ngerjain gue.

"Gak lucu banget lo." ujar gue sambil tertawa kecil.

Bimo menatap gue, lalu ia meraih tangan gue, dan ia menggenggam tangan gue. Gue menelan ludah, parah ini bikin gue salah tingkah. "I am seriously. I love you." ujarnya, berhasil membuat gue nganga, dan jantung gue semakin berdebar kencang. Gue yakin pipi gue udah merah nih.

Gue gak berani natap matanya lama-lama, gue sesekali mengalihkan tatapan gue. Abisnya tatapan dia tuh ya bikin gue sesak nafas. Gue hanya diam, gue gak tau gue harus bilang apa. Ya ampuuun, gue..gue juga cinta sama dia.

"Lo gak bales perkataan gue?" tanya Bimo.

Gue gelagapan, hm, apa? Gue gak paham. "Yang mana?" tanya gue.

Bimo tersenyum, "I love you."

Gue makin dibikin sesak nafas, Bim, udahan lah, gue malas nih, lo mau bunuh gue pelan-pelan kali ya?

"Hei, masih gak denger? Ok, gue ulang ya. I love you, Karenina Shalum."

Gue tersenyum. Tapi, bibir gue masih susah buat balas perkataan Bimo.

Bimo manyun, "Gak balas juga? Ok." dia berdiri lalu ia berteriak dengan sangat kencang. "KARENINA SHALUMMM! GUE CINTA SAMA LO! I LOVE YOU KARENINA! I LOVE YOU! GUE CINTA SAMA LO! I LOVE---"

Gue langsung berdiri dan menutup mulut Bimo, "I love you, too." balas gue akhirnya. Dan gue langsung berjalan pergi.

"Apa? Gue gak denger!" teriak Bimo.

"BODO!" Teriak gue.

"I LOVE YOU, KARENINA!" Teriak Bimo lagi.

Gue bergidik sambil tersenyum geli, gue menoleh sambil berjalan, dan...

GDEBUK!

Awww! Sakit banget. Gue meringis sambil merem, dan gue mengelus-elus jidat gue.

Gue membuka mata, dan whatttt? Kok gue ada dikamar? Masih pakai baju tidur pula. Bukannya gue tadi ditaman, sama Bim....apa jangan-jangan tadi cuma mimpi? Aelah, kenapa sih cuma mimpi. Duh, mana jidat gue sakit banget lagi. Kejedot apaan ya gue, wah kayaknya sih meja belajar nih. Ck, kenapa gue kesel ya pas sadar kalau tadi cuma mimpi? Kenapa gue berharap itu beneran? Ah tau ah, gue rasa gue udah gila.

=================================

Thanks for reading Don't forget to vote, comment, and follow my wattpad account: buterabieberstories

Thank you

HE'S COOLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang