Chapter 16

4.3K 294 1
                                    

Gue berjalan dengan dirangkul Silla yang masih terus menenangkan gue. Silla membatalkan jadwal jalannya bersama Fero karena dia mau menemani gue saat ini. Ya, dia memang sahabat yang selalu ada dan siap sedia.

Tiba-tiba Bimo berdiri dihadapan gue sama Silla. Gue langsung balik badan. Bimo kembali berdiri dihadapan gue. Akhirnya gue hanya berdecak sebal dengan menahan emosi gue yang hampir mencapai puncak.

"Nin, lo abis nangis?" tanya Bimo.

Gue membuang muka.

"Udah Bim, mendingan lo pergi aja dari sini. Gara-gara lo sahabat gue jadi serapuh ini! Lo tuh keterlaluan ya, Bim. Gue gak nyangka kalau lo sejahat itu!" ujar Silla dengan emosi.

Bimo mengerutkan dahi, "Apaan sih lo Sill? Kok gara-gara gue? Emang gue ngapain?"

Silla mengambil ponsel gue disakunya, memang semenjak kejadian tadi, Silla yang menyimpan ponsel gue. Dia membuka pesan dari Clarissa dan menampilkan video yang Clarissa kirim, "Nih lo liat sendiri!"

Bimo merebut ponsel gue dan dia melihat video itu sambil menganga. Gue masih membuang muka dan sekarang gue kembali menangis. Gila, kalau ingat kata-kata Bimo itu ya hati gue sakit banget. Pokoknya gue sakit hati banget, gue udah sabar selama ini ngehadapin dinginnya dia, tapi gue gak bisa kalau dilecehin gini sama dia.

Bimo gelagapan, "I-ini.. Clarissa rese banget. Nin, g-gue---"

Gue merebut ponsel gue dari tangan Bimo, gue menelan ludah gue sendiri. "Udah Bim, gue gak butuh penjelasan lo, hati gue udah terlalu sakit Bim. Gue sadar, gue gak pantes buat lo yang PERFECT! Apasih yaelah gue mah, kayak yang lo bilang kan, pecicilan, alay, norak. Lo lebih cocok sama Clarissa deh, kalian pas, sama-sama belagu! Mulai sekarang gue mau kita putus!" ujar gue lalu menarik Silla untuk pergi dari sana.

Gue mendengar Bimo memanggil-manggil nama gue, whatever! Gue gak mau denger apapun dari mulut seorang KING DRAMA.

ooo

Gue dan Silla sedang duduk diruang tamu rumah gue, sedaritadi gue hanya bisa menangis dan merutuki kebodohan gue. Silla sampai dibuat bingung dengan keadaan gue. Dia terus-terusan menenangkan gue sedaritadi.

Tingneng!

Bel rumah berbunyi.

"Biar gue yang buka ya." ujar Silla.

Gue mengangguk dan Silla pun pergi membuka pintu. Ternyata yang datang adalah Fero, Silla menyuruhnya duduk.

"Nih, gara-gara adik lo nih Nina jadi kayak gini, gue tuh gak habis fikir ya, adik lo tuh terbuat dari apa sih, Fero Satria?" dengus Silla.

Fero berdecak dan menyandarkan punggungnya pada sandaran sofa.

Silla menatap Fero sinis, "Atau jangan-jangan lo juga cuma cinta bohongan ya sama gue?!"

"Eh-eh! Mana ada!" Fero langsung mengelak. "Gue mah cinta beneran yang sama lo. Gue juga gak habis fikir kenapa si Bimo tega-teganya ngelakuin hal itu sama Nina. Gue juga udah marahin dia habis-habisan!" jelas Fero.

"Terus-terus? Gimana reaksi si Bimo? Tetep gak merasa bersalah?" tanya Silla.

Fero mengangkat bahunya, "Dia diem aja, gatau deh dia denger apa yang gue omong atau engga."

"Udah-udah, ngapain sih ngomongin dia." ujar gue sambil berdiri, gue menepis airmata yang tersisa dipipi gue. "Gue mau istirahat dulu, Kak Fero, kalau butuh apa-apa minta sama Silla aja ya, gue tinggal dulu." sambung gue, dan melangkah pergi ke kamar.

ooo

Gue sedang duduk sendirian ditaman. Gue sebenernya gamau lagi menangisi orang jahat itu, tapi.....gue gak ngerti kenapa airmata gak bisa berhenti turun, dan sakit dihati gue gak kunjung hilang. Gue masih ngerasa bodoh! Mencintai orang jahat kayak dia? Itu adalah kesalahan terbesar seumur hidup gue. GUE BENCI BIMO!!! BENCI!!!

Tiba-tiba orang yang membuat hati gue sakit itu datang dihadapan gue. Gue langsung emosi, dan ingin beranjak pergi dari sana. Namun, gue merasakan ada tangan yang menahan lengan gue, gue yakin itu Bimo.

Gue berbalik badan, menghadapi orang yang bahkan gue malas menyebut namanya, "Lepasin tangan gue." gue masih menahan emosi, namun gue gak bisa menahan airmata, damn! Kenapa gue harus terlihat lemah sih didepan orang ini?

Orang itu melepas tangan gue dengan perlahan, "Gue cuma mau minta maaf." ujarnya.

Gue tertawa garing, "Gue gak salah denger? Orang se-JAHAT elo bilang 'MAAF'?" Gue bertepuk tangan bermaksud menyindir orang itu. "Hebat! Hebat banget! Gue salut sama skenario yang lo buat. Awalnya lo dingin sama gue dan sengaja bikin gue penasaran, dan disaat gue udah jatuh cinta sama lo, lo nembak gue. Dan lo pacaran dengan perasaan yang palsu sama gue, dan ketika gue udah tau drama lo, lo dengan gampang bilang maaf." ujar gue, lalu gue tersenyum miring. "Salut! Habis ini, drama apa lagi yang akan lo buat?" tanya gue sekaligus menyindir. Sumpah, gue ngomong kayak gitu tuh penuh keberanian, pasalnya, gue harus nahan lagi sakit yang ada dihati gue setiap kali gue mengingat hal menyakitkan itu.

Bimo menelan ludahnya, ia mengangguk-angguk sambil tersenyum tipis. "Gue tau, gue gak pantes dapet maaf dari lo." ujarnya.

"YA! Bagus kalau lo sadar."

Gue meninggalkan Bimo disana, gue memegangi dada gue yang terasa sangat sakit. Why? Kenapa harus seberat ini? Kenapa kisah asmara gue seribet ini? Gue masih anak SMA tapi gue udah ngerasain sakit hati yang dalam banget kayak gini. Oh my God! Help me...

=================================

Thanks for reading Don't forget to vote, comment, and follow my wattpad account: buterabieberstories

Thank you

HE'S COOLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang