Chapter 2

8.3K 441 9
                                    

Ketika gue dan Silla lagi asik-asik ngobrol, kakak-kakak OSIS yang gemesin minta dicakar pada masuk ke dalam kelas. Gatau apa kita lagi asik ngobrol. Tau gak kita lagi ngobrolin apaan? Ngobrolin anak cowok yang duduknya dibelakang gue yang mukanya datar banget, udah gitu tadi gue sama Silla nyapa gak digubris coba, belagu banget kan? Terus juga tampangnya daritadi gak ada senyum-senyumnya, irit senyum banget dah kayaknya itu orang.

"Ok, sekarang kita kenalan dulu ya! Perkenalkan nama kakak Clarissa dan ini rekan kakak namanya Kak Jona. Sekarang perkenalkan diri kalian masing-masing. Di kursi masing-masing aja ya tapi berdiri, dimulai dari depan kanan." ujar Kak Clarissa.

Ya sesi kenalan pun dimulai dengan metode estafet. Setelah beberapa saat, akhirnya tiba juga giliran gue.

"Perkenalkan, saya Karenina Shalum. Saya dari SMP Matahari 01." ujarku.

Sekarang giliran Silla. "Perkenalkan saya Silla Chantika dari SMP Matahari 01."

Sekarang giliran si muka datar, "Saya Bimo Satria, dari SMP Ganesha."

Oh jadi nama dia Bemo? Eh, Bimo? Akhirnya dia ngomong juga, tadinya gue khawatir dia gagap. Bukannya buruk sangka, dia sendiri yang bikin gue mikir kayak gitu kan.

"Ok, sekarang waktunya pemilihan pengurus kelas. Kakak yang tentuin ya! Kakak pilih ketua kelasnya kamu ya!" ujar Kak Rissa sambil menunjuk si Bemo. Upsi, maksudnya Bimo.

Si Bimo cuma mengerutkan dahi aja. Mungkin dia bingung kali, karena dia diem aja tau-tau dipilih. Kayaknya sih, menurut gue alasan Clarissa itu karena dia naksir deh sama si muka datar. Kelihatan sih dari mukanya, hm, emang sih si muka datar tuh ganteng kalau diliat-liat.

"Iya kamu, Bimo Satria." Clarissa memperjelas ucapannya.

"Saya gak mau, Kak." tolak Bimo dengan dingin.

"Sorry, tapi ini bukan pilihan, ini perintah. Ok?"

Bimo pun hanya bisa pasrah, dan yang gue fikirin, orang cuek kayak dia emang bisa ngatur kelas? Gak yakin deh gue.

"Ok, wakil ketua kelasnya...."

Blablabla, semua sudah terpilih, dan lo tau apa? Gue kebagian jadi bendahara. Kenapa harus gue coba? Mungkin karena gue bawel kali ya? Jadi cocok kalau nagih uang kas. Eh? Gue kalem kok kalem.

Well, akhirnya acara mabis hari ini selesai juga. Gue sama Silla pun buru-buru ke parkiran. Kita tuh dari tadi udah ngebet banget pengen pulang.

ooo

Skip!

Skip!

Skip!

Masa mabis selama enam haripun sudah terlewati, saatnya menjadi manusia normal lagi. Yeay!

Tetep sih gue nebeng sama Silla. Mungkin selamanya wkwk.

Gue sama Silla masuk kelas dan pas dipintu gue tabrakan sama si muka datar, sumpah nih gak pake bohong, selama masa mabis gue gak pernah sekalipun ngobrol sama orang itu, sedangkan gue sama yang lain udah lumayan akrab.

"Kalau jalan pake mata." ujar Bimo lalu nyelonong gitu aja.

"EH DIMANA-MANA KALAU JALAN PAKE KAKI!" Teriak gue, sengaja biar dia denger. Ngeselin tuh anak lama-lama.

Gue dan Silla pun masuk ke dalam kelas.

Ketika si ketua kelas ketus masuk kembali, dia menghampiri gue gitu. Mau ngapain ya? Minta maaf kali ya? Kali-kali aja dia berubah fikiran. Bagus deh kalau gitu.

"Eh, siapa nama lo? Kare ayam?"

Silla langsung tertawa ngakak ketika mendengan Bimo menyebutku dengan panggilan 'Kare ayam'. Gue kira dia punya niatan baik, eh taunya malah makin ngeselin.

"KA-RE-NI-NA! Please gausah ganti-ganti."

"Ya whatever lah siapa nama lo, tadi Bu Saskia nyuruh gue bilangin ke bendahara buat minta uang patungan buat beli peralatan kelas." ujar si ketus. Btw Bu Saskia itu wali kelas kita.

"Berapa patungannya?"

"Lima ribu aja."

Gue langsung melengos dan berdiri didepan kelas.

"Ok class, ada perintah dari Bu Saskia, katanya kita disuruh beli peralatan kelas. Jadi kita patungan ya goceng-goceng!" ujar gue dengan suara lengkingan.

Gue pun keliling kelas untuk meminta uang patungan, dan akhirnya terkumpul uang sejumlah 150 ribu, karena murid dikelas ini ada 30 orang. Gue menghampiri si ketus dan memberikan uang tersebut.

"Ngapain dikasih ke gue?" tanyanya dengan dingin. Hm, untung gue orangnya penyabar ya, kalau enggak udah gue getok nih orang.

"Terus kasih siapa dong?" tanya gue.

"Ya lo pegang lah! Lo beli tuh penghapus papan tulis, spidol, kemoceng, taplak meja, dan sebagainya!"

Buset, enak banget ya nyuruh? "Kok gue? Eh, tugas bendahara itu cuma nagihin uang dan nyimpen uang ya, bukan disuruh belanja gituan! Lo aja sana yang beli!"

"Tugas ketua kelas juga cuma mengkoordinir kelas!"

Gue memutar bola mata dan berdecak, "Terus siapa yang beli?"

"Lo."

"Eh, enak aja lo. Gamau! Ok gini deh, biar adil, yang beli kita berdua! Gimana?"

Si ketus langsung mengernyit, "Ogah." tolaknya mentah-mentah. Wtf!

"Ok, gue sih gak masalah ya, nih pokoknya gue udah nagihin uangnya, gue udah laksanain tugas gue!" gue menaruh uang itu diatas mejanya. "Terserah lo aja deh sekarang, gue sih udah niat baik mau nemenin lo beli peralatan kelas, tapi kalau lo maunya beli sendiri sih gapapa. Toh, lo kan yang di amanahin sama Bu Saskia. Bukan urusan gue juga." sambung gue lalu duduk dibangku gue.

Si ketus terdiam cukup lama, namun akhirnya ia berbicara, "Eh kare ayam, pulang sekolah kita beli tuh peralatan sekolah!"

Gue menoleh, "Tadi lo manggil gue apa? Gak jadi ah, gue gamau nemenin lo belanja."

Bimo berdecak, sedangkan gue tertawa dalam hati. Kapan lagi coba bisa ngerjain cowok ketus, dingin, aneh kayak dia? Wkwk.

"Sorry, Karenina." ujarnya dingin.

Gue tersenyum miring.

"Sill, nanti lo balik duluan aja ya."

"Sip."

Gue sih percaya si Bimo pasti bakalan mau belanja itu sama gue, karena mana mungkin dia mau belanja peralatan begituan sendirian? Secara kan dia cowok. Mau ditaro dimana muka dia didepan abang-abang tukang taplak meja? Wkwk.

=================================

Thanks for reading Don't forget to vote, comment, and follow my wattpad account: buterabieberstories

Thank you

HE'S COOLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang