Chapter 13

4.3K 298 5
                                    

1 Tahun kemudian.

Gue sekarang udah kelas dua belas, dan kelas gak diacak lagi. Gue tetep sekelas sama Silla, tapi gak sekelas sama Bimo. Hmmm ngomong-ngomong soal Bimo, belakangan ini dia mulai mencair dikit sama gue, dikit ya dikit banget. Dia masih tetep dingin. Tapi seengganya dia mau ngobrol sam gue. Gue juga sering jalan bareng dia, tapi sama Silla dan Fero juga sih. Fero ngajak Bimo, Silla ngajak gue, jadi bukan gue sama Bimo yang janjian. Hehe, gak apa-apalah, kemajuan dikit.

Ok.

Sekarang gue lagi jalan dikoridor sekolah dan gue ngeliat ada Bimo ditaman sekolah. Gue berlarian menghampiri Bimo, dan gue mengendap-endap dibelakangnya dan...

DARRR!

Lah si Bimo kok gak kaget.

"Bim, kok gak kaget sih? Gak asik ah." ujar gue sambil duduk disebelah Bimo.

"Gak asik tapi lo suka kan?"

Whattt? Itu tadi dia bilang apa? Dia bercanda atau dia tahu kalau gue suka sama dia? Gue tertawa renyah, "Haha, apaan sih lo."

Bimo memposisikan tubuhnya agar berhadapan dengan gue, dia menatap mata gue lekat-lekat dan menguncinya, membuat gue tak bisa lepas dari tatapannya.

Sumpah, gue deg-degan parah! Ini gue mau pinsan deh rasanya.

"Lo cinta kan sama gue?"

What? Bim, lo gak salah nanya kayak gitu? Astaga. Itu pertanyaan? Tapi menurut gue itu pernyataan.

"Tanpa lo jawab gue tau jawabannya iya." ujar Bimo.

Gue mengerutkan dahi gue, "Kok lo sok tahu sih." ujar gue sambil manyun.

"Lo gak usah alibi, gimana kalau kita pacaran?"

DEG!

Apa? Pacaran? Gue gak salah denger. Maksudnya tadi si Bimo nembak gue gitu?

"Bim, ini maksudnya lo nembak gue?" tanya gue sambil nganga gak percaya.

"Terserah apa sebutannya, nembak kek apa kek, intinya lo setuju gak?"

Gue menelan ludah. Ini Bimo serius atau bohongan sih? Gue bingung nih.

"Gue cuma kasih waktu lima detik. Satu...dua...tiga...empat...lim---"

"YA!" Tegas gue, "Iya gue setuju, gue mau kita pacaran." jelas gue.

Bimo tersenyum miring, dan dia mengangguk-angguk. Sedangkan gue? Gue masih ngatur nafas gue, gue masih sesak nafas gara-gara didesak jawab oleh Bimo. But, i am so happy!

ooo

Gue berjalan dengan genggaman tangan Bimo, you know Bim? I am so happy. Gue terus mempertahankan senyuman gue sampai sekarang, pokoknya gue gak bisa lepas dari senyum deh sekarang, gue bahagia banget. Ya walaupun, Bimo tetep dingin dan gak perhatian kayak cowok-cowok lain, but no problem lah ya, baru awal mungkin.

Tiba-tiba Clarissa berdiri dihadapan gue dan Bimo.

"Bim, kamu ngapain sih pegangan tangan sama si Nina?" tanya Clarissa, "Eh, ngapain sih lo ganjen banget sama Bimo? Pake pegang-pegang tangan Bimo lagi." sinis Clarissa pada gue.

Gue mengerutkan dahi sambil tertawa kecil, "Maaf ya Kak, gak salah gue yang ganjen sama Bimo? Bukannya elo? Kalau gue sih wajar lah, kan gue pacarnya." ujar gue dengan berbangga hati sekaligus bikin dia panas.

"PACAR?!" Katanya dengan terkejut. "Bim...kamu pacaran sama dia?" tanyanya dengan wajah melas.

Bimo mengangguk, "Iya, Riss. Dia pacar gue." ujar Bimo, dan sumpah gue seneng banget diakuin begitu.

"Denger kan Kak? Jadi mendingan lo gak usah keganjenan lagi sama pacar gue." ujar gue sambil mengangkat sebelah alis.

Clarissa manyun, "Jahat kamu, Bim." ujarnya sambil menangis sepertinya, lalu ia pergi.

Kasihan juga sih sama Clarissa. Tapi ya gimana, gue juga gak mungkin ngelepasin Bimo buat dia, gue udah terlanjur cinta sama Bimo. Love you so much, Bim!

ooo

Ini udah hari ke tujuh gue pacaran sama Bimo, tapi Bimo gak pernah ngajak gue hangout bareng berdua sama dia. Apa gue aja ya yang ngajakin dia? Iya deh, kalau nungguin dia yang ngajakin mah keburu lumutan.

Gue mencari ponsel gue dan mengirim pesan BBM kepada Bimo.

Karenina Shalum:

Bim, lagi sibuk gak?

Bimo Satria:

Gak.

Karenina Shalum:

Jalan-jalan yuk? Bete nih gue dirumah.

Bimo Satria:

Mager.

Karenina Shalum:

Ih, lo mah gitu. Kita kan belum pernah jalan berdua.

Bimo Satria:

Yaudah, gue jemput udah siap!

Karenina Shalum:

Sip deh!

Yes! Berhasil juga akhirnya jalan sama Bimo. Gue langsung mandi dan siap-siap. Gue pakai jeans warna biru dongker, dan kaos putih tiga perempat lengan. Rambut, seperti biasa gue ikat dengan ponytail.

Tin! Tin!

Yayaya, gue kenal banget suara klakson itu. Itu suara klaksonnya Bimo.

Gue langsung mengaitkan slingbag biru dongker dibahu kanan gue, memakai snickers putih, lalu berlarian keluar rumah.

Terlihat Bimo yang sedang menaiki motornya dan dia gak lepas helm.

"Hai." sapa gue.

Bimo memberikan gue helm tanpa membalas sapaan gue. Ah, gak nyesek, sudah biasa.

"Berangkat sekarang?" tanya gue sambil mengambil helm yang diberikan Bimo.

"Iyalah." jawabnya dengan kedinginannya yang membuat gue semakin penasaran.

"Ok, santai dong Bang." ujar gue sambil memakai helm.

"Eh, enak aja manggil gue 'bang', emangnya gue abang-abang ojek online." ketusnya.

Gue nyengir, "Sorry, mirip sih." ledek gue sambil tertawa.

Bimo berdecak malas, "Gak lucu, cepet naik!"

Gue manyun, lalu naik keatas motor Bimo. Lalu gue melingkarkan tangan gue dipinggang Bimo, dan ngengggg! Meluncur!

=================================

Thanks for reading Don't forget to vote, comment, and follow my wattpad account: buterabieberstories

Thank you

HE'S COOLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang