Chapter 17

6.5K 362 40
                                    

Gak kerasa, lusa gue udah harus ngehadapin UN alias Ujian Nasional. Gue harus fokus buat ngejalanin ujian. Gue harus bisa nyingkirin masalah-masalah gue tentang si Bimo itu. Gue harus menjauh dari dia. Ya, belakangan ini juga gue udah berangkat lebih pagi dan pulang lebih awal supaya gak ketemu sama Bimo. Ya gimana, kalau ngelihat muka dia tuh bawaannya emosi terus bikin hati sakit.

Akhir-akhir ini gue ngerasa hidup gue itu abu-abu, gak ceria, kemana gue yang ceria? Omg! Gue mau gue cepet-cepet lupa sama si Bimo, supaya gue gak melow terus kayak begini. Gue capek! Gue gak tau udah berasa tissue yang habis buat ngelap setiap airmata yang jatuh dari mata gue. Yang pasti, udah banyak banget. Sampai mata gue sembab begini.

Gue mengambil buku Biologi gue dirak buku. Gue mulai membuka halaman pertama, membacanya dan....argh! Gue gak bisa fokus.

Ting!

Satu pesan masuk ke ponsel gue. Bimo? Ngapain lagi sih dia BBM gue. Dulu aja pas pacaran, gue terus yang BBM dia duluan. Terus dibalesnya cuma satu atau dua kata lagi. Males.

Bimo Satria:

Nin, untuk yang kesekian kalinya gue minta maaf. Semoga sukses ngejalanin UNnya.

Gue hanya membaca tanpa membalas pesan dari Bimo, dan gue langsung delete contact Bimo di BBM.

Lalu, gue kembali membaca buku Biologi, dan mencoba untuk fokus.

ooo

Yayaya, ujian nasional akhirnya sudah selesai gue jalani. Sumpah! Gue butuh refreshing! Gue muak sama rumus-rumus yang bikin kepala gue mau pecahhh.

Dan hari ini, you know? Pengumuman hasil UN! Gue bersama siswa lain berkumpul dimading sekolah untuk melihat nilai UN. Dan whattt? Bahagianya gue, nilai UN gue tertinggi ketiga bro. Peningkatan yang luar biasa-_- gue menaikkan pandangan gue kebagian yang lebih atas untuk melihat nilai UN yang tertinggi pertama. Ternyata...Bimo Satria. Ah, nyesel gue ngeliatnya. Gue keluar dari kerumunan orang-orang itu, dan didepan gue langsung ada Bimo. Kenapa sih aelah, padahal gue udah lama gak ngeliat dia lagi.

"Congrats." Bimo mengulurkan tangannya.

Gue hanya mengernyit, lalu pergi mengabaikannya. Whatever lah Bim. Lo sekarang mau sok baik? Dulu kemana aja.

Dan gue bertemu dengan Silla.

"Hei, gimana nilai lo?" tanya gue.

Silla berdehem, "Enough lah, walaupun gak sebagus elo sih." ujar Silla. "Boleh kali pajak nilai bagus nih..." kode nih?

Gue berdehem, gak heran lagi deh. "Yaudah karena gue baik hati dan tidak sombong, come on! Kita ke kafe!"

"Aseeeeeek!"

Gue dan Silla pun pergi ke kafetaria.

ooo

Gue sama Silla baru aja keluar dari kafe. Silla dari tari nyerocos terus karena dia bingung mau nentuin kampus dimana. Dan dia bilang gue aja yang nentuin kampus, dia tinggal ngikut. Etdah, enak banget ya.

Langkah gue terhenti ketika melihat Bimo yang berdiri dihadapan gue. Argh, kenapa harus gue liat muka dia lagi.

Gue berdecak sebal, "Ngapain lagi sih lo disini?!"

"Nin, gue cuma mau minta maaf." ujarnya. "Gue minta maaf karena udah mainin perasaan lo." sambungnya.

BASI! Maaf, maaf, maaf. Gak berguna.

Gue tertawa palsu, "MAAF? Lalala, gue udah bosen ya dengernya. Ok, sekarang gue maafin lo." ujar gue.

Bimo tersenyum lebar, senyuman yang dulu bikin gue panas dingin. Now, gue tau itu cuma senyuman kepalsuan. "Serius?" girangnya.

HE'S COOLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang