EXTRA PART

5.9K 296 10
                                    

Karenina Shalum. Mahasiswi Universitas Indonesia semester 6 ini masih saja terbaring diatas kasurnya. Padahal, jarum jam di dinding sudah menunjukkan pukul delapan. Ya, dia memang sengaja bangun siang karena hari ini tidak ada jadwal untuk kuliah. Belakangan ini juga kuliah sedang sibuk-sibuknya, tugas numpuk, skripsi apa lagi. Ah, Nina mulai di pusingkan dengan urusan-urusan anak kampus yang dahulu pas SMA dianggapnya remeh.

Ketukan pintu berkali-kali itu tak kunjung membangunkan Nina yang tengah tertidur lelap. Seorang wanita paruh baya yang sedari tadi mengetuk-ngetuk pintu pun akhirnya masuk ke dalam untuk melihat majikan mudanya, ya dia Siti, atau biasanya Nina memanggilnya dengan sebutan Mbok Siti, asisten rumah tangganya Nina.

Mbok Siti menggoyah-goyahkan tubuh mungil Nina, walaupun dia anak kuliahan, tapi tidak sedikit yang mengiranya masih anak SMA. Terkadang itu membuat Nina senang karena ia merasa awet muda, namun ia sebal dan merasa minder jika melihat anak-anak SMA yang berbadan tinggi-tinggi melebihi dia. Ah.

"Non, bangun, didepan ada tamu."

Nina hanya berdehem, rasanya sulit sekali untuk membuka matanya. Sepertinya semalam ada yang membaluri matanya dengan lem hingga ia sulit membuka mata seperti ini.

"Non, bangun..."

"Siapa sih Mbok? Palingan Silla kan? Suruh masuk aja, itu anak ribet biasanya juga langsung masuk." Ujar Nina dengan suara khas orang baru bangun tidur, ia berbicara namun matanya masih menutup. Bahkan, ia malah memeluk guling sekarang.

"Bukan, bukan Non Silla. Laki-laki."

Nina langsung terbelalak. Ia melotot. Posisinya ia rubah menjadi duduk. "Laki-laki Mbok? Tua ya? Kumisnya putih gitu ya Mbok? Serem ya Mbok orangnya?" Tebak Nina.

Ah, entahlah. Ia malah berfikir tamunya adalah Dosen killer nya. Memang tugasnya belum selesai, Nina sangat telat mengumpulkan tugas karena ia keteteran. Pasalnya, selain kuliah, Nina mencari sampingan dengan mengajar private beberapa anak. Awalnya cuma satu dua, dan itu nggak masalah. Lama-kelamaan banyak tawaran, Nina berfikir sayang kalau harus ditolak, akhirnya ia harus mengorbankan kuliahnya, ia keteteran tidak bisa membagi waktu.

"Lho, opo toh Non ini, orangnya ganteng tenan Non. Masa dibilang kumisnya putih, tua lagi." Ujar Mbok Siti.

Nina mengernyit, "Ganteng Mbok? Siapa?"

Bagaimana Nina tidak bingung. Pasalnya, selama kuliah ia tidak pernah mempunyai teman lelaki, sebenarnya banyak sekali yang mencoba mendekati Nina, namun sikap Nina yang dingin dan jutek yang membuat para pria yang mendekatinya satu persatu kabur. Ah, lagian Nina tidak perduli, ia malah bahagia pria-pria itu tidak mengganggu Nina lagi. Tanpa bisa dipungkiri, sampai sekarang, Nina masih mengharapkan laki-lakinya di masa putih abu-abu. Seorang pria dingin nan ketus yang berhasil merebut hatinya kala itu, bahkan sampai sekarang. Namanya, Bimo Satria. Nama yang selalu terukir dihati Nina, entahlah mengapa tidak pernah hilang, padahal Bimo dan Nina tak pernah berbuhungan baik lagi semenjak kelulusan SMA. Mungkin saat menuliskan nama itu dihati, Nina menggunakan tinta permanen. Hm.

"Siapa ya, aduh Mbok lupa. Mendingan Non langsung temui saja."

Nina berdehem panjang. Malas meladeni kalau yang datang ternyata cuma pria nggak jelas yang mau mendekatinya. "Usir aja deh. Bilang Nina gak ada. Nina masih ngantuk." Ujarnya sambil kembali meringkukan badan dan memejamkan mata.

"Tapi, dia bilang, kalian sudah lama tidak bertemu semenjak SMA."

YAP! Perkataan Mbok Siti berhasil membuat Nina melotot lebih lebar dibanding ia mengira tamunya adalah dosen killer-nya. Kali ini bukan hanya matanya yang melotot dan badannya yang terkesiap, tapi jantungnya! Jantungnya terasa ingin lepas dari tempatnya. "Bimo?"

HE'S COOLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang