PROLOG

59.6K 1.5K 34
                                    

"Alana sayang, hari ini temenin mama belanja yuk," ucap Maya, ibunda Alana sambil mengelus rambut Alana dengan lembut.

"Belanja? perasaan dua hari yang lalu kita udah belanja banyak banget ma, emangnya mama masih merasa kurang cukup?" tanya Alana heran.

"Bukan untuk mama tapi untuk kamu." ucap mamanya lagi.

"Tapi Alana belum butuh baju, tas atau make up baru." Alana menggelengkan kepalanya pelan. Untuk apa ia berbelanja? Seingatnya, satu bulan yang lalu mamanya baru saja membelikannya pakaian, sendal, make up, jam tangan dan tas baru karena tahu bahwa dirinya akan pergi berlibur ke Bali bersama teman-temannya dan sekarang mamanya ingin membelanjakannya lagi

Tapi untuk apa?

"Tapi sekarang kamu butuh, sayang." ucap Maya dengan nada meyakinkan.

"Emangnya kita bakalan ada acara penting banget ya ma sampai harus beli barang-barang baru?" tanya Alana sambil mengambil ponselnya yang disimpan di atas nakas.

"Iya, sangat penting. Menyangkut masa depan kamu." jawab mamanya sambil tersenyum.

Masa depan?

Kata-kata mamanya tadi sukses membuatnya tertawa.

Tumben sekali mamanya menyebutkan kata "masa depan" di hadapannya.

Menurutnya, perkataan mamanya itu seolah-olah dirinya akan dijodohkan saja.

"Apa ada yang lucu, Alana?" tanya Maya dengan kesal.

"Nggak ma cuma lucu aja, ucapan mama tadi itu sekakan-akan aku mau dijodohin aja karena pake embel-embel masa depan." jawab Alana santai.

"Iya memang karena itu mama meminta kamu untuk belanja."

Alana terdiam.
Apa maksudnya?
Apa ia tidak salah dengar?

"Maksud mama apa?" tanyanya dengan sedikit emosi.

"Ya kamu mau dijodohin sama anaknya temen mama dulu."

Tunggu...
Dijodohkan?!

"APA?! Aku gak salah denger kan ma?" ucap Alana lalu menyimpan kembali ponselnya di tempat semula.

"Nggak, mama serius. Kamu mau mama jodohin. Setuju ya Alana?"

"GAK, TERIMAKASIH!"

Don't Call Me "Om"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang