PART 8 - Confession

24.1K 1K 46
                                    

Sudah hampir satu jam Nathan duduk di ruang tunggu, tidak ada aktivitas yang ia lakukan selain memandangi kearah sekelilingnya, di ruangan ini hanya tersisa dua pasien paruh baya yang sedang hamil besar bersama suaminya dan segerombolan anak kecil yang sedang berlarian kesana kemari.

Ini adalah pengalaman keduanya menemani wanita hamil untuk diperiksa kandungannya, saat dirinya berusia tujuh tahun ia pernah menemani ibunya yang sedang mengandung adik perempuannya, Sherina. Adiknya yang sampai sekarang masih menghilang karena korban penculikkan.

Nathan terus menerus melihat kearah jam tangannya dan menunggu kapan pintu ruangan Dokter kandungan itu terbuka. Merasa bosan, Nathan pergi ke kafetaria untuk membeli minuman atau cemilan yang setidaknya bisa membuatnya sedikit bersemangat. Ia tidak perduli jika lima menit kemudian Jihan sudah selesai berkonsultasi dan memeriksa kandungannya, suruh siapa ia terlalu lama di dalam sana? Nathan memang sengaja tidak ikut masuk bersamanya karena ia tidak mau dianggap sebagai pacar, suami atau 'si pembuat bayi' tersebut walaupun pada awalnya Jihan merengek agar Nathan mau ikut masuk dan akhirnya setelah beberapa menit beradu mulut Jihan pun menyerah karena merasa malu dilihat oleh banyak orang, ditambah perawat yang sedang bertugas pun ikut-ikutan mengomel pada dirinya karena terlalu lama mengulur-ulur waktu.

Setidaknya Nathan sudah berbaik hati karena mau menemaninya ke Rumah Sakit ini untuk diperiksa kandungannya walaupun ia tidak ikut masuk ke dalam ruangan Dokter Kandungan tersebut.

Nathan bergegas menuju lift dan memencet lantai dasar, di dalam lift tersebut terdapat seorang anak kecil yang kemungkinan usianya masih dibawah sepuluh tahun, kepalanya botak, wajahnya pucat, bibirnya kering dan Nathan tidak yakin apa anak kecil ini berjenis kelamin laki-laki atau perempuan. Anak kecil itu tersenyum kearahnya.

Baru saja Nathan berniat untuk menyapanya, anak kecil tersebut lebih dulu membuka suara, "Halo kak," sapanya ramah.

Nathan tersenyum, "Halo, kamu sendiri aja?" tanya Nathan penasaran.

Anak kecil tersebut mengangguk pelan sambil tersenyum manis. Ya, di lift ini hanya ada dirinya dan anak kecil ini, tidak ada perawat atau pendamping dewasa yang ikut menemaninya.

Demi Dokter dan Perawat yang sedang bertugas di Rumah Sakit ini, dimana mereka sekarang sampai tega menelantarkan pasien sekecil ini?!

"Kamu mau ke lantai dasar juga?" tanya Nathan.

"Iya, aku mau berkeliling dan menjual hasil karyaku, kakak mau beli gak?" jawab anak kecil itu sambil memberikan hasil gambarnya yang ia genggam sedari tadi.

Nathan menaikkan kedua alisnya saat melihat hasil karya anak kecil tersebut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Nathan menaikkan kedua alisnya saat melihat hasil karya anak kecil tersebut. Kertas A4 yang telah dipenuhi dengan gambar gunung berwarna hijau kekuning-kuningan, matahari, awan, jalanan, rumah berwarna pink serta anak perempuan yang sedang tersenyum. Gambar ini bahkan tidak berbentuk dengan yang seharusnya.

Don't Call Me "Om"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang