PART 17 - An Unexpected Surprise

6.1K 300 6
                                    


"In the darkest night hour

I'II search through the crowd

Your face is all that I see

I'II give you everything

Baby, love me lights out."

XO

***

Dijodohkan dengan pria yang memiliki jarak umur sepuluh tahun awalnya terdengar buruk, bayangan pertama pasti tidak jauh dari wajahnya yang tua, tidak memiliki kehidupan sosial sampai-sampai ia tidak bisa mencari pasangan hidupnya sendiri. Alana pernah merasakannya dahulu sebelum akhirnya ia sendirilah yang menginginkan pria tersebut menjadi calon suaminya. Ironis bukan?

Pada kenyataannya, pria yang akan dijodohkan olehnya adalah seorang pria yang memiliki tingkat ketampanan diatas rata-rata dan terbilang sukses dalam menata karirnya di usia yang bahkan belum memasuki kepala tiga. Walaupun pekerjaan yang dikerjakan oleh pria-nya itu bukanlah usaha pribadinya tetapi, untuk mempertahankan reputasi, citra dan kepercayaan tidak mudah. Terlahir dari keluarga berkecukupan bukan berarti selamanya akan sukses, itulah yang diterapkan oleh Nathan dalam kehidupan sehari-harinya sehingga ia terus mengerjakan segala hal yang terbaik.

Selama delapan belas tahun hidup di bumi ini, Alana tidak pernah berpacaran selain dengan Nathan Xavero, pernah sekali ia didekati oleh teman satu angkatannya tetapi berujung tanpa kepastian, tidak ada status. Alana juga pernah menyimpan rasa kepada kakak kelas yang mendapat predikat tertampan di sekolahnya, Dimas Prasetyo hanya saja ia tidak merasa rasa sukanya itu terbalaskan sebagaimana mestinya.

Terkadang Alana berpikir, apakah Nathan adalah sosok pria yang tepat untuknya atau tidak karena di abad ke 21 ini jarang sekali ada pria dengan paras yang terbilang diatas rata-rata, memiliki penghasilan serta kedudukan yang tinggi di tempat kerjanya dan berumur matang mau dijodohkan dengan seorang gadis yang bahkan usianya belum menginjak dua puluh tahun. Kalau dipikir-pikir, kehidupan percintaannya terlihat seperti cerita di novel-novel bergenre romance yang sering dibacanya dari aplikasi wattpad.

Kebetulan? Mungkin saja.

Malam ini, Nathan mengajaknya makan malam bersama di rumahnya, tetapi, makan malam kali ini akan berbeda dibandingkan sebelum-sebelumnya karena Nathan berkata ia akan mengajak keluarga besarnya untuk ikut makan malam bersama-sama, dari yang ia dengar, Nathan akan membawa nenek serta beberapa sepupu terdekatnya.

"Nathan, aku malu." Ucap Alana di telepon. Ia sedang ber-negosiasi dengan pria-nya itu agar tidak membawa keluarga besarnya ikut makan malam bersama, rasanya canggung sekaligus malu.

"Malu kenapa? Nanti kan ada saya." Nathan tetap berusaha meyakinkan Alana agar menyetujui ajakannya ini.

"Can you stop it? Calling yourself with "saya". Kaku banget, tau gak!" ucap Alana dengan geram, ia tidak menyukai ketika Nathan memanggil dirinya dengan sebutan saya, terlalu kaku, rasanya seperti berbicara dengan guru di sekolah-nya dulu.

Setelah mendengar ucapan protes dari Alana, ia mengangguk-anggukan kepalanya lalu membalasnya sambil menandatangani salah satu lembaran kertas berisikan kontrak kerjasama dengan anak perusahaan Sanders Group, T&T Corporation yang bisnisnya sama-sama bergerak di bidang real estate.

"Iya, nanti malam kamu mau kan datang dan ikut makan bersama dengan aku, Natasha Alana Putri?"

"Perlu ditambah, kamu, kedua orangtua kamu, nenek dan juga sepupu kamu. Nathan, aku malu sekaligus belum siap!" protes Alana.

Don't Call Me "Om"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang