PART 15.3 - First Love

5.7K 289 10
                                    

@Nathan's POV

"Namanya Sara Alexandra Risjad, kita bertemu di sekolah yang sama. Sejak sekolah menengah pertama sampai dengan sekolah menegah atas kita selalu bersama-sama. Kamu tahu, Alana? Sara adalah cinta pertama saya dan mungkin belum pernah ada wanita yang dapat menggantikan dirinya bahkan sampai saat ini. Maaf."

Tidak ada lagi kata panggil aku, kini Nathan memanggil dirinya dengan sebutan saya. Dirinya tampak begitu serius ketika menceritakan kenangan lamanya bersama wanita itu.

"Sara dan saya punya satu tujuan yang sama, sama-sama menjadi pemain musik. Dulu saya bermain piano dan Sara bermain biola. Kita berencana membangun sekolah musik yang akan dinamakan NASA music school, singkatan dari Nathan dan Sara sekolah musik. Umur kita waktu itu delapan belas tahun."

"Saya dan Sara saling mencintai satu sama lain dan bahkan berencana akan menikah setelah lulus sekolah menengah atas. Tentunya kami akan melanjutkan pendidikan lagi, di Universitas yang sama juga." Nathan tertawa sekaligus mengusapkan wajahnya dengan kedua tangannya.

"Tetapi rencana hanyalah rencana, kedua orangtua kami meminta kami menyelesaikan pendidikan terlebih dahulu lalu menikah."

"Dua tahun kemudian, hubungan kami masih berjalan dengan baik. Sangat baik. Bangunan dari sekolah musik yang kami berdua bangun pun hampir selesai, kami begitu bahagia begitu juga dengan papa dan mama. Kedua orangtua kami semakin mendukung hubunganku dan Sara."

"Beberapa minggu setelah hal tersebut saya mendapat kabar kalau Sara sedang mengandung anak saya. Umur kami masih dua puluh tahun. We were shocked." Nathan tertawa lalu memeluk wanita yang berada disampingnya.

"Saya yang bodoh juga, sih. Lupa memakai pengaman. Hehe."

"Coba kamu bayangkan, Alana di umur dua puluh tahun saya akan menjadi seorang ayah. Saya masih kuliah semester lima dan di umur itu saya akan memiliki anak. Sementara itu, anak yang dikandung oleh Sara adalah anak tanpa ikatan perkawinan."

"Jadi saya berniat untuk bertanggung jawab sepenuhnya atas perbuatan yang telah saya lakukan bersama dengan Sara. Saya akui, pada saat itu kami sering melakukannya, dimanapun, kapanpun yang kami mau. Maaf kalau kamu kecewa."

"Tetapi ternyata Tuhan belum memberikan saya amanah menjadi seorang ayah pada umur dua puluh tahun, Alana. Ketika saya sedang mengendarai mobil pada saat perjalanan ke Bandung bersama dengan Sara, kami kecelakaan. Saraf di tangan kanan saya terganggu sehingga saya sudah tidak bisa bermain piano seperti dulu lagi, sementara Sara.. dia keguguran, kaki kanannya pun lumpuh dan Sara menjadi gila karena hal tersebut. Beberapa tahun kemudian, Sara meninggal. Sampai sekarang saya masih merasa bersalah karena hal tersebut."

"Kalau kamu ingin bertanya bagaimana nasib NASA Music school, sekolah musik itu sudah berganti nama menjadi Sara's Music School, salah satu sekolah musik paling dikenal saat ini, nama itu diganti karena saya yang meminta diganti untuk mengenang perempuan itu. Perempuan yang pernah mengisi hidup saya, hari-hari saya dan mengandung anak pertama saya yang kemudian diambil lagi oleh Tuhan."

"Ketika pertama kali saya menyadari bahwa Sara sudah tidak ada, saya juga bertingkah seperti orang gila. Berat badan saya bahkan turun sebanyak sepuluh kilogram kalau kamu mau tahu. Kedua orangtua saya benar-benar khawatir namun beberapa tahun setelah kehilangan dirinya, saya bertemu dengan seseorang yang akhirnya mengubah hidup saya, kamu tahu orangnya. Jihan. Perempuan itu.. Dulunya tidak seperti sekarang, dia sepupunya Sara. Sifatnya pun mirip sekali dengan Sara, sosok Jihan pada saat itu mengingatkan saya dengan Sara hingga ketika saya berniat untuk melamarnya tiba-tiba saja sosok itu hilang, berbanding terbalik dan ternyata Jihan itu tidak lebih dari seorang psikopat."

Alana terdiam. Masih serius mendengar cerita yang sedang diceritakan oleh Nathan.

"Sejujurnya, saat ini saya merasa sangat beruntung karena dijodohkan dengan kamu. Wanita yang bahkan lebih cantik dan jauh lebih baik daripada cinta pertama saya. Tentunya jika Sara masih ada di dunia ini, mungkin ceritanya akan berbeda."

"Alana, saya hanya pernah berpacaran dengan tiga perempuan dan itu termasuk dengan kamu. Jujur, saya termasuk pria yang sulit jatuh cinta. Sara adalah cinta pertama saya dan sampai kapanpun tidak akan pernah saya lupakan sementara kamu adalah orang baru yang ada di hidup saya tetapi efeknya melebihi cinta pertama saya."

Natasha Alana Putri masih menatap wajah kekasihnya dengan serius, ia tampak begitu antusias dengan cerita yang sedang diceritakan oleh Nathan seolah-olah cerita tersebut adalah sesuatu yang sangat-sangat berharga baginya. Tidak ada suara lagi setelah ucapan terakhir Nathan tadi hanyalah suara seorang pria dan wanita, pembawa acara dari sebuah stasiun televisi yang terdengar dari televisi yang masih menyala. Beberapa saat kemudian Alana mematikan remote televisi dan semakin mendekat kearah pria-nya itu. Memeluknya lalu menaiki tubuh pria tersebut dan perlahan-lahan mencium kedua matanya yang tertutup, lalu turun ke pipinya dan ketika Alana sudah memantapkan dirinya dan memberanikan diri untuk mencium bibir pria-nya itu tiba-tiba saja bel pintu hotel berbunyi.

Berbunyi dengan begitu nyaringnya.

Orang tersebut memencet bel hingga dua kali berturut-turut dan menimbulkan suara yang amat teramat sangat mengganggu.

"Permisi, koper ibu Alana sudah sampai." Ucap orang tersebut dari luar pintu kamar hotel.


#TBC

Hi, VOMMENT, please? ;)

Don't Call Me "Om"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang