PART 14.1 - Vacation

7.2K 318 20
                                    

Setelah insiden Alana mengotori seprai Nathan dengan darah tamu bulanannya, ia sempat disangka telah melakukan sesuatu yang tidak-tidak bersama Nathan oleh Damian, ayahnya. Untungnya, Nathan membela Alana dan ia juga menceritakan kejadian yang sebenarnya kepada Damian walaupun setelah itu Alana mendapat hukuman dari papanya untuk segera menikah dengan Nathan. Tapi tentu saja hukuman tersebut ditolak secara mentah-mentah oleh Alana dan akhirnya hukumannya pun diganti dengan hukuman yang lebih menggelikan, kedua telinganya dijewer... Sesungguhnya, rasanya tidak sakit sama sekali. Ia malah tertawa.

Tetapi hukuman tersebut jauh lebih baik daripada harus menikah dengan Nathan. Ya.. walaupun sebenarnya tidak sebanding dengan hukuman yang diberikan sebelumnya.

Sebenarnya, bukan berarti ia menolak untuk menikah dengan Nathan hanya saja ia masih membutuhkan waktu. Mungkin dua atau tiga tahun lagi akan lebih baik. Di usia-nya yang masih dibilang muda, Alana merasa harus meng-explore banyak hal sebelum akhirnya ia merasa siap dan matang untuk menikah. Lagipula, menikah itu bukan hanya sekedar memiliki pasangan sehidup semati tetapi menikah itu adalah sebuah komitmen untuk mau menjalani hidup baik susah maupun senang bersama-sama dan Alana masih belum merasa sanggup untuk menjalaninya.

"Anak gadis kenapa bisa tidur di kamar laki-laki? Hmm, papa curiga kalian sudah melakukan hal yang tidak-tidak. Sekarang papa tunggu di ruang keluarga."

Itulah yang diucapkan oleh Damian ketika melihat anak semata wayangnya membawa seprai yang telah ternodai oleh bercak darah.

Sepertinya papa lupa bahwa dulu istrinya secara tidak langsung pernah meminta Nathan menginap dirumahnya dan berakhir tidur di kamar tidurnya karena lupa memberi tahu letak kamar tamu. Sungguh menggelikan jika diingat-ingat lagi.

Tiga minggu kemudian

Hari ini adalah hari yang sangat menyedihkan bagi Alana dan sahabat-sahabatnya karena hari ini mereka akan mengantarkan Kiko ke bandara. Tiga minggu yang lalu sahabatnya itu mendapatkan kabar bahwa ia memenangkan kuis yang diikutinya dari sebuah radio. Tidak tanggung-tanggung, hadiah kuis yang didapatnya itu adalah sebuah tiket menonton konser The Chainsmokers di Las vegas, Nevada. Mengingat Kiko adalah penggemar DJ asal Amerika Serikat tersebut, Alana merasa ikut bahagia mendengar kabar keberhasilannya menjadi pemenang kuis. Namun, hal yang membuatnya sedih adalah setelah Kiko menonton konser The Chainsmokers, ia tidak akan kembali pulang ke Indonesia melainkan langsung terbang menuju New York untuk berlibur sekaligus menempuh pendidikannya disana. Ya, akhirnya Kiko memutuskan untuk melanjutkan pendidikannya di New York University dengan jurusan Ilmu Komunikasi. Setelah direncanakan secara matang, Kiko memilih untuk melanjutkan pendidikannya di Amerika Serikat karena ia memiliki cukup banyak kerabat disana. Lagipula, NYU adalah salah satu Universitas bergengsi di Amerika dan Alana ikut bangga karena memiliki sahabatnya berhasil lulus dan melanjutkan pendidikannya disana.

Sedih rasanya mengingat Kiko adalah teman baiknya dan setelah ini mereka akan sangat sulit untuk bertemu. Ditambah perbedaan waktu antara Jakarta dan New York membuat mereka semakin sulit untuk berkomunikasi. Huft! Menyebalkan!

"Kiko, gue masih gak ngerti kenapa lo bisa menangin kuis itu, ko. Lo pake santet ya?" Ucap Dave.

"Iya! Beruntung banget bisa menang dan dapetin tiket konser The Chainsmokers.. Menangin tiket konser di luar negeri itu susah banget." Celetuk Kirana sambil menghapus air matanya dengan tisu.

"Kalian semua itu sebenernya lagi kesel atau sedih sih? Kok pada ngomel-ngomel tapi nangis?" Komentar Ariana sambil saling memandangi wajah para sahabat-sahabatnya yang sedang berlinangan air mata itu.

"Gue gak nangis ya!" Ucap Dave membela diri.

"Iya, gue percaya kok, percaya." Balas Ariana dengan memberikan tatapan menyindir.

Don't Call Me "Om"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang