PART 10 - Jealous

24.2K 1K 46
                                    

Dua minggu kemudian..

Alana mengeluarkan seluruh gaun pesta yang tersimpan rapi di dalam lemari putihnya, sudah hampir setengah jam ia bergonta-ganti gaun yang ia miliki tetapi semuanya terlihat buruk, ia juga merasa hampir seluruh gaun yang telah ia coba sudah tidak pas lagi di tubuhnya. Semuanya terasa sempit dan ketat, memang belakangan ini ia merasa tubuhnya menjadi lebih berisi dibandingkan dulu bahkan bukan hanya gaunnya saja yang terasa ketat di tubuhnya tetapi jeans kesayangannya dan beberapa kemeja yang ia miliki pun menjadi sempit.

Ini semua salah om sialan itu mengingat setiap malam ia selalu membawakannya makanan berat entah itu pasta, sushi dan yang lainnya -tentunya secara diam-diam- dan itu semua membuat segala usahanya untuk menurunkan berat badan menjadi gagal total! Salah satu ancaman jika ia tidak menghabiskan makanan yang sudah dibawakan olehnya maka Alana harus membuatkan makan siang untuknya selama satu minggu dan jika ia melewatkan satu hari maka Alana harus mengulangnya dari awal lagi. Menyebalkan, bukan?

Entah sudah menit keberapa ia terus memandangi gaun-gaun yang berserakan di atas tempat tidurnya, Alana bingung. Seharusnya ia sudah mempersiapkannya dari jauh hari agar tidak terjadi insiden pemilihan baju selama ini.

Berhubung dirinya tidak memiliki waktu yang cukup banyak dan ia juga tidak sempat membeli gaun baru maka mau tidak mau ia harus memilih salah satu gaun yang tergeletak di atas kasurnya. Tatapannya tertuju pada gaun putih dengan motif bunga-bunga yang belum ia coba, seingatnya gaun ini adalah oleh-oleh dari sepupunya, Kiara saat ia sedang berlibur ke Hongkong beberapa bulan yang lalu.

Alana mencobanya dan setelah itu ia bergerak kesana kemari. Ia menghela nafasnya lega, setelah mencoba sekian banyak gaun ternyata hanya gaun inilah yang pas di tubuhnya karena ia tidak merasakan sesak nafas dan juga tidak terlalu sempit atau terlalu longgar di tubuhnya. Sebenarnya ia tidak begitu percaya diri mengenakan gaun ini karena motif bunga-bunga yang cukup mencolok perhatian. Tetapi setidaknya gaun ini membuatnya merasa nyaman dan tidak terlalu melenceng dari tema yang sudah ditentukan.

Setelah mendapatkan gaun yang pas Alana langsung menduduki meja riasnya dan memberikan sedikit riasan di wajahnya, ia tidak ingin terkesan terlalu berlebihan karena gaun yang ia kenakan pun sudah cukup mencolok. Maka dari itu Alana hanya memakai pelembap wajah, merapikan alisnya agar terlihat lebih berisi, mengaplikasikan maskara di bulu matanya dan mengoleskan lipstik berwarna peach - orange di bibir mungilnya. Lagipula acara yang akan ia hadiri bukanlah acara formal yang mengharuskan dirinya untuk berdandan secara total.

Jika bukan karena rasa hormat dan keakrabannya dengan Amanda, kakak kelasnya di saat SMA dulu ia tidak akan mau datang ke pesta ulang tahunnya karena sudah pasti ia akan bertemu dengan Emily, salah satu teman dekat Amanda yang pernah membuat image-nya buruk dihadapan banyak orang karena dituduh berselingkuh dengan Ryan, kekasihnya yang pada kenyataannya ia sama sekali tidak mengenal bahkan tidak pernah tahu keberadaannya sampai ia dituduh berselingkuh dengannya.

Untungnya Amanda juga mengundang Dave dan itu membuatnya sedikit lega karena ia tidak akan datang sendirian kesana. Kebetulan Amanda tidak begitu banyak mengenal adik kelasnya dulu karena ia benar-benar pemilih, ia hanya mau berdekatan dengan orang yang ia mau dan orang itu hanyalah Dave dan dirinya. Sebenarnya, awal dari kedekatannya dengan Amanda hanya karena ia ingin mengulik informasi tentang Dave darinya namun lama kelamaan hubungan mereka menjadi lebih dekat setelah mengetahui bahwa orangtua Amanda adalah teman baik sekaligus rekan kerja Papanya.

"Permisi, non Alana ini bibi," ucap bi Siti, asisten rumah tangga sementara yang menggantikan posisi bi Inah karena sedang pulang kampung.

"Kenapa bi?" tanya Alana setelah membukakan pintu kamarnya.

Don't Call Me "Om"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang