PART 9 - I'm Yours

26.8K 1K 32
                                    

Sudah hampir sepuluh menit Nathan dan Alana berdiam diri dengan saling menatap satu sama lain, Damian sengaja membawa mereka berdua ke ruang keluarga untuk mengajaknya berdiskusi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sudah hampir sepuluh menit Nathan dan Alana berdiam diri dengan saling menatap satu sama lain, Damian sengaja membawa mereka berdua ke ruang keluarga untuk mengajaknya berdiskusi.

Ruang keluarga yang biasanya terasa ramai karena dipenuhi dengan suara televisi, suara tawa dan canda kini terasa begitu sunyi karena tidak ada satupun yang ingin membuka suara, terlebih tatapan Damian yang begitu mendominasi sehingga membuat Alana merasa takut, gugup dan cemas hingga membuat kakinya tidak bisa berhenti bergetar. Sedangkan Nathan yang menyadari kegugupan yang dialami Alana hanya diam sambil mengelus tangan kirinya lembut dan Alana tidak menolaknya.

"Alana," Damian akhirnya membuka suara.

Alana menoleh kearah Damian, ia tidak pernah merasa segugup ini ketika berbicara dengan seseorang bahkan ketika ia dipanggil oleh Guru BK saat dirinya masih duduk di bangku SMA karena mencoba kabur dengan memanjat pagar sekolah disaat pelajaran Sejarah dulu ia tidak pernah segugup ini. Mungkin karena sekarang orang yang berada di hadapannya adalah ayahnya yang menangkap basah anaknya sedang berciuman dengan seorang pria yang jelas-jelas bukanlah pacar apalagi suaminya?

"Papa salah paham, yang papa lihat tadi i-" belum sempat Alana menyelesaikan kalimat yang telah ia rangkai di pikirannya sedari tadi Damian sudah memberikan peringatan untuk diam dengan menempelkan jari telunjuknya di bibirnya.

"Papa tidak ingin kamu menjelaskan secara keseluruhan karena itu tidak penting, Alana." ucap Damian dengan tenang.

"Apa maksud papa?" tanya Alana dengan menyerngitkan kedua alisnya. Ia memang tidak akan menjelaskannya secara keseluruhan tetapi ia ingin membuat suatu pembelaan atas apa yang papanya lihat tadi.

Damian tidak menghiraukannya dan kemudian menatap kearah Nathan.

"Nathan," Damian tersenyum kearahnya. "Ya, om?" Nathan membalas senyuman Damian.

"Tolong ambilkan sebuah kalender yang terletak di rak kedua disamping kananmu," perintah Damian.

Alana menatap Damian dengan heran, untuk apa papanya meminta diambilkan sebuah kalender?

Nathan memberikan Damian kalender yang sudah ia ambil tadi dan setelah itu suasanya kembali menjadi sunyi karena tidak ada satupun yang ingin membuka suara. Damian membolak balikkan kalender yang ia pegang sementara Alana hanya diam dan menatapnya heran.

"Everything will be alright," bisik Nathan kepada Alana.

Damian yang tidak sengaja melihat Nathan membisikkan sesuatu kepada anak semata wayangnya itu sengaja berdeham agar membuat mereka berdua menyadari bahwa Damian melihatnya.

"Hmm, Nathan apa bulan depan jadwalmu kosong?" tanya Damian tanpa melirik kearahnya.

Nathan mengangguk, "Iya, memangnya ada apa om?".

"Kalau begitu mulai besok kita sudah harus mencari Event Organizer yang bagus agar semuanya bisa berjalan dengan baik karena kita hanya memiliki waktu satu bulan," Damian tersenyum penuh arti.

Don't Call Me "Om"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang