23. RIP

2.6K 137 11
                                        

Aku berterimakasih bangets udah ngingetin kalau ada nama yang salah.

YAPS!

Nama kakaknya Hana itu Keno.

Dan aku malah tulis Kano.

Dasar si Naho yaaa :'''v

Ada yang tanya...

"Si Hana jahat lagi?"

Betewe emang Hana antagonis nya di sini 😁 jadi dia akan jahat sampai batas waktunya wkwk.

Pertanyaan minggu lalu...

"Siapa karakter yang kalian benci? Alasan?"

Karakter yang aku benci tuhh BAPA NYA HANA. Alasannya? Dia sudah mengajarkan hal-hal buruk pada Hana dan Keno.

Aku juga berterimakasih sama Readers yang setia menunggu cerita abal ini, setia loh kalian tuh, walaupun aku sendiri masih suka hilang.

***

Typo Everywhere.

***

Di dalam kamar yang acak-acakan bak kapal pecah terlihat Adrian yang terduduk dengan kepala yang menyender pada kasur. Baju kantor yang ia pakai kemarin masih melekat dengan kancing yang sudah terbuka sebagian.

Rambut yang kemarin dipotong sudah acak-acakan. Bahkan wajahnya sangat kelam. Hidungnya memerah dengan mata yang sayu.

Ponselnya terus bergetar. Banyak notif yang masuk namun Adrian abaikan. Kamar itu terkunci rapat walaupun banyak yang berusaha membujuk Adrian keluar.

"Adrian~ keluar nak, hari ini hari pamakaman istrimu." panggil Quen terisak.

Adrian yang di dalam tidak menyahut. Pikirannya sudah melayang kemana-mana, mengabaikan lingkungan sekitarnya.

"Adrian~ ibu mohon keluarlah."

"Apa gunanya aku keluar bu? Lenya masih hidup. Dia lagi tidur aja kok." saut Adrian parau.

Quen yang mendengarnya dari luar tak sanggung membendung air matanya lagi. King, yang duduk di kursi roda juga menatap nanar pintu bercat putih itu.

"Aaaa hiks aaaa!" Alena masih menangis terisak dipelukan Fadly. Bahkan Fadly juga mengeluarkan air matanya.

"Alena jangan nangis terus, nanti mama Lenya engga tenang di sana." hibur Kaila sambil menghapus air mata Alena. Sambil menghiburpun Kaila tetap menangis.

Adrian bangkit dari tempatnya, membuka pintu itu sampai membuat Quen terkejut.

Adrian berjalan gontai melewati sejumlah orang yang menatap Adrian antara bingung, prihatin, dan kasian. Adrian mengambil foto pernikahannya dengan Lenya.

Prang!

Bunyi pecahan tercipta di samping mayat Lenya yang tertutup kain. Suasana di sana hening.

"Heh Lenya, kerjaan lu bercanda wae da, bangun woy!" jerit Adrian.

Kerelya memeluk Raditya. Tak sanggup melihat menantunya itu yang sedih mendalam.

2. Dear Mantan: Cinta Butuh Kepastian [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang