Hany pov
"Eh, han. Mana nih Roninya?" Tanya Dion sambil berkali-kali memencet bel rumah Roni.
"Gak tau juga nih, sudah ku bilang semalam jam 7 kita akan datang. Apa masih tidur?" Jawabku sambil menggelengkan kepala.
Keterlaluan tuh anak. Pake gak ada di rumah segala, parah lagi kalo masih tidur.
"Kamu kan pacarnya, gih coba telpon dia." Cetus Dion.
"Yee... sudah kale, tiga kali lagi." Ku senggol bahu Dion. "Siapa juga yang pacaran"
"Gimana kalo kita tinggal saja Roninya?" Teriak Dina dari dalam mobil.
"Kalo kakak bisa nyetir lewat gunung kidul sih gak masalah, Kan Cuma Roni yang pernah ke sana." Balas Dion.
###
"Heyy... kalian cepet amat datangnya."
Kualihkan pandangan ke arah jalan, dari sana sosok yang ku kenal sedang berlari kearah kami sambil teriak-teriak.
Sesaat ku amati dia sedang olahraga pagi-pagi gini, memang kelihatan keren saat rambutnya terkena angin. Ahh... apa sih yang ku pikirkan. Yang penting dia rajin menjaga kesehatan.
Kami semua menatapnya dengan ekspresi cemberut. "Ngapain jogging sampai jam segini?"
"Pasti ngasih makan mata tuh." Sindir Dion.
Kini Roni tepat di depanku, dia hanya menggunakan kaos oblong bertuliskan National Geograpic.
Baju yang berwarna putih itu basah akibat keringat dan membuat tubuhnya tergambar dari luar, Lumayan roti sobek, hehehehe....."Cepat sana ganti baju terus bawa barang-barang keperluanmu. Dan gak pake lama." Perintah Dion seraya mengacungkan jari telunjuknya ke pintu rumah Roni.
Dion memang seperti orang dewasa, kata-katanya tegas, sesaat aku iri dengan Dina yang mempunyai kakak seperti ini.
Apa bisa Roni sepertinya, kelakuannya saja masih kayak anak dibawah umur. Cemburuan, mana manja lagi. Itulah sikapnya dari SMP dulu.
Dion menatapku penuh selidik. "Ehh... kenapa melamun Han, lagi mikirin aku apa Roni nih." Tukas nya seraya tertawa.
"Lagi mikirin kakak lagi keselek tuh." Dina yang menjawab. Dion menyegir kearah Dina.
###
Setelah menunggu Roni selama 15 menit, akhirnya kami berangkat menuju pantai Drini. Setelah keluar kompek menuju jalan raya, sepertinya bukan hanya aku yang kebingungan. Yang lain juga saling berpandangan, entah kenapa jalan yang biasanya ramai oleh mobil pribadi kini sunyi tanpa suara. Hanya ada satu atau dua kendaraan melintas dari arah berlawanan.
Kebinggungan Nampak jelas sekarang, di Jogja jalan raya yang ada dua jalur masing-masing 3 bagian ini sangat sunyi. Saat kami berangkat ke rumah Roni dengan mobil fortuner produksi Toyota ini, dan kami masih melihat orang lalu lalang, gak kayak gini, apa ini. Ini sih suasana jawa saat jam 1 malam.
Harusnya sih gak terlalu lama karena gunung kidul ada di selatan Jogja. Harusnya kami hanya butuh waktu 1 - 2 jam saja untuk ke sana. Lebih baik menikmati suasana sunyi gini daripada mencurigainya.
Dari jam yang ada di radio mobil Dion aku sadar ini baru setengah jam perjalanan. Ku lirik masing-masing temanku, Roni menyetir sambil mengeleng-gelengkan kepalanya menikmati music Ebiet G Ade yang di setelnya. Susi dan Dina yang duduk berdua di jok paling belakang sedang berusaha menahan kantuk, Dion yang duduk di samping Roni sedang asik sendiri membaca novel, di sampulnya tertulis Permainan maut karya Lexie xu.
"Ron, kamu udah ada tujuan tempat kita mengisi perut?, aku sudah mulai lapar nih." Aku membuka pembicaraan dengan suara rintihan khas orang kelaparan.
KAMU SEDANG MEMBACA
ACTUAL TARGET (Completed)
Mystery / ThrillerMereka telah melakukan hal yang jahat padaku. Tapi mereka telah melupakannya. Mereka kira mereka hanya berurusan dengan gadis manis biasa ? Salah besar !! Mereka yang telah membuatku menjadi seperti ini. Teman dan sahabatku itu semua hanya iblis. A...