################################Hany pov
Akh.....!!!
"Semuanya cepat berlindung, mungkin ada yang lain."
"Hati-hati, berpeganglah pada sesuatu."
Cuma teriakan-teriakan itu yang dapat ku dengar dengan jelas sekarang. Syit... orang macam apa yang menyebabkan ledakan sekuat ini.
"Ayo bangun semuanya, amankan diri kalian. Cek kalau ada yang terluka."
Ku buka mataku lebar-lebar, walaupun terlihat samar-samar aku masih bisa merasakan sesuatu memegang kakiku. Semua orang berusaha untuk berdiri, begitupun aku. Siapa sih ini yang memakai kakiku untuk pegangan.
"Semuanya tidak apa-apa?" Aku tau itu suara inspektur. "Ada yang terluka?"
Setelah memulihkan kesadaranku yang hampir hilang ku amati seisi ruangan bawah tanah. Sial, semuanya berantakan. Cuma meja dan mayat di atasnya yang tetap di tempatnya. Fyuh, untung saja mayat itu di pegang inspektur, kalau sampai melayang kearahku kan bisa gawat. Bisa-bisa aku teriak dan mengeluarkan suara sampai 10 oktaf yang akan memecahkan semua gendang telinga teman-temanku.
Inspektur membantu teman-teman yang masih belum begitu sadar. What, di ujung ruangan Dina sedang terkapar tak berdaya. Dion yang baru sadar langsung berlari menghampiri Dina.
Ku cari keberadaan Roni. Ah, ketemu, dia sedang membantu Eza di pojokan ruangan yang lain. Marisa juga kelihatan baik-baik saja. Baru kali ini aku merasakan dampak dari sebuah ledakan, benar-benar mengerikan.
"Semuanya sudah sadar?" Tanya inspektur pada kami semua.
"Semua kecuali adik saya pak." Dion yang menjawab, "sepertinya dia terpental dan terbentur sesuatu."
Inspektur Kim membantu menggotong Dina. "Bawa kesini nak Dion, kita istirahatkan dia dulu. Kita ada di bawah tanah, jadi guncangannya sangat terasa."
"Uhh, siapa sih yang membuat ledakan ampe lima kali?" Keluh Rahul sembari merapikan kembali rambutnya. Sok ganteng ni anak.
Selain mereka tidak ada yang berkomentar apa-apa. Biasanya aku akan syok kalau ada kejadian begini, teman-temanku juga pasti syok berat. Tapi melihat ekspresi mereka sepertinya ini hal biasa. Apa ini berkat latihan survival kami selama 6 hari tanpa memegang smartphone.
Roni angkat tangan. "Dimana sumber ledakan ini pak?"
"Itulah pertanyaan yang bapak tunggu-tunggu." Inspektur Kim mengeluarkan sebuah benda, kacamata. "Bapak juga sudah menduga ledakan ini, orang yang meledakan ini ingin kita mati bersama."
"Maksud bapak?" Aku belum mengerti.
Inspektur melanjutkan penjelasannya. "Dugaan bapak yang meledak ini adalah bangunan tepat di atas kita."
"Pondok indah?" Sela kak Atiek sambil menutup mulut, inspektur mengenggukkan kepalannya.
"Pak, sepertinya saya mengerti!!" Cetus Dion.
"Gimana penjelasan nak Dion?" Inspektur mencoba memancing Dion.
"Pertama tadi rekan bapak, bapak sam. Beliau menemukan potongan tangan yang bisa kita duga itu tangan Susi. Tangan itu kan di temukan agak jauh dari sini. Setelah menemukannya pasti rekan bapak akan memberitahu bapak, lalu bapak akan mengambil keputusan untuk berlindung di satu tempat dimana kita semua akan berkumpul." Jelas Dion
"Pondok indah!!" Sahutku.
"Ya...!!" Roni mengacungkan jari telunjuknya. "Tebakan dari si pembunuh ini kita akan berindung bersama di pondok indah, lalu dia akan meledakan kita semua di hari keenam."

KAMU SEDANG MEMBACA
ACTUAL TARGET (Completed)
Bí ẩn / Giật gânMereka telah melakukan hal yang jahat padaku. Tapi mereka telah melupakannya. Mereka kira mereka hanya berurusan dengan gadis manis biasa ? Salah besar !! Mereka yang telah membuatku menjadi seperti ini. Teman dan sahabatku itu semua hanya iblis. A...