Page 14

311 78 4
                                    


Maaf lama 😁😁

################################

Dion Nesmana pov

INI MULAI menarik. Ide Roni berjalan dengan baik, proses pembuatannya pun sangat lancar, kami tidak menemukan kendala apapun untuk sekarang. "Ku harap rencana Roni gak di ganggu."

Kami memasuki hari ke empat pembuatan jembatan, jadi total ini hari ke lima kami terjebak di pantai aneh ini tanpa listrik. Rasanya gak buruk.

Hari ke lima, artinya persediaan makanan yang utama mulai terkuras. Itu memaksa kami untuk menyembelih satu ekor kambing yang di temukan pakde Julkar. Pengalaman kami di sini benar-benar melatih mental.

Sifat-sifat adikku dan teman-temannya yang tadinya cengeng, rewel, selalu mengeluh, dan suka nesu itu berubah drastic. Mungkin karena kami jauh dari smartphone yang sudah habis baterai dua hari lalu.

Melihat kak Atiek membunuh ikan peliharaannya, mengeluarkan isi perutnya, dan memotong-motong tubuh ikan itu benar-benar memacu adrenalin. Apalagi pakde Julkar yang menyembelih burung dan kambing hingga darahnya kemana-mana, benar-benar menyenangkan.

###

Untuk sekarang yang mengerjakan jembatan itu Cuma inspektur dan dua rekannya, berhubung kayu yang di butuhkan juga sudah terkumpul. Kami hanya berdiam diri di pondok indah sambil mengurus segala sesuatunya.

Kami harus bersyukur masih bisa makan daging di hari ke lima. Kambing yang tadinya susah-susah kami rawat, kami beri makan, dan kami lindungi saat malam itu sudah di sembelih satu ekor. Ikan yang kami beri makan secara teratur dua kali sehari itu kini juga tinggal tiga ekor. Burung yang tempatnya kami bersihkan setiap hari agar tidak bau juga sudah ludes kami makan. Cobaan yang melatih kesabaran dan mental.

Pembunuh sialan itu mungkin sedang enak-enaknya makan di restoran bintang 5, atau sedang menonton tv. sudah lima hari aku belum menonton tv. Banyak banget acara yang kelewatan.

Atau waktu malam hari dia enak-enakan tidur pakai ac. "Huft, dimana brengsek itu."

##########################################################

"Ron, apa kamu gak penasaran sama Susi?" Ku lempar pantatku di samping Roni yang sedang duduk di kasur kamarnya.

Roni mengangkat kedua pundaknya "Emang kenapa sama Susi?"

"Dia yang dari awal tidak ada reaksi apa-apa!"

"Terus kamu mau apa?"

"Gimana kalo kita cek kamarnya Susi?" Ucapku penuh harap, tapi Roni malah tersenyum. "Kenapa?"

"Sudah aku cek sama Hany!"

"Hah, beneran. Apa isinya?" Rupanya dia sudah bekerja sama dengan Hany ya...!!

"Cuma banyak lilin." Jawab Roni datar.

"Kenapa Ron? Kok lemes gitu?" Ku rendahkan suaraku, Roni berdiri dan duduk di kursi, kelihatanya dia gak terhibur.

Roni mengambil kunci kamar, menguncinya dan duduk kembali. "Kemarin Hany cerita pas melihat isi tasnya Susi." Roni terdiam sesaat sebelum melanjutkan, "Katanya, di dalam tasnya Susi Cuma ada pisau. Pisau dengan segala ukuran."

Aku menyimak sesaat. "Terus?"

"Yakin mau dengar?" Pertanyaan Roni di susul dengan anggukanku.

Roni menghembuskan napas dan memelankan suaranya "Hany juga cerita, waktu dia ke rumahnya Susi dia menemukan Topeng. Topeng anon yang sama persis dengan yang di gunakan anaknya Johan dan Johan sendiri."

ACTUAL TARGET (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang