Epilog

34.3K 1.6K 111
                                    

Pengumuman kelulusan telah keluar hasilnya seminggu yang lalu. Cantika dinyatakan sebagai peraih nilai UN terbaik di seluruh Jakarta. Sebenarnya rasanya memang sudah sangat membahagiakan tapi, seminggu sudah berlalu Papa-nya belum juga memberikan ucapan apapun untuknya.

Hari ini Cantika ada acara pergi berlibur bersama teman-temannya. Saat dia sedang membereskan pakaian tiba-tiba terdengar bunyi bel dengan cepat Cantika membukanya betapa kagetnya orang yang tadi di pikirkannya sekarang berada di depannya.

"Papa?" Panggil Cantika.

Bram tersenyum tiba-tiba memeluk anak satu-satunya. Cantika yang mendapat pelukan Papa-nya masih terperangah dan shock.

"Pa?" panggil Cantika lagi. Bram yang mengetahui isi hati anaknya mengajak anaknya masuk ke dalam dan duduk bersama.

Saat mereka sudah duduk di sofa tiba-tiba Bram berlutut dengan anaknya. "Kamu boleh tampar Papa kalo dengan itu bisa membuat Papa mendapat maaf dari kamu."

"Pa?" Cantika sangat tidak suka dengan seperti ini.

"Cantika bilang sama Papa bagaimana caranya Papa menebus semua kesalahan Papa sama kamu, Papa jahat Papa gak pernah memikirkan kamu sayang maaf, tapi Demi Tuhan sayang melihat kamu koma seperti itu membuat hati Papa hancur. Melihat kamu tidak berdaya sama sekali membuat Papa seperti seorang pengecut dan orang tua yang gagal menjaga anaknya." Sudah hilang sosok Bram yang kuat ini, air matanya tanpa bisa di cegah sudah keluar.

Cantika menghapus air mata Papa-nya. "Cantika gak bisa benci Papa karena, bagaimanapun Papa adalah Papa terhebat yang Cantika punya. Pa sebelum Papa minta maaf Cantika udah maafin Papa. Cantika sayang sama Papa."

Bram memeluk putrinya, "Papa juga sayang sama Cantika.

Tiba-tiba Abid masuk yah, bagaimanapun Abid membantu Bram untuk mempertemukan mereka.

Abid melihatnya terharu dan saat dia ingin pergi dirinya di panggil. "Nak Abid?"

Cantika yang mendengar nama kekasihnya di panggil langsung berbalik.

Abid mendekati mereka berdua saat sudah dekat Bram memegang tangan Abid dan dia satukan di tangan putrinya.

"Mungkin ini feeling seorang Papa, Papa merestui kalian."

***

Beberapa tahun kemudian

{ Sableng Family }

Abid: kalian dimana? Woy temenin gue kerumah sakit. Bini gue lahiran sekarang.

Bella: dimana?

Abid: rumah sakit Cinta Kasih.

Arga: lah udah mau lahiran aja

Billa: kemaren pas ketemu sama gue, bilangnya lahirannya sekitar minggu depan.

Ana: udah jangan ngobrol kasian itu Cantika

Angkasa: lo mending nggak usah ikut deh Bella

Dirga: akhirnya ada yang dukung gue juga. Dia maksa banget ikut

Bella: kenapa sih kalian, bayi gue kuat ko

Putih Abu-AbuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang