"...Perfect Bitch..."
Semua hal di dunia ini pasti berubah. Aku tahu itu. Siang yang berubah malam, panas yang berubah dingin, kecil yang berubah besar.
Dan mungkin akupun berubah. Kau tau jas. Semenjak aku mabuk di malam saat kau pertama kali menyebut nama alena. Aku memutuskan untuk berhenti menjadi seorang pelacur.
Karna malam itu aku memutuskan untuk mencintaimu. Memang bukan sepenuhnya karnamu. Lebih karna aku ingin menikmati hidupku. Dan mencintaimu adalah salah satunya.
Walaupun aku tetap menjadi seorang pelacur, tapi kali ini berbeda, aku hanya menjadi pelacur untuk mu.
Menjadi pelampiasan nafsumu atas nama alena. Sakit memang, tapi setidaknya aku masih bisa melihatmu, memelukmu, dan mencintaimu selama aku bisa.
***
Hari itu aku membuka mataku, entah karna apa aku terbangun. Waktu masih menunjukan pukul 2 pagi. Ku balikkan tubuhku menghadap langit-langit kamarku yang berwarna soft blue.
Kulirik tempat kosong di sampingku. Yah tempat itu sudah satu bulan ini kosong. Tak pernah ada dirimu yang mabuk lalu mengisinya jas. Aku merindukanmu, sangat merindukanmu jas.
Aku hanya bisa melihatmu dari balik layar tv atau majalah olah raga yang kini sudah menjadi langgananku agar aku bisa sekedar mengetahui kabarmu.
Ku langkahkan kakiku keluar menuju dapur. Aku ingin mengambil minum. Entah mendapat dorongan dari mana aku menyalakan tv yang memang ada di kamarku setelah kembali dapur.
Ku alihkan channel satu ke channel yang lain. Tak ada yang menarik hingga aku sampai pada sebuah program olah raga yang kebetulan mnampilkan profilmu.
Menarik bukan? Dalam waktu beberapa bulan saja kau sudah menjadi buruan media.
Kau melaksanakan apa yang aku katakan saat di bar waktu itu. Kini kau menjelma menjadi seorang bintang lapangan.
Aku sudah pernah mengatakan jika kau itu mempesonakan jas? Dan walaupun sudah biar ku beritahu lagi kau itu mempesona, ntah seperti apapun keadaanmu.
Kini banyak orang mengenalmu karna banyaknya hattrick yang kau ciptakan untuk tim-mu.
Kau tidak lagi menjadi seorang pemain bertahan yang tak di kenal dunia.
Ntah bagaimana caramu kini kau bisa menjadi seorang striker yang menciptakan gol-gol gemilang yang membawa tim-mu pada kemenangan.
Aku tenggelam dalam segala fakta baru yang aku ketahui tentangmu. Kau tak pernah bercerita tentangmu, tentang keluargamu.
Aku tersenyum menyadari pikiranku tadi jas. Memang siapa aku sampai kau harus menceritakan tentang keluargamu? Isteri? Kekasih? Bahkan sebagai temanpun rasanya aku tak layak. Aku hanya sebatas pelacur yang kau ingat saat kau mabuk.
Acara tv itu juga menayangkan fotomu sedang memeluk wanita cantik dengan posesif di sebuah club terkenal.
Desiran yang menimbulkan rasa nyeri tiba-tiba muncul tanpa aba-aba di dalam dadaku. Apa aku sedang cemburu jas? Ntahlah aku belum pernah merasakan hal seperti ini sebelumnya.
Senyum pahit tiba-tiba terbit di ujung bibirku. Aku sudah di lupakan ternyata? Apa aku terlalu berharap jas?
Tanpa ku sadari ada sesuatu yang basah mengenai pipi tirusku. Ah aku menangis? Tidak biasanya aku menjadi begitu cengeng. Kau lihat jas kau merubahku menjadi wanita yang begitu cengeng.
Ku hapus kasar air mata sialan itu lalu ku matikan tv itu dan kembali bergelung dalam selimut tebalku untuk menenangkan hatiku yang bergemuruh tapi bukannya semakin tenang, tangisku malah semakin menjadi. Hingga aku terjatuh dalam mimpiku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bitch Diary
Roman d'amourKesedihan, kesakitan, tak di hargai, menjadi makananku sehari hari. Tak ada yang bisa aku salahkan karna memang ini salahku, ini karmaku. Dan maaf harus membuatmu merasakannya karnaku. -jennifer Dove- Keegoisanku membuatku menyesal, ketidak pekaanku...