"...Happiness in the Sickness..."
Entah ini sudah menjadi tulisanku yang ke berapa, lembar demi lembar ku untai tiap kata agar aku bisa bercerita padamu jas.
Konyol memang, aku tak pernah yakin jika suatu saat nanti kau akan mencariku dan menemukan rangkaian cerita kecil tentangmu, aku, dan dia.
Tapi setidaknya biarkan aku meringankan bebanku untuk bercerita, merasakan seakan-akan kau menjadi pendengar dan pembaca yang baik untukku.
Tak pernah aku tahu jas. Jika mencintaimu membuatku harus merasakan bahagia dan kesakitan di saat yang bersamaan, tapi hari itu, aku tak yakin apa yang aku rasakan, bahagia atau kesediahan. Aku tak tau.
Banyak fikiran yang berkecamuk dalam otak busukku jas. Apa yang harus aku lakukan? Membiarkannya lahir atau membunuhnya sekarang? aku hamil jas.
***
Aku terbangun karna sinar matahari yang masuk ke kamarku.
Ku edarkan pandanganku ke sekeliling ruangan asing itu. Ah ya ini kamar rumah sakit yang kemarin.
Terakhir aku ingat jika aku berada di kamar mandi karna mual dan muntah.
Aku masih enggan untuk bergerak dari tempat tidurku. Ku pejamkan lagi mataku, tak tahu apa yang aku fikirkan. Aku sendirian dan kesepian.
Tak berapa lama aku mendengar pintu kamarku terbuka. Ku tolehkan kepalaku ke arah pintu itu. Seorang dokter yang aku taksir berumur sekitar akhir 40 tahun dan seorang perawat yang masih cukup muda tersenyum menghampiriku.
Aku mengenal dokter itu, ia dokter Katrine Manson. Dia dokter yang memeriksaku dulu.
"Selamat pagi jeni, apa saya mengganggumu?" Tanya dokter ramah itu di sampingku.
Aku tersenyum padanya. "Tidak dokter kate, aku baru saja bangun, tapi masih malas untuk mencuci wajahku."
"Biar aku periksa dulu."
Kemudian dia menggerakan stetoskopnya di sekitar dada dan perutku, dan perawat tadi juga mengukur tekanan darahku.
"Apa yang kau rasakan jen?" Tanyanya lagi dengan suara yang tegas tapi tetap terdengar ramah. Yah dokter kate memang berbahasa non formal padaku. Aku yang memintanya, aku tak nyaman dan tak terbiasa dengan orang yang berbahasa formal padaku. Seakan aku ini orang penting, padahal aku hanya seorang pelacur tak cocok rasanya.
"Entahlah dok, seingatku aku sering muntah sejak satu bulan yang lalu. Dan yah sakit kepala itu datang lebih sering sekarang. Bahkan kemarin sepulang aku membeli majalah aku mimisan, perut bagian bawahku juga terasa sangat sakit, dan kemudian tumbang di jalan aku rasa." Kuakhiri penjelasanku dengan terkikik ringan.
"Apa ada masalah dengan jadwal datang bulanmu?" Tanyanya lagi.
"Entahlah dok, jadwal datang bulanku memang tak pernah teratur. Karna aku sering mengkonsumsi birth control." Kataku lirih di akhir kalimatku.Tentu saja tidak teratur, aku mengkonsumsi birth control hampir setiap hari dari dulu. Tentu saja menghindari resiko hamil karna pekerjaanku. Tapi aku baru ingat jika aku tidak pernah lagi mengkonsumsi obat itu, sejak aku tidak pernah lagi datang ke club.
"Adakah yang salah dok?" Tanyaku serius karna wajah dokter kate yang terlihat gusar.
"Eum,,, saya tidak tahu ini menjadi kabar baik atau kabar buruk untuk kamu jenifer"
Aku mengerutkan keningku, mencoba menerka kabar apa yang ingin di sampaikan oleh dokter kate.
Apa hasil tes ku selama ini salah? Apa aku sehat selama ini? Tapi rasanya hal itu tidak mungkin mengingat aku yang selama ini terus merasa sakit kepala, muntah bahkan mimisan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bitch Diary
RomanceKesedihan, kesakitan, tak di hargai, menjadi makananku sehari hari. Tak ada yang bisa aku salahkan karna memang ini salahku, ini karmaku. Dan maaf harus membuatmu merasakannya karnaku. -jennifer Dove- Keegoisanku membuatku menyesal, ketidak pekaanku...