~8~ Bitch Diary (6)

3K 99 10
                                    

"...The Accident (a)..."

Sebentar lagi jas, dia akan lahir. Dia bisa melihat dunia ini. Entah takdir seperti apa yang tuhan telah siapkan untuknya.

Jika sudah seperti ini aku pasti akan sangat merindukan saat-saat itu. Saat dimana kita bisa kembali bersama walau sebentar. Aku benar-benar berterima kasih pada tuhan saat itu. Dia mengabulkan doaku jas. Setidaknya biar dia merasakan sedikit saja kehadiran ayahnya walau sebentar.

Haruskah aku bersyukur dengan kecelakaan yang menimpamu? Dan berterima kasih pada alena yang lebih memilih pekerjaannya di banding merawatmu?

***

Saat itu sudah tiga bulan aku bedrest di rumah sakit. Lama sekali bukan?

Itu di luar perkiraan semua orang. Tapi mau bagaimana lagi kondisiku memang tidak memungkinkan.

Di bulan pertama aku masih di perbolehkan untuk ke kamar mandi sendiri. Walau masih tak boleh banyak bergerak yang menguras tenaga. Berat badanku pun masih sangat kurang untuk ukuran wanita hamil.

Bulan kedua bukannya semakin baik malah aku benar drop di sana jas. Berbagai pikiran tentang nasib bayi ini terus menghantuiku. Apa yang harus aku lakukan? Bagaimana dia hidup nanti jika saat ini pun aku sudah sekarat? Meletakkan di panti asuhan? Bagaimana jika hidupnya sama sepertiku? Dan masih banyak lagi. Hingga kanker sialan itu lebih sering menyiksaku, membuat kepalaku seakan-akan segera meledak saat itu juga. Karna kehamilanku aku tak pernah mau meminum obat itu, aku takut jika itu akan mempengaruhi bayiku. Walaupun dokter kate sudah menjanjikan padaku jika obat itu tidak akan mempengaruhi bayiku.

Tapi ayolah, bayi itu memakan dari apa yang aku makan, jika aku meminum obat itu sudah pasti jika dia juga harus merasakan pahitnya obat itu. Aku tidak mau dia memakan obat pahit itu.

Aku masih dengan kekeras kepalaanku hingga suatu hari sakit itu benar-benar menyiksaku, darah yang keluar dari hidungku pun seakan tak ada habisnya.

Aku pingsan karna tak dapat menahan sakit itu. Itu memang bukan pertama kalinya aku pingsan karna penyakit sialan itu.

Tapi ternyata saat itu aku bukan pingsan biasa. Bahkan kata dokter kate aku sempat koma selama 3 hari.

"Akhirnya kau sadar juga jeni. Aku benar-benar khawatir padamu." Katanya begitu dia masuk ke kamarku setelah salah seorang suster memberi tahunya.
"Sudah berapa kali aku katakan jen, kau tidak boleh keras kepala, kau harus meminum obatmu jika rasa sakit itu kau rasakan. Obat itu tidak akan meracuni bayimu jenifer. Justru jika kau memaksakan diri menahan sakit itu. Sama saja kau menyiksa bayimu jeni. Kau merasa sakit tentu saja dia akan merasakan sakit juga jeni. Kau tidak ingin dia kesakitan kan jen?" Nasihat dokter kate yang awalnya aku pikir ia sedang berpidato menyadarkan ku.

Dia benarkan jas. Aku kesakitan sudah pasti bayiku juga akan merasakan sakit sama sepertiku.

Kenapa aku kemarin bodoh sekali sih.

***

Maafkan aku nak yang harus membuatmu ikut merasakan sakit ini juga.

Jika saja aku boleh memilih, lebih baik aku mati sebelum aku mengenalmu jas dari pada mengenalmu dan membuat nyawa baru tumbuh dalam diriku, tapi harus membuatnya ikut merasakan sakit yang menyiksa ini. Itu jika aku memilih untuk menyalahkanmu.

Tapi aku tahu jika ini semua salahku, seandainya aku bisa menjaga pola hidupku, tidak tergantung pada alkohol dan rokok. Penyakit sialan ini tentu tidak akan menggerogotiku, dan mungkin aku akan sangat berbahagia jika aku tahu ada nyawa lain yang harus aku lindungi dengan segenap hidupku jas.

Aku tidak akan sendirian lagi, walaupun tidak bisa merawatnya bersamamu itu bukan masalah bagiku. Setidaknya aku memilikimu yang lain untukku sendiri.

Bitch DiaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang