~6~ Bitch Diary (4)

3.7K 106 3
                                    

"...My life..."

Hai jas, apa kabar? Rasanya sudah sangat lama kita tidak bertemu. Padahal baru beberapa bulan lalu.

Aku tetap merindukanmu jas. Segalanya seakan terekam jelas didalam memori otakku. Disaat berbagai memori hilang entah kemana, kau tetap eksis enggan untuk menghilang dari sana.

Segalanya bergerak seperti film yang tayang di otakku. Memutar segelintir kenangan hidupku saat bersamamu. Entah kenangan pahit atau kenangan indah.

Aku tetap bahagia setidaknya, aku tak pernah melupakanmu.

Hari ini ia banyak sekali bergerak jas. Seakan ia tak sabar untuk bisa melihat dunia ini. Atau ia tahu bahwa aku sedang merindukanmu? Entahlah.

Hidupku, aku ingin bercerita tentang hidupku. Yah walaupun mungkin kau tak pernah ingin tau tentang diriku.

Aku tau, aku memang tak pernah memiliki arti penting dalam hidupmu. Tapi bagiku kau begitu berarti jas. Entah kau menyadarinya atau tidak.

***

Kau ingat jas saat pertama kali aku mabuk bersamamu? Aku adalah orang yang sangat pandai menyembunyikan emosiku jas.

Tapi tidak untuk hari itu. Aku butuh sesuatu untuk melampiaskan emosiku. Melampiaskan kesakitanku dan paling penting kesedihanku.

Aku tidak menangis jas. Aku bukan tipe orang yang mudah menangis, kecuali jika itu bersangkutan denganmu.

Air mataku seolah hanya tercipta untukmu. Saat kesakitan menyiksaku pun aku tak pernah menangis tapi untukmu jas aku pastikan air sialan itu pasti akan tumpah. Dan sepertinya kaupun ada memang untuk menghabiskan stok air mataku yang selama ini tak berguna.

***

Aku di vonis dokter menderita kanker otak stadium 3. Aku memeriksakan diriku setelah aku dilanda sakit kepala yang begitu dahsyat.

Aku pikir itu hanya sakit kepala biasa. Tak pernah aku berpikir jika tuhan akan memberiku penyakit mengerikan itu.

Awalnya aku begitu membenci tuhan jas. Aku sangat membecinya. Apa ia menciptakan aku, membiarkan aku lahir ke dunia ini hanya untuk di siksa? Hanya untuk merasakan kesedihan? Ia tidak menyertakan bahagia dalam tulisan takdirku. Miris sekali.

Saat itu aku merasa sedang memerankan peran utama dalam drama murahan yang biasa tayang di tv hanya untuk orang-orang yang tak memiliki pekerjaan.

Aku lahir dan kemudian di buang di panti asuhan. Aku tak tahu siapa orang tuaku. Aku mencoba untuk bertahan, siapa tahu tuhan telah menyiapkan bahagia di masa depanku. Aku tetap optimis menjalani hidupku.

Aku pergi ke kota besar untuk bekerja memenuhi kebutuhan hidupku. Aku mencoba menjadi wanita yang lebih mandiri.

Tidak ada pekerjaan yang tersedia bagi seorang gadis muda yang mengandalkan ijazah sekolah menengah di kota besar seperti ini jas.

Tak ada pilihan lain yang bisa aku ambil selain menjadi seorang pelacur. Hanya bermodal rupa yang beberapa orang temanku bilang lumayan menarik, aku menjadi seorang pelacur.

Tak ada yang mengenalku di kota ini. Aku tak punya keluarga yang harus aku jaga nama baiknya. Hanya mungkin orang-orang panti yang sekarang tak mengingatku. Aku bukan anak kesayangan ibu panti. Aku hanya gadis pendiam yang suka menyendiri. Lalu apalagi yang bisa mencegahku menjadi seorang pelacur?

Aku butuh hidup, dan harga diri tidak bisa membuatku kenyang.

Dan sekarang aku di vonis menderita kanker otak. Apalagi yang kurang? Ah mungkin nanti aku akan mati sendirian tanpa ada orang yang kehilangan.

Bitch DiaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang