Akhirnya aku bisa menceritakan saat paling bahagiaku bersamamu jas.
Sungguh, ingin sekali rasanya aku mengulang saat itu dan menghentikan waktu. Agar aku bisa terus merasakan bahagia itu.
***
Keesokan harinya aku tak bisa bangun dari tempat tidurku karna demam yang tiba-tiba saja menyerangku. Mungkin karna aku berkeliaran di rumah sakit saat dini hari tanpa penghangat.
Ingin sekali aku menemanimu di sana. Menggenggam tanganmu dalam kesendirian dan kegelapanmu.
Tapi apa kau akan mengijinkanku jas? Ayolah aku bukan siapa-siapamu. Hanya kebetulan seorang pelacur yang dulu kau jadikan pelarian. Tidak lebih.
Dokter kate melarangku untuk pergi dari tempat tidurku seharian itu.
Pikiranku tak pernah bisa diam jika itu menyangkut dirimu dan dia. Aku terus memutar otakku bagaimana caranya agar aku bisa menjagamu.
Terdengar memaksa sekali bukan? Ya, aku juga brrpikir seperti itu. Tapi aku bisa apa, ada dorongan kuat sekali dari dalam diriku untik terus berarada di sekitarmu untuk saat-saat ini. Saat dimana kau semdirian. Saat dimana kau terpuruk. Bukan maksudku untuk menertawakanmu, kau tau itu jas.
aku ingin ada di saat kau memang membutuhkanku. Merasa di butuhkan walau hanya untuk sekejap saja, dan itu sudah lebih dari cukup jas jika itu menyangkut dirimu.
Entahlah sampai siang menjelang, tetap tak ada rencana apa pun yang tersusun di dalam kepalaku. Yang ada hanya membuat kepalaku semakin pusing karna aku memaksanya bekerja.
Yang pasti, malam ini aku akan mengunjungimu lagi. Entah sambutan seperti apa yang akan aku dapatkan nanti. Aku wanita bermental baja. Seburuk apapun perlakuanmu tak akan menggoyahkanku.
***
Sesuai janjiku, malam itu aku berkunjung ke kamarmu. Jantungku bekerja keras di dalam sana, dia verdetak seakan ia ingin sekali keluar dari peradabannya di dalam dada ku.
Aku terlalu takut, tentang tanggapanmu, akankah kau mengusirku jas? Atau kau akan mendiamkanku seperti kau dulu?
Adrenalinku terus bekerja, tanganku sampai terasa dingib karna terlalu gugup.
Ku buka pintu kamarmu perlahan. Ku alihkan pandanganku pada ranjang yang biasa kau tiduri selama sebulan terakhir ini.
Ku hembuskan nafasku lega, ku lihat kau tertidur di atas ranjang itu.
Sejujurnya, ingin sekali aku melihat mata emas madu mu jas, ingin sekali tapi aku juga takut jika kau terbangun, kau akan mengusirku pergi.
Jadi untuk sekarang biar, biar seperti ini dulu. Setidaknya aku tahu kau sudah bangun dari tidur panjangmu.
Aku duduk di sampingmu, memandang wajah sayu itu dengan seksama. Selalu jas, tak pernah tidak, aku selalu berharap dia akan mendapatkan semua milikmu. Wajahmu, kulit kecoklatanmu, mata emas madumu.
Kuusap tangan kurusmu, pelan, aku takut membangunkan tidurmu. Ku lihat keningmu berkerut, kepalamu bergerak gelisah, keringat dingin juga mulai muncul di keningmu yang berkerut.
Sepelan mungkin, ku hapus air keringat yang muncul di keningmu, mengusap keningmu yang berkerut.
Perlahan-lahan kerutan itu berangsur menghilang. Nafasmu kembali teratur.
Tanpa kusadari ada sedikit senyum yang tertarik di bibirku. Ntah kenapa rasanya menyenangkan jas, saat aku sadar jika aku bisa melihat ketenanganmu kembali.
Ketenangan yang dulu sangat aku sukai. Ketenangan yang menyenangkan bukan yang dingin seperti dirimu saat bersamaku.
Aku merindukanmu jas. Sangat merindukanmu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bitch Diary
RomansaKesedihan, kesakitan, tak di hargai, menjadi makananku sehari hari. Tak ada yang bisa aku salahkan karna memang ini salahku, ini karmaku. Dan maaf harus membuatmu merasakannya karnaku. -jennifer Dove- Keegoisanku membuatku menyesal, ketidak pekaanku...