Dia lahir jas, dia telah lahir. Jade, jaden namanya. Sesuai keinginanmu. Siapa nama belakangnya? Bolehkah dia menyandang namamu saja jas? Jaden brown. Kurasa itu tak bisa. Tapi aku juga tak ingin dia menyandang nama seorang jalang di belakang namanya. Lalu aku harus bagaimana?
Jaden mirip sekali denganmu jas. Syukurlah, itu yang aku harapkan. Tapi walau bagaimanapun dia tetap anakku kan, dia mendapatkan mata dan lesung pipi ku. Sejujurnya aku sedikit kecewa di bagian itu. Kenapa dia harus mirip denganku. Seharusnya dia hanya cukup mirip dengan mu. Biar tak ada yang ingat jika dia adalah anak seorang jalang. Maafkan aku jade.
Dia lahir secara ceasar. Karna aku tak akan kuat jika harus menjalani proses normal. Kata dokter kate dia masih lemah, keadaan tubuhnya belum stabil. Kau harus kuat jade, karna kau lah yang selama ini menguatkanku untuk tetap terus berjuang untukmu.
Kondisiku semakin melemah. Kanker gila itu benar-benar menginvasi seluruh tubuhku.
Bahkan untuk menyusui jaden pun aku sudah tidak bisa. Aku hanya bisa melihatnya dari tempat tidurku.
Aku ingin memeluknya jas. Sebentar saja biar aku memeluknya. Walaupun mungkin dia tidak akan ingat jika aku pernah memeluknya. Aku ingin menciumnya. Mencium setiap lengkuk tubuhnya agar ia tahu betapa aku mencintainya jas.
Aku ingin dia menggenggam jariku dengan jemari kecilnya. Tapi karna ia masih terlalu lemah, ia tidak diijinkan untuk berada di luar inkubatornya terlalu lama. Keadaannya masih belum stabil. Ku harap kau kuat jade. Aku mencintaimu. Sangat mencintaimu jaden.
***
Keesokan harinya setelah rencana gilaku kau menyetujuinya jas. Kau tahu bagaimana bahagianya aku jas? Bahkan ini lebih membahagiakan dari pada saat aku tahu hamil anakmu jas.Aku bisa memilikimu untuk diriku sendiri, yah walaupun hanya sebuah sandiwara, biar ku anggap ini nyata untukku.
"Jadi bagaimana?"
Kau masih dengan dirimu yang acuh tapi tak sedingin biasanya.
"Bagaimana apanya?"
Saat aku meletakan roti berselai strowbery ke piringmu.
"Bagaimana cara kita mengawali sandiwara gila itu?"
Tanganku yang sedang aktif mengoleskan selai di roti untukku terhenti karna mendengar perkataanmu.
"Kau mau menerimanya jas?"
Perasaan bahagia tentu tak bisa ku tutupi lagi kurasa.
"Yah, tak ada ruginya kurasa. Aku tak ingin punya hutang budi pada siapapun termasuk dirimu. Jadi kenapa tidak. Toh hanya satu minggu setelah itu kau akan pergi dari hidupku kan? Cukup impas kurasa."
Lagi rasa sakit itu muncul lagi. Tapi tak apa biarkan saja. Toh akan ku manfaatkan satu minggu ini untuk membuat memori indah dengan mu. Anggap saja rasa sakit tadi adalah harga yang harus aku bayar untuk dapat bahagia.
Tak ku pedulikan lagi roti yang belum selesai ku beri selai. Dengan semangat aku mendudukan diriku sendiri di kursi ruang makan itu, hingga membuat perutku sedikit kram karena pergerakanku yang tiba-tiba.
Ku atur nafasku dan mengelus perutku pelan.
"Kau tak apa?"
Sedikit khawatir di suaramu. Kau bisa menghawatirkan kami juga ternyata jas.
"Yah, tak apa, hanya sedikit kram, tak masalah."
"Jadi, kau benar-benar serius?"
Lanjutku. Dan kau hanya mengedikkan bahumu. Aku tersenyum senang. Tentu saja.
![](https://img.wattpad.com/cover/75519024-288-k638674.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Bitch Diary
RomanceKesedihan, kesakitan, tak di hargai, menjadi makananku sehari hari. Tak ada yang bisa aku salahkan karna memang ini salahku, ini karmaku. Dan maaf harus membuatmu merasakannya karnaku. -jennifer Dove- Keegoisanku membuatku menyesal, ketidak pekaanku...