~2~ Jenifer Dove

8.6K 144 1
                                        

Jenifer POV

Musik keras, asap rokok, alkohol, sudah menjadi duniaku sejak 3 tahun lalu. Yah kalian bisa menyebutku pelacur, wanita penggoda, jalang, dan apalah itu semua yang jelek ada pada diriku aku akui itu.

Jangan berfikir ceritaku seperti dalam cerita novel yang di jual oleh keluarganya atau mau menjual diriku untuk panti tempatku tinggal selama ini. Walaupun aku memang anak panti tapi bukan itu alasanku.

Aku menjadi seorang pelacur karna memang itulah satu-satunya pekerjaan yang memberiku gaji yang cukup besar.

Aku tidak mau munafik, kehidupan di kota besar seperti ini membuat semua jalan terlihat baik-baik saja untuk di jalani sekalipun harus menjadi seorang pelacur.

Jangan berfikir jika aku orang yang picik dan tak mau ber usaha. Awalnya aku juga tak pernah berfikir jika pada akhirnya aku akan menjadi seorang pelacur. Aku yakin tak ada seorangpun yang bercita-cita menjadi seorang pelacur kan? Dulu aku pernah bekerja sebagai seorang cleaning service di sebuah kantor yang tak terlalu besar, tapi baru beberapa bulan aku bekerja di sana, kantor itu bangkrut dan aku terpaksa di PHK. Aku melamar pekerjaan di berbagai tempat lain, tapi tak ada yang mau menerimaku dengan alasan pendidikanku yang di bawah standart.

Apalagi yang bisa aku lakukan? Otakku tak cukup cerdas untuk melanjutkan sekolahku dengan beasiswa. Ayolah tak semua orang beruntung mendapatkan beasiswa kan? Pihak panti juga tidak mungkin menanggung biaya sekolahku sedangkan di sana banyak anak-anak kecil yang tentu saja lebih membutuhkan pendidikan dasar dari pada aku.

Namaku Jenifer Dove, sejak aku bayi aku sudah tinggal di panti asuhan, aku tak pernah berminat untuk bertanya bagaimana aku bisa berada di panti itu, cerita itu justru akan menyakiti diriku sendiri nantinya. Banyak orang mengatakan aku cukup menarik dengan tinggi badan yang tidak terlalu pendek tapi juga tidak terlalu tinggi. Kulitku berwarna coklat khas orang asia, ada lesung pipi yang menghiasi pipi kananku setiap aku tersenyum, dan jangan lupakan rambut hitam legamku yang lurus tanpa bantuan pelurus rambut sekalipun. Tapi modal cantik saja ternyata tak cukup untuk membuatku menjadi seorang pelayan cafe, huh miris sekali.

Karna kebutuhanku yang semakin bertambah dan aku tak memiliki pekerjaan apapun akhirnya aku menjajakan diriku di salah satu club mewah yang ada di kota tempat aku tinggal.

Sekalipun aku seorang pelacur, aku memiliki prinsipku sendiri. Pertama, aku tidak akan berkencan dengan orang yang sama dalam kurun waktu yang berdekatan. Kedua, aku tidak akan mau berkencan dengan laki-laki yang sudah berkeluarga. Aku memang jalang tapi bukan berarti aku juga harus menjadi perusak rumah tangga orang kan? Ketiga, aku tidak menerima barang apapun dari teman kencanku selain uang. Aku bukan gadis murahan yang mau menerima apapun secara cuma-cuma seperti halnya perhiasan, mobil, ataupun apartemen. Aku yakin karna dengan menerima barang-barang seperti itu akan mudah bagi laki-laki itu untuk mengungkit-ungkit atau bahkan mengikat dengan alasan barang-barang itu.

Akan berbeda kasusnya jika aku hanya mendapatkan uang. Mereka tidak akan bisa menarik atau mengikatku secara berlebihan dengan uang mereka.
Aku rasa cukup omong kosong tentang diriku.

Malam ini seperti malam-malamku sebelumnya, aku duduk di depan meja bar, menghisap rokokku, sambil melihat sekitar club itu. Banyak wanita penggoda lain yang sedang beraksi. Mereka mendekati, merayu, bahkan menggoda secara terangan agar ada yang mau menggunakan jasa pemuas mereka. Ahh menjijikan sekali.

Aku juga pelacur, tapi caraku sekarang lebih baik dari pada caraku yang dulu. Mungkin aku tak jauh beda dari mereka dulu, aku menggoda mereka dengan merayu, tapi itu dulu, sekarang sudah banyak yang mengenalku, mereka puas dengan caraku. Sehingga teman-temannya pun penasaran dan kemudian datang padaku. Jalang. Hah itu memang pekerjaan ku apalagi yang bisa aku lakukan. Tapi sekarang tidak lagi, aku tidak lagi perlu bersikap murahan secara terang-terangan dan menunjukan bahwa diriku memang seorang wanita murahan.

Sekarang aku lebih suka diam, cukup menarik mereka dengan memandang mereka secara intens, dan yap mereka akan datang padaku. Tidak selamanya berhasil memang. Ada saat dimana aku memang di tuntut agresif pada orang-orang tertentu yang merasa tak membutuhkanku tapi pada nyatanya. Hey ayolah mana ada kucing menolak di beri makan?. Tapi lebih baik kan dari pada harus terus menerus bersikap murahan di depan banyak lelaki.

Pandanganku berhenti pada seorang lelaki yang tengah terduduk tak jauh dariku, sepertinya ia sudah cukup mabuk karna kepalanya sudah menempel pada meja bar.

Ku perhatikan wajahnya lagi dengan seksama sepertinya aku pernah melihat wajah itu sebelumnya. Apakah ia salah satu pelangganku? Entahlah yang pasti wajah itu tak asing bagiku.

Lama aku mengingat wajah itu, ia adalah lelaki mabuk yang beberapa minggu lalu menghampiriku saat aku sedang merenung di area parkir club. Dia jason brown. Satu-satunya lelaki yang membuatku tertarik hanya dengan ketenangan dan kesakitannya.

Flashback

Saat itu aku sedang duduk di atas kap mobilku di area parkir club. Aku sedang tidak mood berada di dalam club.

Sebatang rokok menjadi teman merenung yang paling aku sukai. Aku sedang merasa bosan dengan hidupku yang selama 3 tahun ini hanya berpusat pada club, rokok, alkohol, uang, dan seks.

Ini memang pilihan hidupku tapi tak bolahkah aku merasa bosan? Aku tak tahu apalagi yang aku harapkan dari hidupku yang bahkan sudah tak memiliki apapun lagi untuk di harapkan.

Saat aku masih berpikir apa yang harus aku lakukan dengan hidupku, aku melihat seorang laki-laki berjalan sedikit terseok ke arahku. Sepertinya ia mabuk. Aku sengaja mengacuhkannya, aku sedang tidak dalam mood yang baik sekarang ini.

Ia duduk di sampingku, dengan percaya diri penuh ia merebut rokok yang hendak ku hisap. Ia menghisap rokok seolah memang rokok itu miliknya. Aishhh...aku benci di ganggu. Tak ingin meladeni orang mabuk aku hanya menghembuskan nafas kasar dan mengambil rokok lain yang ada di sampingku.

Kunyalakan, ku hisap hingga asapnya memenuhi paru-paruku. Ku pejamkan mataku, menikmati sensasi ketenangan yang berbeda, tak berapa lama ku hembuskan asap rokok itu melalui mulutku tanpa aku membuka mata. Bersugesti pada diriku sendiri bahwa bebanku ikut terbang bersama asap itu.

Aku merasa ada yang memperhatikanku, ahh aku hampir lupa ada orang lain di sini. Aku menoleh ke tempatnya duduk tadi, dan benar saja ia tengah menatapku dengan intens. Jangan berfikir aku terlalu percaya diri, aku mengenali tatap semacam itu dengan pengalaman 3 tahunku menjadi seorang jalang.

Aku mencoba tak menghiraukannya dengan mengalihkan perhatianku pada sebatang rokok yang masih berada di tanganku. Saat hendak memasukannya ke mulutku, tiba-tiba ia berdehem dan dengan tenang berkata "tidak baik seorang wanita  cantik sepertimu merokok. Terlalu beresiko" katanya dengan masih menatapku tenang.

Ketenangan itu, aku tercengang dengan ketenangan semacam itu. Dalam suaranya terdapat ketenangan yang penuh tapi di bola matanya, dalam pandangannya tersirat kesakitan yang begitu menyayat. Sudah aku bilang jangan ragukan pengalamanku selama 3 tahun ini.

Tak lama aku tenggelam dalam tatapan itu. Kembali pada diriku saat ini. Aku hanya mendengus mengingat perkataannya tadi "tidak baik untukku tapi baik untukmu ya? Mengesankan sekali." Hanya kata-kata sinis itu yang bisa keluar dari mulutku. Ku hisap kembali rokokku.

Ia terkekeh pelan mendengar jawabanku. Untuk sesaat terjadi keheningan di antara kami. "Boleh ku tau namamu?" Kata laki-laki itu padaku. "Namaku jason brown" kata laki-laki itu lagi yang kini ku tau namanya jason brown.

Entah apa yang membuatku sedikit tertarik dengannya, ku akui dia memang cukup menarik dengan tubuh yang tinggi, kulitnya eksotis karna terlalu sering terbakar sinar matahari, mungkin. Kulitnya yang coklat bersih, terlihat maskulin dengan otot yang terbentuk proporsional. Tapi bukan itu yang menarik bagiku. Tapi ketenangannya dan kesakitan di matanya.

"Namaku jenifer dove"

Sejak saat itu aku memutuskan untuk tertarik pada laki-laki bernama jason brown.

***

Tbc

Haii,, adakah yang menunggu cerita gaje ini? Maaf ya masih berantakan. Maap juga kebanyakan flashback. Part selanjutnya uda ga flashback insyaallah :)
Terlalu pendek kah? Mohon sarannya yaaa :D

Regards
21062016

Bitch DiaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang