Part 8

634 20 0
                                    

Sudah hampir 2 bulan aku mengikuti Rohis, aku merasa nyaman saat berkumpul bersama teman teman Rohisku. Mereka merangkulku untuk mengejar akherat, bagi anak Rohis yang penting itu mengejar akherat kalo sudah seperti itu Insyaallah dunia akan mengiringi kita.

Aku dan Papa sedang berkumpul di ruang keluarga saling bertukar cerita dan pendapat. Aku melirik jam 10 menit lagi adzan isya akan berkumandang
"Pa sebentar lagi isya sholat kemasjid yuk"

"Ngapain kemasjid sholat di rumah aja"

"Tapi kalo laki laki itu bagusnya sholat di masjid Pa, lagian kan masjid gak terlalu jauh dari rumah kita"

"Sholat di rumah aja Rik"

"Oh yaudah kita di rumah,tapi imaman yah Pa sekalian ajak kakak sama Mama"

"Terserah kamu,Papa mau tidur capek"

"Tapi Pa sholat dulu baru tidur kan sholat kan wajib hukumnya"

"Wah baru sebulan jadi anak Rohis udah bisa nyeramahin Papa"

"Riko cuma ngingetin Pa, kapan Papa jadi imam di rumah ini? Riko ingin...."

"Ahhh sudah sudah kamu semakin kurang ajar yah,terserah Papa mau sholat atau nggak jangan sok alim kamu!"

"Yaudah Pa, Riko bakal pergi sendiri, assalamualaykum"

Aku pun pergi menuju masjid yang tak jauh dari rumahku. Kapan Papaku mendapat hidayah Ya Allah?

***********

Hari ini ulangan harian ekonomi ya seperti yang di ketahui banya orang kelas X.G sangat heboh untuk mencari cara menggagalkan ulangan ini.
Aku seperti biasa mendengarkan lagu memakai headset sambil belajar catatan ekonomi mungkin saja ada satu dua materi yang nyangkut dan masuk di ulangan.

Seseorang menepuk pelan bahu ku
"Rik? Rik?" aku melepas headset yang menyumbat telinga ku

"Ada apa Per?"

"Rik,kamu punya cara kan untuk ngegagalin ulangan ekonomi"

Aku mengangkat sebelah alisku, jujur aku memanglah orang yang tepat untuk di minta saran buat ngejahilin temen atau guru

"Aku gak punya ide buat ngegagalin Per,tapi aku ada ide supaya nilai kita besar"

"Apaan?" tanya Peri antusias

"Caranya ya belajar, baca buku catetan"

Peri melotot heran kearahku
"Ada apa dengan kamu partner jahilku? Katakan kenapa kau berubah?" katanya pelan sambil menepuk nepuk pelan bahuku

"Aku lagi belajar buat nggak jahil lagi,aku kasian sama ortu aku Per sering di panggil kesekolah karena kejahilanku, mana bentar lagi kita naik kelas dua bisa bisa aku nggak naik"

"Aku harap kamu nggak nyesel ngambil keputusan kamu ini, seisi kelas merasa kehilangan sosok Riko yang dulu,sang wakil ketua kelas yang jahil dan tampan"

"Lebay kamu Per, kalo masalah tampan yah itu memang bawaan lahir sampe sekarang aku tetep tampan, aku gak bakal nyesel ngambil jalanku Per"

"Payah!" Peri mengacungkan jari tengahnya dan aku hanya tersenyum tak menanggapi.
Jika perubahanku ini buruk bagi orang lain tapi aku yakin ini baik di mata Allah.

**********
Hujan deras mengguyur kota aku yang sedang mengendarai motor langsung menepi ke halte terdekat,halte yang tak jauh dari sekolah. Langit semakin terlihat gelap mungkin ini jam setengah 5 sore aku baru saja pulang dari syuro Rohis untuk acara baksos yang akan kami adakan 2 minggu lagi.

Ada sekitar 7 orang di halte itu, tak sengaja aku melihat seorang gadis berjilbab panjang di antara orang orang itu wajahnya tampak cemas, jilbab dan baju nya agak sedikit terlihat basah karena terkena hujan

"Nadine.."

"Eh Riko, kamu ngapain disini?"

"Yah berteduhlah Nad, kamu sendiri lagi nungguin abang kamu yah?"

"Ya seharusnya gitu kalo hp aku nggak mati, aku tadi lupa sms abang aku buat minta jemput jam segini"

"Oh yaudah nih, pinjem hp aku telpon aja abang kamu"

"Itu lagi masalahnya aku nggak hapal nomor abang dia baru ganti nomor, aku lagi nunggu bis lewat"

"Waduh Nad Nad jam segini biasanya nggak ada lagi yang lewat"

"Jangan sok tau lah"

Setengah jam berlalu rintik hujan mulai mereda, orang orang yang berteduh mulai melanjutkan perjalanannya, menyisakan aku dan Nadine di halte ini

"Nad udah hampir setengah 6 mana ada lagi bis lewat, aku anter aja yah lagian langit udah mendung lagi nanti hujan lagi"

"Nggak usah Rik makasih kamu pulang aja"

"Tolong Nad jangan keras kepala, aku bukan Riko yang pertama kali kamu kenal, aku ngerasa bertanggung jawab karna aku bertemu denganmu disini, mana mungkin aku meninggalkanmu di suasana seperti ini"

"Tapi Ummi sama Abi akan marah"

"Kamu berdoa aja, aku akan jelasin kemereka"

Setelah membujuk Nadine cukup lama akhirnya Nadine mau kuantar pulang Nadine memberi batasan tasnya antara tubuhku dan dia, selama perjalanan tak ada yang bersuara baik aku maupun Nadine.

Aku berhenti di depan sebuah rumah bercat abu abu
"Makasih ya Rik"

"Iya, Nad aku harus pamit sama orang tua kamu"

"Tapi..."

"Aku laki laki yang bertanggung jawab Nad"

Nadine mengetuk ragu pintu rumahnya, tak lama pintu itu dibuka terlihat seorang wanita berjilbab panjang yang wajahnya mirip Nadine, seperti orang Eropa. Wanita itu menatap tajam kearahku.

#afwanberantakan

Bidadari SurgaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang