A/n :
Please Vomment ya, Saya tahu pasti tulisan saya ada yang kurang yaudah dikomen aja gapapa, kalian baca tapi gak vote itu kan berarti cerita saya jelek dan kurang. Kalian ngevote tapi gak comment saya berasa gimana gitu. Jujur saya hapal sama yang sering ngevote sama comment menarik tentang cerita saya, kayak Sendall-Jenner, RezaMeviaanr, deniaAH, dan beberapa readers yang akhir-akhir ini ilang; mustnotbe-named, syifafikriyah17, Anggiidr, UlfaNasir. Saya apal kerena mereka sering komen Kalau kalian pengen saya apalin komen yang panjang*ehpromo*
Saya baca kok semua komenan kalian dan sesekali saya bales kalau komenannya menarik. Saya kadang senyum sendiri baca komenan kalian loh*apalagiyangpanjang*, percaya gak percaya kalian tuh bisa membangkitkan semangat nulis saya.----------
"Ekhemm." Deheman itu berasal dari belakang punggung. (Namakamu).
(Namakamu) menoleh mendapati Iqbaal yang bersandar pada mobilnya sambil bersendekap dada.
"Iqbaal?"
"Ikut saya ya."
(Namakamu) diam beberapa saat, entah apa yang membuat Iqbaal begitu keukeh untuk mengajak (Namakamu) ikut dengannya.
Tiba-tiba kejadian itu kembali berputar dikepala (Namakamu), kejadian dimana Iqbaal memarahi dan memakinya, tapi tidak bisa dipungkiri jika jantung berdegup kencang ketika dekat dengan Iqbaal.
(Namakamu) benar-benar labil.
"Enggak bisa, saya mau jalan sama Steffi." Alibi (Namakamu).
"Tadi Steffi baru jalan sama pacarnya."
Mampus.
(Namakamu) ketahuan bohong, mau ditaruh dimana muka (Namakamu), Maukah kalian meminjamkan muka pada (Namakamu).
"Ikut saya." Tanpa persetujuan, Iqbaal menarik tangan (Namakamu) sampai (Namakamu) harus mensejajarkan langkahnya dengan langkah Iqbaal yang cepat dan lebar bahkan terkesan berlari.
Sampai dimobil, hanya terjadi keheningan antara keduanya, Iqbaal sibuk menyetir sedangkan (Namakamu) sibuk menatap keluar mobil.
"Kamu mau ajak saya kemana?" Setelah sekian lama menutup mulut akhirnya (Namakamu) yang memulai pembicaraan.
"Kita ketemu Caca." Ucapnya sambil melirik (Namakamu) sejenak, kemudian kembali fokus ke jalanan.
"Emangnya Caca dimana?" Tanya (Namakamu) alisnya tertarik sedikit keatas.
"Ada dirumah Bella."
"Bella?" Nama itu seperti tidak asing di telinga (Namakamu).
"Iya Bella, Ibunya Caca."
(Namakamu) mengangguk mengerti, namun kenapa Iqbaal mengajaknya, apa hubungnnya coba? "Kenapa harus ngajak saya?"
"Caca pasti juga pengen ketemu kamu," Iqbaal melirik (Namakamu) sejenak, "saya gak tahu kenapa Caca bisa akrab banget sama kamu bahkan saya aja gak seakrab itu sama Caca."
"Itu karena kamu yang kurang perhatian sama Caca."
"Iya mungkin benar, tapi saya sayang sama Caca, sebenarnya dia itu bukan anak kandung saya, setiap saya ngeliat Caca saya jadi ingat kesalahan saya sama Papanya." Iqbaal menghela napas menurunkan laju kendaraannya.
"Saya sudah tahu itu." (Namakamu) menatap Iqbaal lekat-lekat.
Iqbaal yang refleks langsung menginjak pedal rem, mengakibatkan (Namakamu) hampir saja terbentur dashboard karena tidak memakai seatbelt.

KAMU SEDANG MEMBACA
Heartbeat || idr
FanfictionEND - 8 Desember 2016 Sebagian cerita [Private-Hanya bisa dibaca oleh followers] Apa ketika jantung berdetak cepat itu menjamin orang jatuh cinta? Apa ketika kita nyaman akan seseorang tapi jantung kita tidak berdetak cepat itu juga jatuh cinta...