Karena Caca masih terlalu kecil untuk tahu mengapa eyang membencinya, dulu seharusnya Iqbaal yang menikah dengan ibu Caca tapi Iqbaal malah kabur saat pertunangan berlangsung dan dengan terpaksa Fakhrilah yang menggantikan Iqbaal.
Fakhri dan Iqbaal itu sangat mirip samai ayahnya sulit membedakan mereka, pernah beberapakali Iqbaal mendapatkan nilai nol saat ulangan matematika dan Fakhri mendapat nilai sembilan pulih delapan maka Fakhri menukar kertas ujiannya dengan milik Iqbaal, agar Iqbaal tidak terkena amarah Herry.
Memang dulu Iqbaal sangat bertolak belakang dengan Fakhri, Fakhri pintar sedangkan Iqbaal bodoh, tak heran jika Herry dan Rike sangat menyayangi Fakhri, demi Iqbaal Herry menyekolahkan Iqbaal ke USA, tidak peduli berapa banyak yang yang dia keluarkan yang terpenting adalah anaknya menjadi pintar.
Pagi ini Caca turun dari mobil, dia diantarkan Mukhlis—supir pribadi Herry, Iqbaal dia dudah pergi kekantor terlebih dahulu.
Saat perjalanan menuju kelas Caca dihadang beberapa temannya, Fauzan, Selly dan Alif.
"Caca kamu punya mama gak?" Caca diam ditempatnya memerhatikan teman-temannya yang memegang selembar foto keluarga ditangannya masing-masing.
"Tuh kan Caca itu gak punya Mama." Fauzan menceletuk sementara Caca masih diam mematung.
Bukan Caca yang ingin tidak mempunyai ibu, Caca pernah tinggal bersama ibunya hanya dua tahun, itupun ibunya selalu sibuk spa, salon, yoga, arisan shoping dan semuanya yang sepele. Hanya Ayah yang Caca punya.
"Caca aja dianterin supir jangan-jangan Caca supir." Caca masih diam ditempatnya menikmati Cacian yang disuguhkan temannya.
Memang Caca tidak seberuntung mereka. Mereka yang memiliki keluarga yang lengkap, mereka yang mempunyai keluarga yang harmonis, sekali lagi hanya Ayah yang Caca miliki.
"Caca gak punya mama, Caca anak supir." Suara itu seperti dibuat nyanyian menggema ditelinga Caca membuat gadis kecil itu semakin terpojokan.
"Ayyah..." satu kata yang pertama kali keluar dari bibir mungil Caca saat masih kecil, kata yang keluar bersamaan airliur yang mengalir di dagu namum dengan sigap ayahnya akan menepis dengan tangannya sendiri, Hanya Ayah yang Caca sayangi, Ayah yang setiap malam meninabobokannya, Ayah yang akan selalu menyiapkan makanan unyuknya, Ayah yang selalu mengganti popoknya tanpa merasa jijik, Ayah yang selalu memakaikan bedakputih tebal pada wajahnya, dan mendadak Caca kehilangan sosok itu, Karena Iqbaal bukan Ayahnya Karena Iqbaal Bukan orang yang sama dengan orang yang Caca panggil Ayah duatahun yang lalu, karena Iqbaal bukan orang yang seharusnya Caca panggil Ayah. Ini salah siapa? Iqbaal yang kurang peduli atau Caca yang tidak tahu menahu apa-apa.
Saat ini mungkin Caca lupa bagaimana kasih sayang seorang Ayah sesungguhnya."Caca kasihan deh kamu." Selly mendorong tubuh Caca sampai dia sedikit terjengkang saat ini Caca sudah menangis tapi tidak meraung-raung seperti anak biasanya.
"Hey ada apa ini?" (Namakamu) setengah berlari setelah melihat kerumunan anak TK yang entah berbuat apa.
"Bu guru kabur..." selang beberapa detik anak-anak yang mengerumuni Caca langsung kabur memasuki kelas.
(Namakamu) menatap Caca yang wajahnya memerah pipinya basah akibat menangis.
"Caca kenapa?" (Namakamu) membantu Caca bangkit menyingkirkan anak rambut yang menutupi wajah Cantik Caca.
"Caca gak pu... nya Bun... da." Caca menangis sejadi-jadinya, tak tahan menahan rasa sakit yang memukul rongga dadanya.
(Namakamu) tersenyum, "Bu (Namakamu) gak punya Ayah sama Bunda tapi Bu (Namakamu) gak nangis." Caca menatap (Namakamu) meminta penjelasan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Heartbeat || idr
FanficEND - 8 Desember 2016 Sebagian cerita [Private-Hanya bisa dibaca oleh followers] Apa ketika jantung berdetak cepat itu menjamin orang jatuh cinta? Apa ketika kita nyaman akan seseorang tapi jantung kita tidak berdetak cepat itu juga jatuh cinta...