-Eighteenth-(Retaknya Hati?)

4.4K 478 49
                                    

Amnesia - 5 Second Of Summer

-18-

"Omongan Caca jangan dianggap serius ya," ucap Iqbaal pada (Namakamu) yang berada di sampingnya, mereka sedang memperhatikan Caca yang bermain ayunan di taman kota, dia juga ditemani beberapa teman barunya, Bella sedang pergi dan menitipkan Caca pada Iqbaal karena dia ada urusan bersama Alwan--suaminya.

(Namakamu) menoleh, "Kalau saya nganggepnya itu serius gimana?" ucap (Namakamu) dalam hati tentunya, "Iya." Jawabnya singkat.

"Tapi kalau kamu mau sih gak papa," lanjut Iqbaal membuat (Namakamu) membulatkan mata.

"Mau apa?" Tanynya penasaran.

"Ngg... gak jadi, " sebuah jawaban yang tidak ingin (Namakamu) dapatkan, seharusnya Iqbaal menjawab, "Mau jadi istri aku."

"Kan ada Zidny." (Namakamu) meluruskan pandangannya menatap gerimbolan anak kecil yang bermain loncat karet.

"Dia kayak anak kecil." Ucap Iqbaal santai.

"Emang kamu gak suka anak kecil?" Tanya (Namakamu) berbelit.

"Bukan gitu, Zidny itu kekanak-kanakan, terlalu manja buat saya."

"Terus kamu sukanya yang kayak gimana?"

"Kayak kamu."

Seketika itu pipi (Namakamu) terasa menghangat atau mungkin sudah memerah malu, Dia sudah terbang ke langit paling tinggi sampai tanpa takut dia akan terjatuh. (Namakamu) membenamkan mata merasakan jantungnya yang berdetak cepat lagi, bahkan telapak tangannya berair karena gugup.

"Blushing." Ucapnya mengecek, membuat (Namakamu) mengembungkan pipi kesal.

-----------

Hari ini (Namakamu) nampak ceria karena kemaren menghabiskan hari bersama Iqbaal dan Caca, membuat dia senyum sendiri mengingat ucapan Iqbaal kemarin. Astaga, dan sekarang pipinya memerah lagi mengingat kemarin.

(Namakamu) sedikit melamun memutar kejadian ketika Iqbaal mencium pipinya, dan tanpa disengaja dia menabrak seseorang, Bruk. Terdengar suara tumpukan buku jatuh ke lantai, (Namakamu) pun juga terjatuh duduk membuat (Namakamu) memberhentikan lamunannya,
"Maaf." Ucap (Namakamu) kemudian melihat lelaki berkemeja batik sama s.seperti bajunya.

Lelaki itu mengangkat kepala, kemudian (Namakamu) berucap, "Aldi."

Aldi hanya diam kemudian kembali memunguti buku yang terjatuh berceceran, dengan cepat dia bangkit melihat (Namakamu) yang masih diam di posisi jatuh duduknya, tanoa mau menolong Aldi kembali melanjutkan langkahnya yang terkesan lebar-lebar.

(Namakamu) menoleh, bola matanya mengikuti punggung Aldi yang mulai menghilang di belokan koridor, satu tang (Namakamu) tahu; mungkin Aldi marah dengannya.

"(Nam...)" (Namakamu) terkesiap lemudian kembali menoleh kedepan, dan langsung di balas tarapan bingung oleh Steffi, "ngapain lo duduk di situ?" Tanyanya.

"Jatuh," jawab (Namakamu) singkat.

Steffi mengulurkan tangan, "Karena Aldi kan?" Steffi menarik (Namakamu) agar berdiri karena sedari tadi perempuan itu tak membalas ulurannya, "gue liat kok, butuh waktu Aldi ngerti perasaan lo," lanjutnya sambil menepuk bahu (Namakamu).

Tring

Ponsel (Namakamu) berderng dengan gerakan lamban dia mengambil ponsel di dalam tasnya dan menampilkan sebuah notifikasi pesan.

Heartbeat || idrTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang