Iqbaal melajukan mobilnya, meninggalkan taman kota yang menjadi tempat (Namakamu) dan Aldi bersama, apa Iqbaal mencintai (Namakamu)? Iqbaal sendiri tidak tahu apa yang terjadi dengan hatinya, Zidny? Dimana perempuan itu?
Iqbaal melirik pergelangan tangannya yang dihiasi jam tangan, pukul tujuh malam dan Iqbaal tidak tahu akan pergi kemana, lama dia berfikir, akhirnya dia memilih memutar arah untuk menemui Zidny yang mungkin saja sedang berada di tempat biasanya.
Caffe cokelat tempat favorit Zidny dan temannya, Iqbaal melangkah masuk kedalam caffe minimalis bernuansa warna coklat itu, matanya menjelajah mencari keberadaan Zidny dan temannya, meja nomor delapan, matanya terhenti, menatap satu objek yaitu Zidny. Ternyata benar Zidny sedang berada disini bersama dua orang temannya.
"Liat cincin gue. " Iqbaal menghentikan langkahnya, matanya fokus mengamati Zidny dari kejauhan.
"Lo bener-bener serius sama Iqbaal? "
"Enggak juga sih, gue kan ada Karel yang lebih kaya dari Iqbaal. " Perempuan itu tersenyum sinis, sementara Iqbaal menatap datar namun tangannya terkepal.
"Terus cincinnya? "
Zidny mengamati cincin pemberian Iqbaal, sudut bibirnya tertarik sinis, "lagian Iqbaal ngurusin anaknya doang, gue capek, lebih baik Karel kemana mana. "
Iqbaal berdecak, kakinya melangkah mendekati Zidny tapi terhenti ketika melihat seorang lelaki berkemeja biru mendekat menuju meja nomor delapan,
"Sorry lama, " ucap lelaki itu disambut senyuman oleh Zidny, lelaki itu mendekat kemudian mencium keduapipi Zidny begantian.Iqbaal berbalik, matanya merah, dadanya naik turun emosi, napasnya pun tidak teratur.
Bugh
Pintu mobil Iqbaal buka dengan kasar, dia menyetir ugal-ugalan. Tidak perduli apapun, karena dia sangat kecewa pada orang yang dia percayai selama ini.
--------
(Namakamu) keluar dari supermarket sambil menjinjing sekantong plastik berisi makanan ringan, melirik lengannya dia mempercapat langkah. Ketika sudah kauh dari supermarket matanya menyipit melihat sebuah mobil tepat berada di depan posisinya saat ini, mobil itu tidak asing bagi (Namakamu).
Lama (Namakamu) memandang, seseorang keluar dari mobil itu sempoyongan, (Namakamu) mundur dua langkah, siap mengambil ancang ancang untuk kabur dia melepas sandal--
Lelaki itu berjalan mendekat, wajahnya ditutupi poni depannya, (Namakamu) semakin dibuat takut, plastik digengamnnya dia pegang erat erat, sementara tangan kirinya memegang dua sandal yang siap melayang.
"Maju mati lo."
Hey (Namakamu) dia sedang mabuk, seharusnya kamu lari saja, jangan diajak bicara. Lagipula dia tidak akan mati dengan dilempar sebuah sandal_-_- Lelaki itu tidak merespon tetap berjalan sempoyongan kearah (Namakamu).
(Namakamu) menggigit bibir bawahnya, "Woah nantangi--" (Namakamu) mengangkat tangannya dan melayangkan sandal jepit miliknya
Dugh
"Awws," Lelaki itu merintih memegangi kepalanya dan menyingkirkan poni depan sehingga nampak wajahnya oleh (Namakamu).
Mata (Namakamu) membulat, "Iqbaal?"
Pikiran (Namakamu) melayang, ada dua opsi, opsi pertama dia mendekat dengan niat membantu dan membawa Iqbaal pergi, opsi kedua dia mendekat dengan niat mengambil sandal dan pergi beralalu begitu saja.
Iqbaal mundur beberapa langkah, sambil memegangi kepalanya menyender di bagian belakang mobil, matanya mengerjap meski tidak dapat melihat dengan jelas Iqbaal tau didepannya seperti (Namakamu).
"(Namakamu)"
(Namakamu) bingung, antara menolong atau kabur, dan akhirnya (Namakamu) memilih opsi pertama, menolong Iqbaal.
Dengan ragu (Namakamu) mendekat, "Baal kamu--"
Bruk
Iqbaal berhambur kepelukan (Namakamu), sementara (Namakamu) membulatkan mata, jantungnya berpacu cepat lagi ketika tangan Iqbaal mengeratkan pelukannya.
"Kamu tau sebenarnya, aku... aku itu sayang kamu."
Napas (Namakamu) dipaksa berhenti, sementara otaknya terus bekerja, memutar kejadian dimana Iqbaal melamar Zidny.
"Enggak," (Namakamu) melepaskan pelukan Iqbaal, dia mundur kemudian hendak pergi menjauh.
Iqbaal bergerak cepat, diluar kesadarannya, dia menarik lengan (Namakamu) hingga tubuh (Namakamu) berturukan dengan tubuhnya, tak ada jarak antara keduanya, (Namakamu) membulatkan mata, jantungnya berdetak cepat melihat Iqbaal dengan jarak seperti ini, terlebih tangan Iqbaal sudah berada di pinggangnya.
(Namakamu) mengumpat dalam hati harusnya dia langsung pergi saja, Iqbaal mendekatkan wajahnya, bau alkohol dapat tercium oleh (Namakamu), ragu-ragu (Namakamu) menjauhkan kepalanya, takut sesuatu terjadi, namun tangan Iqbaal menahan tengkuk, (Namakamu) mengejang dan mendapati sentuhan itu tepat dibibirnya seperti kejutan listrik beraliran kuat yang membuatnya mati kapanpun, merasak ada gejolak diperutnya, dan anehnya saat ini (Namakamu) masih diam, tidak merespon apapun, dua detik kemudian dia menemukan kesadarannya, tangannya mulai memberontak sehingga lepas dari pelukan Iqbaal, dia berbalik melangkah ingin pergi sejauh mungkin.
"Uokkk."
Langkah (Namakamu) terhenti, dia mendengar sesuatu, sesuatu berbisik di telinga kirinya, menyuruh (Namakamu) pergi dan meninggalkan Iqbaal begitu saja, namun sesuatu berbisik di telinga kakan (Namakamu) menyuruhnya berbalik dan menolong Iqbaal.
"Uwook."
Dengan ragu (Namakamu) menoleh mendapati Iqbaal yang sedang berjongkok menghadap kebawah, (Namakamu) menelan ludah berat, dia harus menolong Iqbaal tapi tidak dengan cara tadi, tangan (Namakamu) meraih ponsel di dalam tas selempang kecil yang dia kenakan, Aldi, cuma dia yang bisa menolong (Namakamu).
-------
"Ck, dia belum bangun Di? Biar gue siram air es aja mukanya."
Aldi membuang handuk kecil dilehernya tepat mengenai wajah Bastian, "sekalian pakek air panas aja biar ngelupas muka sok gantengnya Bas,"
Mereka tertawa cekikikan, Iqbaal berada di kost-an Aldi, andai saja bukan (Namakamu) yang menelvon Aldi malam malam, dan meminta Aldi menerima Iqbaal dibawa ke kostan nya mana sudi Aldi menampung musuh sendiri.
"Shhh, gue dimana?" Iqbaal memegangi kepalanya.
"Di surga nih gue bidadarinya," Bastian menceletuk sambil memasukan roti coklat milik (Namakamu) tadi malam.
"Ck, lo di kostan gue," ucap Aldi santai, merapikan rambut klimisnya.
"Kok gue disini?" Iqbaal merubah posisinya jadi duduk.
"Banyak tanya lu, cepet pergi," celetuk Bastian lagi.
"Lo mabuk tadi malem, (Namakamu) yang telvon gue nyuruh nolongin lo."
Iqbaal mencoba mengingat kejadian semalam, tapi nihil dia sama sekali tidak ingat apapun, yang dia ingat Zidny dengan pria lain, kemudian bar, kemudian dijalan kemudian dia lupa.
"Sekarang lo nyesel?" Tanya Aldi.
"Nyesel?" Ulang Iqbaal
"Iya, lo gak tau seberapa tulusnya (Namakamu) ke elo,"
Menyesal? Benarkah, Iqbaal memejamkan mata, ia tidak tahu apa yang dia rasakan saat ini semua terasa kacau, menyesal? Menyesal telah menyia-nyiakan (Namakamu)? Hanya Iqbaal yang bisa menjawab, apakah Iqbaal sudah mulai jatuh hati, atau (Namakamu) hanya obat sakit hatinya.
Hubungan mereke terlalu abu-abu.
----------
A/n :
Maaf baru ngelanjut, kemaren sibuk sama doi, nah sekarang udah jomblo lagi :v
Maaf juga ini pendek, liat repon kalian aja dulu kalau masih banyak mau ditamatin kalau gak, ya digantung lagi wkwkwk

KAMU SEDANG MEMBACA
Heartbeat || idr
FanfictionEND - 8 Desember 2016 Sebagian cerita [Private-Hanya bisa dibaca oleh followers] Apa ketika jantung berdetak cepat itu menjamin orang jatuh cinta? Apa ketika kita nyaman akan seseorang tapi jantung kita tidak berdetak cepat itu juga jatuh cinta...