Chapter 23 : I'll be there for you

464 51 5
                                    



Author's POV

Tak terasa sudah 4 bulan Taylor tidak berhubungan dengan Harry. Pertama, ia marah karena Harry tak datang ke taman. Kedua, Harry sudah tak pernah online sosial media dan nomornya sudah tidak aktif. Padahal satu minggu setelah kejadian tidak mengenakan itu, Harry menelpon Tay hingga 20 panggilan, namun tak diangkat oleh Tay. Dia sengaja. Terlalu sakit rasanya untuk memaafkan, bagi Tay. Di hari itu, Harry juga mengirimi Tay pesan singkat, yang benar-benar singkat. Hanya tulisan 'maaf' sebanyak 10 pesan dengan tulisan yang tak beda.

Tapi hari ini berbeda. Tay mulai merindukan Harry. Ia rindu senyumnya, tawanya, ucapan-ucapan manisnya, dan masih banyak lagi. Tapi ia tak tahu harus apa. Selama ini Harry hanya memberi satu nomor ponselnya. Tay juga tak pernah diberi tahu dimana Harry tinggal, dimana Harry kerja. Memang tidak jelas. Padahal usia hubungan mereka sudah mau menginjak yang kedua tahun.

Tay selalu berharap Harry akan datang ke café persis saat dimana mereka pertama bertemu. Itu yang membuat Tay tak mau melepas kerjanya di café charmant, karena itu tempat spesial bagi Tay. Sulit untuk melepas semua hal tentang Harry.

Tay merasa hubungannya selama ini digantung oleh Harry. Kadang ia berangan, andai saja Niall tidak datang di hidupnya, mungkin ia sudah menikah dengan Harry saat ini dan sudah membangun keluarga kecil yang bahagia. Tidak hancur seperti ini, pikirnya. Tapi ini juga bukan salah Niall. Niall kan juga hanya disuruh neneknya. Bahkan sudah 10 bulan membina rumah tangga, Niall tak pernah memaksa Tay untuk mencintainya utuh.

"Taylor! Come here!" seru Niall dari lantai dasar. Kini Tay sedang berada di kamar. Sendirian. Memandangi foto-foto dirinya dengan Harry.

"Taylor!" seru Niall lagi, tapi kini suaranya lebih bisa terdengar, karena Niall menghampiri Tay di atas.

Berbeda dengan Tay yang amat sakit, Niall tak pernah terlalu sakit hati. Karena sudah terbiasa, menurutnya. Seperti jika Tay dengan pria lain saja sebenarnya Niall sedikit membawa perasaan. Apalagi sebelum bertemu dan tinggal serumah dengan Tay, Niall adalah lajang yang bahagia. Selalu sendiri namun tak pernah merasa sendiri.

Tay tak mengunci kamarnya, jadi Niall bisa masuk dengan mudah. Kini Niall sudah berada di ambang pintu sambil menggendong Nick. Posisi Tay belum menengok ke arah Nick dan Niall. Hingga akhirnya ....

"Nick, show it to your lovely mom," perintah Niall pada bayinya yang imut itu.

"Ma-ma-ma. Pa-pa-pa," ucap Nick yang membuat Tay menengok dan tersenyum sumringah.

"Anak mama sudah bisa bicara?" timpal Tay sambil menepuk-nepuk tempat tidurnya, mempersilakan Niall duduk.

"Iya, mam. Aku kan sudah 7 bulan," Niall menjawab seolah-olah itu suara Nick.

Tay langsung menciumi Nick dengan lembut. Niall tersenyum melihat mereka berdua.

"Oh ya, rayakan momen ini yuk!" ajak Niall, idenya memang ada-ada saja.

"Maksudnya?" tanya Tay menaikkan sebelah alisnya.

"Kan Nick sudah mengucapkan 2 kata pertamanya, nah! Sekarang kita ke restaurant!"

"Bilang saja mengajak dinner," ledek Tay, setidaknya dengan bercanda dengan Niall dapat membuat perasaannya menjadi sedikit membaik.

"Boom! Kau benar. Bagaimana? Mau?"

Tay mengangguk.

* * *

Niall ternyata mengajak Tay ke restoran Asia. Tay tersenyum melihat gedung restoran itu. Niall yang bingung dengan sikap Tay hanya diam saja.

Pretend a Happy Family (Taylor Swift and Niall Horan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang