Author's POV
Hari ini adalah hari keberangkatan Niall dan Taylor ke Asia. Tay sangat bersemangat karena ini untuk pertama kalinya ia pergi ke Asia. Niall memang handal dalam membuat Tay senang. Semua perlengkapan dan pakaian sudah dikemas rapi dalam sebuah koper besar. Tay juga menyiapkan koper kecil lain yang berisi pakaian bayi, popok, susu bayi, botol bayi, dan perlengkapan bayi. Tentu saja untuk Nick. Tapi Nick tak akan mengikuti perjalanan ayah dan ibunya. Ia akan dititipkan di rumah orang tua Niall.
"Sudah siap?" tanya Niall ketika Tay mengeringkan rambut pirangnya di ruang tengah.
"Sudah," jawab Tay sembari memencet tombol off pada hair-dryer.
* *
Setelah tiga puluh menit perjalanan ke rumah orangtua Niall, akhirnya mereka sampai. Ternyata di rumah juga pas sekali ada nenek Niall, nenek Tay, dan orangtua Tay. Mereka semua malah senang ketika tahu pasangan muda ini ingin pergi bulan madu walau pastinya akan sedikit kerepotan menjaga Nick yang kini sudah bisa merangkak.
"Ibu, tolong jaga Nick ya ..." ucap Niall lembut, mereka memang tidak berlama-lama di tempat ini karena jadwal keberangkatan pesawat hanya tinggal 45 menit lagi.
"Semoga kalian akan segera punya cucu baru ya untuk ibu," bisik ibu Niall menggoda.
"Hahahaha ibu, aku jadi malu. Tenang saja bu," Niall tertawa dalam volume yang kecil agar Tay tak mendengar, tapi nyatanya Tay mendengar hingga membuat dirinya mencubit lengan Niall manja.
"Aku menyayangimu, bu, yah ..." ujar Niall lalu mengecup pipi kedua orangtuanya. Memang ia masih saja terbiasa seperti ini.
"Mama dan papa sayang padamu Nick." Niall mecium lembut Nick, begitu pula dengan Tay.
"Mama? Papa?" Tay yang agak lambat malah berpikir.
"Untuk saat ini mama dan papa dulu saja. Itu kan kata pertama dan keduanya."
"Oh ya, kami berangkat ya,"
* * *
"Aku yakin ini akan seru!" seru Niall saat baru menduduki bangku pesawat.
"Oh ya? Tahu darimana?" tanya Tay menaikkan sebelah alisnya.
"Karena kau sudah tidak punya hubungan dengan orang lain lagi," timpal Niall sambil tersenyum miris, ia masih ingat betul ketika kata 'bulan madu' diubat tersirat dengan kata 'liburan'. Sontak perkataan Niall membuat hati Tay teriris.
"Maaf," singkat Tay, hidungnya memerah seperti ingin menangis, ia merasa sangat bersalah.
"Ah tidak, sayangku. Sekarang kan hanya ada kau dan aku!" Niall mencoba menghibur Tay dan merangkul Tay.
"Tidak! Disini ada penumpang pesawat juga, Ni!" balas Tay polos.
"Tidak, maksudnya di antara hubungan kita, sayang." Niall kini memainkan rambut panjang Tay.
"Hey! Sejak kapan kau panggil aku sayang?" Tay akhirnya sadar dengan keganjilan panggilan dari Niall.
"Semenit yang lalu mungkin," Niall menutup mulutnya, tak sadar sudah memanggil sayang pada Tay.
"Panggilan 'sayang' itu sudah biasa. Sungguh tidak kreatif!" Tay kini bersedekap dan mengerucutkan bibirnya yang dipoles lipstik.
"Oke, aku akan memanggilmu sweetie! Karena kau sangat manis dan lucu," Niall mengacak rambut Tay yang semula ia belai.
"Hmm, oke aku akan memanggilmu cutie! Karena kau imut!" Sekarang Tay mencubiti pipi Niall.
"Baiklah, apapun panggilannya aku suka," Niall menghembuskan nafasnya tak peduli.
* *
Perjalanan dari Inggris ke Asia tak terasa sudah di tempuh. Destinasi pertama mereka adalah Bali. Niall memilih tempat ini karena banyak testimoni yang mengatakan bahwa Bali adalah tempat yang cocok untuk berlibur dan yang mengesankan juga, warganya dikenal sangat ramah.
"Oh ya, aku belum memesan kamar hotel, ayo ikut dan pilih kamarnya." ucap Niall meraih tangan halus Tay.
"Mau kamar nomor berapa, ya?" tanya si resepsionis.
"Boleh liat daftarnya?"
"Ini dia," si resepsionis menunjukkan tipe-tipe kamar yang diklasifikasikan dengan nama bronze, silver, gold, dan platinum.
"Tay, pilih yang platinum saja ya agar kau nyaman," kata Niall membagikan selebaran tipe kamar pada Tay.
"Saya kamar nomor 219 ya," pesan Niall yang membuat Tay tertegun.
"Kau menyuruhku memesan kamar tapi kau memilihnya lebih dulu ..." Tay yang merasa didahului menjadi sebal.
Niall menaikkan sebelah alisnya lalu akhirnya mengerti dan mengajak Tay menjauh dari meja resepsionis terlebih dahulu.
"Lalu apa?" Tay menggembungkan pipinya yang tirus.
"Maksudmu apa Tay?" Niall berpura-pura tidak tahu.
"Mengapa kau memesan kamar lebih dahulu? Aku tak suka angka itu!"
"Kan aku memesan kamar untuk diriku, ya untuk dirimu kau pilih sendiri sesuai keinginanmu."
"Hah? Kau bilang ini bulan madu? Ini sih liburan,"
"Jadi?"
"Pesan satu kamar saja lah, cutie!" jelas Tay malas.
"Oh gitu ... Baik, ayo sekarang pesan sesuai angka favoritmu,"
"Resepsionis, saya pilih kamar nomor 139 ya, kamar nomor 219 dibatalkan saja." pesan Tay dengan sumringah.
"Baik, ini kuncinya," balas si resepsionis memberikan sebuah kartu yang digunakan untuk membuka, menutup, dan mengunci pintu kamar.
"Thanks!"
Seorang bell boy membawa koper besar milik Niall dan Tay. Sedangkan mereka berdua berjalan menuju lift, saling merangkul.
"Ini untuk kedua kalinya aku sekamar denganmu," pipi Tay memerah saat Niall menyensor kartu kamar hotel.
"Eh? Pipimu bersemu merah!" ledek Niall saat pintu berhasil dibuka, Tay langsung menutupi pipi dengan kedua tangannya.
"Tenang saja, Tay. Kau semakin terlihat seperti barbie hidup dengan perona pipi alami itu," Niall masih saja meledek Tay dan Tay menginjak kaki Niall sengaja.
"Aw sakit, sweetie!" Niall mengelus kakinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pretend a Happy Family (Taylor Swift and Niall Horan)
Fanfiction[ Check The Trailer ] Bagaimana jika kalian dijodohkan oleh orangtua kalian? Padahal kalian tidak mengenal satu sama lain, bahkan benar benar tidak saling mengenal. Namun sangat sulit untuk menolak atau katakan tidak, karena perjodohan ini adalah sa...