Chapter 24 : Finding Harry

545 54 31
                                    



Taylor's POV

Aku tak dapat lagi menahan rasa ini, aku sangat merindukan Harry. Aku harus bertemu dengannya. Bagaimana pun caranya. Meskipun dia tak pernah mencoba menghubungiku lagi. Aku akan ke rumah Harry. Cara apa pun akan ku tempuh walau sebelumnya aku belum pernah diinformasikan alamatnya.

Aku tak tahu harus apa. Aku juga tak memberi tahu Niall jika aku akan pergi mencari Harry yang Niall tahu hubunganku dengan pria itu baik-baik saja. Aku akan segera titipkan Nick pada ibuku, lalu kusiapkan catatan di kulkas agar Niall tidak panik tentang Nick ketika ia sampai di rumah.

–Jika kau sudah sampai rumah dan melihat catatan ini, segeralah jemput Nick di rumah orangtuaku. Aku sedang ada urusan, jangan khawatir.

Lots of love,

Tay

Seperti itu kira-kira isi memo yang kutempel. Aku segera berangkat ke rumah ibuku, dengan kendaraan umum. Aku tak bisa mengendarai kendaraan apapun selain sepeda.

"Ibu, aku titip Nick ya ..." pintaku ketika baru sampai di ambang pintu rumah tempat kutinggal dulu.

"Kau mau kemana?" tanya ibuku heran karena baru kali ini aku menitipkan Nick padanya.

"Aku mau reuni dengan teman masa SMA," lagi-lagi aku harus berbohong tapi mau bagaimana lagi. Bahkan ibu tak tahu kalau aku masih berpacaran dengan Harry. Tapi benar, dulu aku satu SMA dengan Harry tetapi baru menjalin kasih 2 tahun lalu setelah lama tak bertemu.

"Oh begitu, baiklah." syukurlah ibu langsung percaya dengan kebohongan yang kubuat. Maaf ibu.

* *

Aku masih ingat Harry pernah memberi tahu alamat kantornya untuk mengirim hadiah musim panas tahun lalu. Untung masih ada di arsip pesan, walaupun pesan itu tertimbun karena saking banyaknya pesan antara aku dan Harry.

Setelah beberapa menit naik taxi, aku sampai di kantor tempat Harry bekerja. Entah mengapa tapi aku tak yakin aku akan bertemu dengan Harry di sini. Dia sulit ditemukan.

"Maaf, sir. Apa di sini ada karyawan bernama Harry Edward Styles?" tanyaku pada resepsionis kantor ini.

"Hmm, sebenarnya saya tidak hafal semua karyawan kantor ini. Karena jumlahnya sangat banyak, tapi jika Anda mau saya bisa panggil teman saya yang bekerja di bagian administrasi karyawan di kantor ini," balas si resepsionis tersebut.

"Jika tak keberatan saya mau," ucapku dengan semangat namun tak lupa untuk beretika sopan.

Setelah menunggu sekitar sepuluh menit, seorang wanita datang ke meja resepsionis dimana aku berdiri sekarang ...

"Ada apa Mr. Philip?" tanya wanita tadi kepada si resepsionis yang empunya ku ajak bicara.

"Gadis ini ingin mengecek apa seorang karyawan masih kerja di sini apa tidak,"

"Oh oke, mari ikut saya." wanita itu mengajakku ke sebuah ruangan yang berisi banyak loker. Semua loker di urutkan berdasarkan alfabet, dari A hingga Z.

"Namanya siapa yaa?" tanya wanita itu memasang kacamatanya.

"Harry Edward Styles,"

"Oh! Mr. Styles? Dia sudah tak bekerja di sini lagi ... Dia mendapatkan pekerjaan yang lebih baik dan bergaji lebih besar di kantor lain, jadi dia mengkhianati perusahaan ini. Duh, padahal semua karyawati senang melihat dia. Termasuk aku!" curhat wanita tersebut.

Pretend a Happy Family (Taylor Swift and Niall Horan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang