Chapter 20 : His and Mine

594 60 23
                                    


Author's POV

Hari ini berjalan seperti biasa kembali. Bukan hari libur. Niall sibuk bekerja dan Tay nanti malam akan kembali mengisi suasana di café. Bergantian menjaga Nick. Padahal Niall sudah melarang Tay untuk bekerja di café lagi, menurutnya itu memberi kesan buruk. Lagipula Niall akan berikan apapun untuk Tay karena gaji Niall sudah jauh terbilang cukup, sangat-sangat cukup. Tapi Tay enggan.

Sore ini Harry berjanji akan menemani Tay sampai Niall pulang dan mengantar Tay ke café untuk bekerja. Sebelum Harry datang, Tay segera membuat makan malam. Sebentar, jangan berpikir kalau Tay akan membuat makan malam untuk Harry, karena sesungguhnya makan ini untuk Niall. Bagaimana pun ini sudah jadi kewajiban Tay.

[SMS]

By : Niall

Have you prepared my dinner? I hope you've done. Lots of love for you my fake one! Lol.

Tay tersenyum melihat pesan singkat yang dikirim Niall. Apalagi di bagian akhir "my fake one" istri palsu maksudnya. Tay yang sedang memasak pun memberi jeda sebentar hanya untuk membalas pesan Niall.

[SMS]

By : Tay

Almost over, Ni ... shut up and don't call me your fake one someday maybe I'll be yours #no

Tay juga sudah terbiasa menggoda Niall begitu pula sebaliknya, jadi jangan terlalu terbawa suasana dan terbawa perasaan. Padahal kadang Tay merasa sedikit terbawa perasaan dan Niall bahkan merasakan hal yang lebih. Niall selalu merasa Tay adalah istrinya tapi selalu ia sembunyikan rasa itu dari Tay. Ia selalu sadar. Tay tak mungkin mencintainya.

TING TONG

Bel listrik sudah berbunyi. Tay segera mematikan kompor dan segera berlari ke pintu lalu membukanya.

"Babe, aku rindu sekali denganmu ..." sambut Tay langsung memeluk Harry, padahal Harry sedang santai memainkan ponsel pintarnya.

"Aku juga," balas Harry singkat.

"Ayo, masuk ke rumah kami."

"Kami? Baiklah ..." Harry agak sedikit terganggu dengan kalimat yang Tay keluarkan. Namun ia tak begitu peduli.

"Oh ya aku sudah siapkan waffle hangat dan coklat panas untukmu aku tahu kau kedinginan," Tay duduk di sofa dan merapikan syal yang dikenakan Harry.

"Terimakasih. Oh ya disini tak ada 'anak kecil' itu kan?" jangan tanya lagi siapa yang Harry maksud anak kecil. Tentu saja Niall.

"Hmm, dia sedang bekerja. Dia sibuk sekali," Tay menundukan kepalanya, seolah-olah sedih.

"Aaww kau mulai mencintainya!" ledek Harry menaikkan sebelah alisnya.

"Bukan begitu," Tay mulai serius dan mengerucutkan bibirnya.

"Kau semakin terlihat imut jika bertingkah seperti itu," Harry mengacak rambut Tay.

Harry dan Niall sama-sama suka mengacak rambutku, why?— pikir Tay.

"Oh ya ... Romantis juga fotonya, terlihat lebih bahagia dengan Niall daripada denganku," ucap Harry setelah melihat sekeliling ruang tamu yang terdapat banyak foto Niall dan Tay, baik foto pernikahan, pre-wedding, honeymoon, selfie, dan lainnya.

"Terus saja kau berbicara seperti itu," Tay menggembungkan pipinya. Ia tak mau kekasihnya malah mengungkit seperti itu.

"Ini kenyataan, Tay. Lagipula aku biasa saja," Harry memaksakan senyumnya walau terlihat tak tulus.

"Tak begitu, Harry ... Hanya kau yang ada di hatiku,"

"Itu tak akan berlangsung lama, Tay. Suatu saat nanti ...." Tay segera menempelkan telunjuknya di depan mulut Harry.

"Aku tak ingin kau melanjutkan kalimat itu." Tay menunjukkan raut wajah sedihnya.

Harry mencairkan suasana dengan melahap kukis coklat dan meneguk coklat panas yang kini sudah tidak hangat.

Suara Nick dari kamar atas juga mencairkan suasana. Tay segera berlari ke atas dan membawa Nick ke bawah.

"Maaf aku membawa bayi dalam kencan kita," ucap Tay pasrah.

"Tak usah minta maaf, lagipula bayi ini lucu juga," Harry mulai memegangi pipi bayi Tay dan Niall.

"Bayangkan deh, kalau suatu saat nanti kau dan aku punya anak!" lanjut Harry yang membuat pipi Tay bersemu merah. Ya, hanya dengan hal kecil seperti ini sukses membuat Tay tersipu. Berbeda dengan usaha Niall, Niall harus berusaha keras untuk membuat Tay tersenyum dan bahagia.

"It's too sweet," Tay benar-benar membayangi hal itu sambil tersenyum malu.

"Kapan kau akan melamarku, Harry?" sambung Tay seraya menyandarkan kepalanya pada pundak Harry.

"Aku pulanggg!!" Niall membuka pintu dengan kasar dan membantingnya sesuka hati.

"Maaf aku mengganggu!" Niall menelan ludahnya sendiri lantaran merasa malu dan merasa seperti baru mengganggu Harry dan Taylor.

"Kau tak mengganggu," balas Tay segera mengikuti Niall saat Niall berjalan menuju dapur. Niall tak menyadarinya.

Saat Niall mengambil air mineral dari kulkas dan berbalik ...

"Tay! Kau mengagetiku!" pekik Niall yang membuat Nick menangis. Nick sedang digendong Tay.

"Aaaa cup-cup. No! Daddy's lil' hero itu tidak cengeng!" Niall mencoba menghibur Nick. Tay malah tertawa.

"Mengapa kau ada disini, Tay? Kau harus bersamanya ...." tanya Niall walau sebenarnya berkata seperti ini sangat sulit untuknya. Terutama di kalimat akhir.

"Oh begitu ... Kau lebih suka aku dengan orang lain?" Tay mengecilkan suaranya, sebenarnya hanya menggoda Niall, seperti hari-hari biasanya.

"Aku sedih jika jadi Harry, tahu bahwa kekasihnya bilang seperti ini pada suami palsunya." ejek Niall.

"Huh! Mau diberi perhatian malah seperti itu! Sepertinya kau lapar. Tolong gendong Nick sebentar," Tay segera mengambil piring dan menyiapkan makan untuk Niall.

"Sekarang kau makan!!" Tay menunggu Niall di meja makan yang tak terlalu jauh dari tempat Niall berdiri. Niall masih berdiri. Ia masih bingung. Mengapa Tay ada disini dan meninggalkan Harry sendirian di ruang tamu. Tay membuatnya bingung setiap hari. Niall tak tahu sebenarnya ia suka dengannya atau dengan Harry. Ya, tapi Niall tetap optimis Tay tak suka dengan dirinya. Memilukan memang.

Niall segera menduduki Nick di kursi bayi. Kini Niall duduk dengan sedikir ragu lalu melahap habis makanan yang telah disiapkan Tay. Tay menopang dagu seru melihat Niall makan sepertinya anak kecil.

"Kau makan berantakan!" Tay mengambil tissue dan menyeka sekitar mulut Niall yang terdapat noda makanan. Sontak hal ini membuat wajah Niall seketika merah. Nick yang tak mengerti apapun tentang dunia juga ikut bahagia dengan menyunggingkan tertawaan khas bayi.

"Kau merah seperti kepiting rebus!" ejek Tay lalu meninggalkan Niall dan Nick.

Ternyata Tay dan Harry pergi ke café. Niall selalu bingung dengan sikap Tay yang sulit ditebak. Ia setiap hari tak lupa berharap agar dapat meluluhkan hati Tay. Ia percaya di dunia ini tak ada yang tak mungkin. Walau kemungkinannya sangat kecil.

Di samping itu, Niall segera mencuci piring sambil bersenandung lagu milik Sam Smith yang berjudul I'm Not The Only One. Menurut Niall, lagu itu mirip dengan kisah cintanya. Dia bukan satu-satunya yang ada dalam hati Tay. Bahkan mungkin tak pernah ada.

I realized, you're his and mine— pikir Niall sesak.

______________________________________________________

QOTD : Naylor / Haylor 

p.s. gapapa jawab aja, cuma pengen tau. :)) aku sih suka duaduanya

Pretend a Happy Family (Taylor Swift and Niall Horan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang