Bagian 5

1.4K 65 1
                                    

"Bangun.Sudah siang."Tegur Mischa.

Suara mischa yang berat membuatku terbangun dan sempat melamun karena bingung kenapa aku bisa ada dirumah Mischa.Aku mencoba mengingat kembali dan aku baru ingat bahwa kemarin aku yang mengantarkan Mischa kemari.

"Maaf.Aku ketiduran.Kamar mandi dimana ya ?"Tanyaku.

Mischa menunjuk arah kamarnya, lalu aku pergi kekamarnya dan mencari pintu kamar mandi.Aku mencuci mukaku dan menatap cermin yang ada didepanku.Aku melihat Andara dalam diriku.Aku begitu rindu padanya.Lamunanku kabur saat Mischa mengetuk pintu kamar mandi dan menawarkan sarapan padaku.

"Sha.Ayo sarapan dulu."
"Maaf aku udah ngerepotin kamu kayak gini."Jawabku sambil keluar dari kamar mandi.
"Enggak.Enggak ngerepotin kok.Ayo!"Ujarnya.

Kami berdua pergi ke dapur lalu duduk dimeja makan.Roti isi dan susu hangat menemani sarapan kami.

"Maaf ya sarapannya Cuma kayak gini.Abisnya aku gak bisa masak "
"Oh gak papa kok.Aku yang seharusnya berterimakasih udah nyiapin sarapan ini buat aku.Makasih."
"Nanti aku anterin kamu pulang ya ?"Tanya nya.
Oh iya ! ya Ampun kenapa aku sampai lupa ! Pasti aku akan dimarahin habis-habisan sama Ayah .Habislah aku.
"Masya?"
"Iya ?"
"Nanti aku anterin pulang ya ?"
"Oh iya."
"Masya ?"
"Iya ?"
"Maaf aku selalu ada dihadapanmu."
"Kenapa kamu ngomong kayak gitu ? Ini juga gak sengaja kan?"
"Aku takut kamu ngerasa risih karena deket sama aku yang otomatis kamu suka ngerasa dingin kalo ada aku."
"Ini kan emang cuacanya yang lagi dingin aja.Kamu gak boleh nyalahin diri kamu sendiri.Aku senang kalo kamu selalu ada disisiku."Jawabku dan tiba-tiba jantungku berdegup kencang dan menjadi salah tingkah.
"Kenapa kamu senang aku ada disisi kamu ?"Tanyanya dengan tatapan yang menerawang.
"Aku butuh kamu untuk temani aku.Aku hanya punya satu-satunya teman,dan itu kamu.Temani aku."jawabku membalas tatapannya.

Tiba-tiba terlihat dari ujung mataku,sela-sela kaca mulai terlihat ada embun-embun beku,udara menjadi dingin menusuk dan tatapan Mischa makin dalam padaku seperti ingin mengutarakan sesuatu.Kemudian dia terperanjat dan memalingkan tatapannya dari mataku.

"Aku tak bisa terus menemanimu."Jawabnya.
"Kenapa ?"Tanyaku.

Anehnya udara kembali seperti biasa,dan embun-embun beku itu mulai mencari dan mengalir lembut melewati kaca.

"Aku takut salah satu diantara kita akan terluka.Terlebih bila harus kamu yang terluka."Jawabnya sambil menundukkan kepalanya.
"Kita takkan terluka jika kita tidak saling menyakiti.Aku mohon temani aku disini.Aku sendirian."Pintaku sambil memegang tangannya yang dingin.
"Aku yang akan menyakitimu !"Tegasnya sambil kembali menatapku.Raut wajahnya terlihat sedih.
"Kenapa kau yang menyakitiku?"Tanyaku sedih.
"Aku takut sat kau berharap padaku,aku menghilang secara tiba-tiba."jawabnya sambil mempererat genggaman tangannya.
"bila kau yang menghilang,aku yang akan mencarimu."jawabku.
"Kau takkan menemukanku.Jika kau sudah selesai sarapannya,aku antar kau kerumahmu."jawabnya sambil pergi keluar.

Aku hanya diam dan mengikutinya dari belakang.Dia mengambil sepedanya dan menyuruhku untuk naik.Aku menurutinya.Sepanjang jalan, kami berdua saling diam.Entah kenapa aku mengatakan kata-kata itu tadi.Rasanya secara spontan sat aku menatap matanya yang berwarna coklat gelap.Hawa dingin itu kembali menusuk tubuhku,aku hanya menghela nafasku, membuat tubuhku hangat ditengah dinginnya udara pagi ini.

"Berpeganglah."Ujarnya.
"Hah?"
"Ayo."Ujarnya sambil menarik tanganku merangkul tubuhnya.
Kini kedua tanganku melingkar ditubuhnya.Rasa dingin itu hilang dan kini hangat yang nyaman kurasakan.
"Kenapa kau selalu menarik tanganku ?"Tanyaku.
"Karena kau hanya mau melakukannya jika aku memaksamu."
"Kau menyebalkan.Itu sakit!"
"Kau takkan pernah merasakan sakit seperti ini jika tak dekat denganku."Jawabnya ketus.
"Aku tak mengerti kenapa kau sepertinya ingin jauh dariku.Kau sendiri yang menghampiriku saat dihalte itu dan menarikku masuk kedalam duniamu yang hangat dan nyaman untukku yang selalu diselimuti kedinginan.Kalau kau ingin menjauh dariku,seharusnya jangan datangi aku saat itu.Kau adalah teman pertamaku,dan sekarang kau maju bilang kau takkan temani aku? Hentikan sepeda ini."Jawabku kesal.
"Kenapa ?"tanyanya bingung sambil menghentikan kayuhannya.
"Aku turun disini."
"Tapi rumahmu masih jauh."
"Aku tau.Aku akan berjalan kaki dari sini.Pulanglah,bukankah kau ada pertandingan tinju yang harus kau siapkan dari sekarang?"
"Aku takkan pergi sampai kau mau naik dan kuantar pulang."
"Aku tak perlu tumpanganmu,aku akan pulang tanpa bantuanmu.Kau bukanlah temanku mulai saat ini.Angap saja kita tak pernah kenal."Jawabku sambil meninggalkannya.
Aku begitu kesal padanya.Entah kenapa semua yang dia katakan tadi membuat hatiku sakit dan serasa tertekan.Air mataku tak dapat ku pendung lagi.Aku menangis semabri terus berjalan.
"Kau kenapa?"Tanyanya sambil berteriak.
Aku tetap berjalan dan menghiraukannya.Mischa mengayuh sepedanya dan mengejarku.
"Dengarkan aku!"Tegasnya sambil memegang tanganku.
"Apalagi?"
"Kau jangan salah paham padaku."
"Kenapa aku harus salah paham padamu? Kau bukan siapa-siapa.Lepaskan tanganku. "
"Aku tak ingin kau terluka,itu saja."
"Kalo begitu jangan lukai aku bila kau tak ingin aku terluka !"jawabku sambil menangis.
"Kenapa kau menangis?"
"Aku tak ingin sendirian.Kau,kau adalah orang pertama yang menghampiriku dan mau menjadi temanku.Aku merasa kekosonganku ini setelah Andara meninggalkanku terisi kembali oleh kadirnya kamu.Tapi sekarang,kamu bilang kamu akan menghilang tiba-tiba dariku,dan kau takkan dapat ku temukan kembali.Itu membuatku takut ! Aku takut bila harus sendiri lagi.Kenapa kau tak mau menemaniku?"
"Tolong, aku tak bisa melihatmu menangis.Semua itu bukan keinginanku."
"Aku ingin kau tetap disini,aku tak peduli bilaharus kedinginan didekatmu ataupun harus terluka disisimu, yang terpenting adalah kau ada disisiku dan melindungiku,kau bilang padaku bahwa aku tak sendiri disini,ada kamu yang slalu dekap dan menjagaku disini.Apa kau lupa?"
"Kau takkan mengerti Sya."
"Aku memang tak pernah mengerti dan sekarang aku takkan mau mengerti lagi.Lepaskan aku."
"Aku tak bisa."
"Lepaskan."Jawabku sambil melepaskan pegangan tangan Mischa.

Aku kembali berjalan dan mengacuhkan Mischa yang terus memanggilku.Terdengar suara Mischa menjatuhkan sepedanya dan mengejarku.Aku balikkan tubuhku dan melihat Mischa yang semakin mendekatiku.Kemudian dia mendekapku.

"Gadis keras kepala."ujarnya.
"Lepaskan pelukanmu itu."Jawabku.
"Apa harus kukatakan bahwa aku menyukaimu hingga aku tidak ingin membuatmu terluka?"Tanyanya.

Seketika tubuhku terasa kaku,bibirku pun terasa beku untuk berbicara.Pertanyaan itu membuat jantungku berdetak dengan kencang,Dia bilang dia mencintaiku?Semudah itu?

"Aku mencintaimu Masya.Aku mencintaimu saat pandangan pertama,aku ingin melindungimu namun kenyataannya akupun tak dapat melindungi diriku sendiri.Aku tak ingin dekat denganmu karena setiap kali bertemu dan menatap matamu, membuatku mencintaimu makin dalam dan rasanya aku ingin menghapus semua ambisiku.Mengertilah Masya."
"Kau tak perlu melindungiku sepenuhnya,kita hanya perlu saling melindungi.Kau tak perlu takut aku akan terluka,karena aku sendiri bersedia terluka untukmu.Kau segalanya bagiku.Mungkin ini aneh karena kita hanya baru mengenal beberapa hari ini,dan kejadian-kejadian aneh yang menimpaku,juga hawa dingin itu, aku menikmatinya asal itu bersamamu.Aku telah jatuh dalam jurang mu Mischa,dan aku tak mau selamat dari jurangmu yang curam dan gelap itu,karena inilah yang membuatku nyaman.Aku tak peduli bila harus terjebak bahkan mati dijurangmu,karena inilah satu-satunya tempat yang mau menerimaku."Jawabku sambil membalas pelukannya.
"Tapi aku tak mau kau masuk kedalam jurangku.Aku gak mau kalo kamu mati karenaku.Cepat atau lambat aku akan menghilang dari pandangan dan hidupmu.Jadi jangan simpan hatimu untukku.Kau hanya buang-buang waktumu saja."
"Jika kau menghilang,aku akan mencarimu hingga aku kembali bertemu denganmu"
"Kau akan lelah bila bersamaku,hidupmu akan selalu terancam."
"Kau bukan penjahat.Aku akan tetap disisimu dengan atau tanpa izinmu."
"Aku akan mencampakkanmu."
"Aku akan memaafkanmu,terus dan terus hingga kau sadar artiku disini."

Mischa melepaskan pelukannya,dan menatapku.

"Apakah setelah ini kau masih mau menemaniku?"Tanyanya.

Dia menatapku dalam,suasana itu,sama seperti suasana tadi pagi saat kita sarapan,tanah yang kupijak terasa dingin dan perlahan salju berjatuhan,pohon-pohon rindang disepanjang jalan lama-lama tertutup salju,danau disamping jalan membeku dan hawa menjadi semakin dingin.Aku tak bisa memalingkan pandanganku dari mata Mischa yang makin menatapku dalam.Udara dingin mulai membuat seluruh tubuhku sakit.Aku mencoba menahannya dan tetap berdiri tegap dan menatap mata Mischa yang tak berkedip menatap mataku.Rasa dingin ini sudah tak bisa kusembunyikan lagi,tulang-tulangku terasa ngilu dan beku.Kepalaku menjadi sakit,dan tanpa sadar hidungku mimisan.

Mischa memalingkan tatapanya dan memangkuku yang seketika lemas dan hampir tak sadarkan diri.Rasanya berubah menjadi hangat saat dipangkuan Mischa.Aku rangkul Mischa dan memejamkan mataku.

"Itulah kenapa aku tak mau bersamamu.Kau terluka hanya karena tatapanku."Ujarnya dengan raut wajah yang sedih.

"Ini hanya mimisan biasa."Sangkalku.
"Kau bukan mimisan.Tapi kau hampir terkena hipotermia hanya karna aku."
"Aku akan membiasakan diri didekatmu.Jangan tinggalkan aku."
Lambat laun,semua kembali seperti semula dan salju-salju itupun menghilang.Mischa menurunkanku disebuah kursi ditepi jalan dan meninggalkanku.
"Aku tak akan membiarkanmu mendekat lagi padaku."
"Aku akan tetap ada disisimu,walau kau tak menyukainya."
"Aku akan lakukan dengan cara apapun agar kau tak ada disisiku lagi.Pulanglah."Jawabnya sambil pergi dengan menaiki sepedanya.
Kenapa kau begitu ingin aku menjauh darimu?Kau bilang kau mencintaiku?tapi kau tak ingin menemaniku?Apa bunga mawar biru dan surat itu memang pemberian darimu?


*****


The FrozenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang