Hai semuanya, maaf minggu kemarin gak publish karena masalah kesehatan jadi aku gak publish part ini. Maaf ya kalo alurnya agak membingungkan, aku cuman pengen readers semuanya tahu kehidupan berbagai tokoh yang terkait. Itu aja. ehehehe. Ok, enjoy reading yaaa..
"Tolong aku.." Dia meraih tanganku dan suaranya yang parau membuatku terkejut.
"Aaaaaaaaaah!" spontan aku berteriak. Tubuhku terjatuh dari atas kursi karena saking terkejutnya.
"Uhuukkh.. uhuukh.. toloong."
Aku bangun dan memberanikan diri untuk mendekat kembali. Sepertinya dia bukan orang jahat, dan apa yang bisa dia lakukan dengan kondisi tubuhnya yang lemah seperti itu.
"Jangan dulu banyak bicara, dokter sedang menuju perjalanan kemari. Tuan, izinkan saya membersihkan luka tuan lagi." Sedikit ragu, aku mulai mengambil kain kasa lembab baru dan kembali membersihkan lukanya.
Dia tidak bicara lagi, namun matanya terus melihat kearahku. Aku tahu itu, karena dari ujung pandanganku. Tidak, Anna! Kamu harus tetap fokus. Pikiranku terus menyadarkanku akan ketakutanku. Tak lama kemudian, Phillip datang dengan dokter, dan semua pekerjaan selanjutnya diambil alih oleh dokter.
"Sisanya, biar saya yang lakukan. Mohon tunggu diluar." Dokter tersebut menutup pintu kamar dan memulai pekerjaannya.
"Aku takut, Phillip." Aku menyandarkan kepalaku di bahu Phillip.
"Kenapa? Kan sudah ada dokter, kamu tenang saja. Dia pasti akan baik-baik saja."
"Bukan itu. Tadi saat aku sedang membersihkan lukanya, tiba-tiba dia sadar dan menggenggam tanganku. Aku terkejut sampai jatuh, kemudian dia terus minta tolong, dan.."
"Stttttttt." Phillip menutup mulutku dan kemudian beralih mengelus rambutku, "Kenapa harus takut, kelihatannya dia bukan seperti orang jahat. Sekarang ada aku disini. Kamu tidak usah cemas, ya?"
Iya. Mungkin aku terlalu paranoid. Aku dan Phillip begitu lelah hari ini, tak sadar kami berdua tertidur di sofa.
"Tuan Phillip? Tuan?"
"Hmmmm, ya?" Phillip dan aku langsung terkejut dan bangun.
"Sudah selesai. Lukanya sudah di jahit, dan semuanya sudah saya siapkan di meja, termasuk obat dan apa saja yang dia perlukan selama masa penyembuhan. Oh iya, dia perlu dirawat untuk beberapa minggu atau mungkin bulan. Sepertinya dia belum ingat betul siapa dirinya."
"Tidak apa, biar kami yang merawatnya."
"Phillip?" Aku terkejut dengan keputusannya. Meskipun dia terlihat orang baik, tapi tetap saja, meninggalkanku dengan pria yang tidak ku kenal di rumahku.
"Tenang, Anna. Kita akan merawat dia bersama." Dia melemparkan sebuah senyuman disusul dengan pelukan hangat. Dia beranjak bangun dan mengambil kunci mobil di meja, "Aku akan mengantar dulu Dokter pulang. Istirahatlah. Kamu pasti capek, dan kamu tidak usah khawatirkan tentang pria itu, dia juga pasti tidak bisa apa-apa. Aku segera kembali."
Aku hanya mengangguk lesu dan mengikutinya dari belakang, terpaku di pintu melihatnya masuk ke dalam mobil dan pergi. Aku mengunci pintu dan pergi lagi ke lantai atas. Pintu kamar tamu terbuka dan aku bisa melihatnya terbaring lemah. Tak sadar, aku masuk ke kamar itu. Melihat keadaannya yang terlelap dengan perban dimana mana. Wajahnya pun hampir sebagian tertutup oleh perban. Pandanganku beralih ke meja di samping ranjangnya. Aku baca kertas resep yang banyak sekali tertera obat yang harus dia minum dalam satu hari. Lukanya sepertinya parah.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Frozen
خيال (فانتازيا)#1 dalam Vika Levina - 3 Maret 2021 #7 dalam Vika Levina - 27 Februari 2021 #1 dalam Avan Jogia - 11 Juli 2019 #2 dalam Avan Jogia - 7 Juli 2019 #11 dalam Avan Jogia - 6 Juli 2019 #96 dalam FANTASY - 13 Januari 2018 Hidup di keluarga yang berantakan...