Bagian 7 (repost)

1.5K 100 2
                                        

Hai! Maaf sebelumnya ini bukan di post ulang tapi aku salah post, jadi ke blok dari bagian 7 ke bagian 8 -__- Karena nasi sudah menjadi bubur plus ayam, aku gabungin bagian 7 sama 8~ maafkan yaaa~ Happy reading ;)

Mischa memegang tanganku erat. Dia terus menatapku dengan tatapan sayu lalu tertunduk.

"Kamu gak usah takut."Jawabku menghiburnya.

"Aku takut kalo kamu disakiti oleh Elena ataupun bangsa lain yang mengincar pusaka itu."

"Mischa, selama aku sama kamu, aku gak takut apapun."

"Kamu tahu kan setiap aku tatap kamu, kamu bakal kedinginan. Kamu harus ngerti kalo aku sendiri bisa bunuh kamu sebelum orang lain."

"Pasti ada cara."

"Aku pulaaaaaang!"

Seseorang mengejutkan kami berdua. Gadis dengan seragam SMP terdiam melihatku kemudian tersenyum lebar.

"Eh, ada pacarnya Kakak ya? Hai, Kak."

Aku menjawabnya dengan senyuman.

"Tumben pulangnya agak sore?"Tanya Mischa.

"Habis maen dulu. Kak aku laper. Kita makan malam bareng ya sama pacar kakak?"

"Heh! Bocah tengik!"

"Haha, Adik kamu ya?"

"Heem. Dia adikku. Namanya Ryena."

"Dia mirip sama kamu."

"Haha. Emang banyak yang bilang kalo kita mirip. Yaudah kalo gitu aku mau masak dulu buat makan malam."

"Emang kamu bisa masak?"

"Ya bisa lah. Aku itu udah kayak single parent. Dari umur 9 tahun aku tinggal berdua sama Ryena. Mau gak mau aku harus jadi Ibu sekaligus Ayah juga Kakak buat dia."

"Boleh aku bantu?"Tawarku.

"Heem."Mischa hanya mengangguk kecil dan menuntunku.

Mischa mengambil dua celemek dan memakainya dan memakaikan padaku. Aku hanya tertawa kecil melihat Mischa memakai celemek pink.

"Ada karet rambut gak?"Tanya Mischa.

"Enggak ada. Buat apa?"Tanyaku.

Mischa hanya diam kemudian tatapan matanya berhenti di rak sendok. Dia mengambil satu sumpit semudian berdiri dibelakangku.

"Kamu mau ngapain?" Tanyaku canggung.

Mischa mengecup lembut kepalaku lalu menggelung rambutku dengan sumpit. Dia merapikan poniku dan mencubit pelan pipiku.

"Biar kamu nyaman pas lagi bantuin aku masak."

"Mmmm,"Aku hanya tertunduk malu.

"Hahaa. Jadi mau gak bantuin aku masak?"

"Heem."

Aku membantunya memotong sayuran sedangkan dia sedang membuat adonan roti. Kita berdua melakukannya bersama sambil mengobrol banyak hal.

"Kamu ternyata jago masak juga ya, Sya?"

"Iya dong. Aku kan suka bantuin Ibu masak."

"Pasti semua orang dirumah kamu suka sama masakan yang kamu buat."

Mendengar itu, aku terdiam sejenak. Aku menyimpan spatula yang aku pegang. Suka? Hmm. Setiap mengingatnya membuatku meringis kesakitan.

Ayah membuka pintu dengan wajah lesu. Pasti dia pulang dengan keadaan mabuk lagi. Ibu langsung mengambil air minum dan mengantarnya ke Ayah.

The FrozenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang