"Benar, kamu tidak apa-apa?" Nino terlihat cemas karena melihatku yang terus melamun.
"Aku baik-baik saja. Tapi, kenapa aku bisa pingsan seperti tadi?" Aku memijat pelan kepalaku. Memikirkan semua kejadian yang baru saja ku alami membuat kepalaku sakit. Tidak mungkin, semuanya terasa tidak masuk akal.
"Kamu jangan dulu pikirkan kejadian tadi, apa tadi dokter bilang? Kamu harus beristirahat. Maaf, gara-gara aku kamu jadi seperti ini. Aku gagal memberimu kejutan." Raut wajahnya menjadi sedih.
Aku memegang tangannya dan menggelengkan kepala.
"Kenapa kamu meminta maaf, bahkan aku tidak bilang kamu bersalah. Jangan hakimi dirimu sendiri. Aku tidak apa-apa."
"Kalo begitu kita langsung pulang, ya?"
Aku hanya mengangguk pelan. Nino menjalankan mobilnya dengan kecepatan sedang. Tak banyak pembicaraan antara kami berdua, dia fokus menyetir dan aku hanya duduk, diam dan masih memikirkan kejadian itu dalam diamku. Sesekali, Nino melirik ke arahku. Aku tahu dia cemas, tapi dia berusaha menutupinya dengan sesekali mengajakku mengobrol, tapi semua itu tidak terlalu aku tanggapi.
Kenapa ketika aku pingsan, aku bangun di tempat itu? Dengan tubuhku?tapi bukan dengan diriku? Siapa Annastasia?Apa dulu aku adalah Annastasia? Jika Phillip adalah tunanganku? Apa dia juga hidup kembali? Apa Nino adalah Phillip? Aku harus mencari tahu semua keanehan ini.
"Akhirnya, sampai." Mobilnya berhenti. "Aku antarkan kamu ke kamarmu ya?"
"Tidak usah. Kamu berlebihan sekali. Aku hanya jatuh pingsan, aku hanya pusing biasa. Haahaha, aku bisa ke kamarku sendiri."
"Apa kamu lupa, semua ini terjadi karena aku. Jika aku tidak mengajakmu.."
"Sebentar." Aku tiba-tiba teringat sesuatu. "Sebelum aku pingsan, kamu bilang akan menjelaskan sesuatu, apa itu? Apa kamu tahu tentang kejadian itu?"
Nino hanya terdiam. Wajahnya tidak menunjukan ekspresi apapun. Dia tetap tersenyum simpul dan kemudian dia menghela nafas panjang.
"Sebenarnya.."
---
Mischa tidak tenang ketika mengetahui Masha sudah pindah. Dia tidak tahu apapun soal itu, dan yang dia rasakan hanya penyesalan. Kenapa waktu itu dia tidak mendengarkan perkataan Ryena? Kenapa dia terus menghindar dari Masha? Masha pasti sangat membencinya.
"Jangan terlalu cemas, minum dulu teh nya." Nenek itu menaruh teh hangat di meja. "Kamu temannya Masha?"
"Ah, terima kasih. Iya." Tangannya meraih cangkir itu, tangannya gemetaran dan tehnya sedikit tumpah. "Sial." Dia mengumpat dan menaruh kembali cangkirnya. Helaan nafasnya yang berat dan mata yang merah menjelaskan bahwa dirinya benar-benar dalam suasana yang kalut.
"Kamu pacarnya kan?" Nenek itu menepuk bahu Mischa dan tersenyum, "Nenek tahu perasaanmu. Nenek akan ceritakan semuanya. Mungkin Masha tidak memberitahumu karena pada malam itu dia dan ibunya benar-benar terguncang. Malam itu, masih aku ingat malam yang tidak berbintang. Hari itu hujan seharian dan baru berhenti malam hari. Aku sering mendengar pertengkaran dari rumah itu, bukan karena aku tidak peduli. Tapi terakhir kali aku membantu Viona, suaminya melakukan ini." Dia menunjukkan bekas luka di pelipis kirinya.
"Siapa Viona? Kenapa Nenek bisa mendapat bekas luka itu?"
"Viona adalah nama Ibu Masha dan Andara. Suaminya selalu pulang dengan keadaan mabuk. Saat itu Masha masih sekolah, dan ayahnya terus berteriak-teriak menyalahkan segala kesalahan dan kematian Andara pada Masha. Viona benar-benar tak berdaya." Nenek berhenti menjelaskan. Raut wajahnya terlihat sedih, kemudian dia menghapus air matanya yang keluar. "Saat itu, suamiku masih hidup. Dia selalu melarangku untuk ikut campur, tapi aku tidak tahan dengan apa yang dilakukannya pada Viona. Aku memberanikan diri untuk pergi ke rumahnya. Ketika aku sampai disana, Viona hanya menangis di pojokan ruangan, melindungi Masha. Aku mencoba menjelaskan apa yang dilakukannya salah. Tapi karena dia sedang tidak sadar,dia terus meracau dan mendorongku sekuat tenaganya dan aku terjatuh.Kepalaku mengenai ujung meja. Dia berbalik menyiksaku. Masha langsung berlari kerumahku dan memberi tahu suamiku."

KAMU SEDANG MEMBACA
The Frozen
Fantasy#1 dalam Vika Levina - 3 Maret 2021 #7 dalam Vika Levina - 27 Februari 2021 #1 dalam Avan Jogia - 11 Juli 2019 #2 dalam Avan Jogia - 7 Juli 2019 #11 dalam Avan Jogia - 6 Juli 2019 #96 dalam FANTASY - 13 Januari 2018 Hidup di keluarga yang berantakan...