"Assalamualaikum Pricil pulang bun" ucapku saat membuka pintu rumah.
"Waalaikum salam,nah gitu dong ucap salamnya" jawab Bunda tersenyum ke arahku.
"Hmm" aku hanya bergumam mendengarnya.
Lalu aku berjalan keruang tengah diikuti oleh Bunda.
"Ohya gimana sekolah kamu? Kamu punya teman disana kan?" Tanya bunda saat sudah berada di ruang tengah.
"Pricil di sekolah baik-baik aja, dan Pricil punya teman jadi sekarang bunda jangan tanya seperti itu lagi, Pricil bukan anak kecil lagi bun dan jangan samakan Pricil yang sekarang dengan yang dulu"aku berhenti bicara lalu memandang ke arah Bunda lagi.
"Pricil tau Bunda takut kan makanya bunda selalu bertanya seperti itu setiap Pricil naik kelas atau saat pricil masuk sekolah baru. Pricil udah berubah Bun Saat dari smp dulu, Bunda tau itu." sambungku lagi.
*flashback*
Masa kecilku dulu sangat kelam, dulu Aku orang yang pendiam, jarang bicara, dan tidak punya teman sama sekali saat duduk di bangku SD. Saat masih duduk di bangku SD, Aku pernah di bully oleh teman-teman cewek di kelasku.
Saat sampai dirumah Aku menangis dan hampir berhari-hari tidak masuk sekolah karena kejadian itu. Bunda selalu bertanya kepada ku mengapa Aku menangis dan tidak pergi sekolah, tapi Aku selalu menggelengkan kepala tidak ingin bercerita. Tapi Bunda selalu memaksa ku untuk bercerita kepadanya sampai akhirnya hatiku luluh dan bercerita semua apa yang terjadi di sekolah.
Saat mendengar ceritaku Bunda menangis dan memelukku dengan sayang. Ayah yang saat itu juga mendengar ceritaku juga ikut bersedih, dan seminggu kemudian Ayah datang ke sekolahku yang dulu, bermaksud untuk memindahkanku ke sekolah lain. Dan disaat itu juga kami pindah rumah karena pekerjaan Ayah.
Suasana yang baru membuat diriku mulai sedikit-sedikit berubah, Aku mulai bersosialisme dengan orang-orang di sekitarku, pendiamku sedikit-sedikit mulai hilang, dan disekolahku yang baru Aku mulai berteman dan mempunyai teman.
Sampai akhirnya Aku berubah total saat mulai memasuki SMP, Aku mulai terbuka,banyak bicara,bercanda,dan masih banyak hal lagi hingga sampai sekarang. Tapi Bunda selalu mengkhawatirkanku walaupun Aku sudah berkali-kali bilang padanya,Bunda takut kejadian yang dulu terjadi padaku lagi.
Bunda menghela napas pelan.
"Pricil..Bunda hanya khawatir Bunda tau kamu bukan kamu yang dulu, Bunda sangat senang kamu yang seperti ini, tapi.. tetap saja Bunda khawatir dan takut kamu kenapa-kenapa" ujar Bunda menatapku nanar.
"Iya Pricil ngerti, tapi Pricil udah besar Bun udah bisa jaga diri jadi tolong Bunda jangan khawatir lagi dan hilangin rasa takut Bunda itu, Pricil gak sanggup liat Bunda terus khawatir seperti ini" jawabku masih memandang ke arah Bunda.
"Maaf..maafin Bunda sayang, seharusnya Bunda dari dulu sudah percaya sama kamu tapi tetap saja rasa khawatir itu datang" ucap Bunda sambil memelukku dengan tangisannya.
"Tapi.. mulai sekarang Bunda berjanji akan selalu percaya sama kamu,Bunda yakin kamu selalu baik-baik saja." Sambung Bunda lagi tetap masih memelukku. Aku hanya balas memeluknya erat dan mengangguk dalam diam.
"Udah deh Bun jangan nangis lagi, bunda jadi jelek kalau nangis terus kayak gini" ujarku dengan sedikit bercanda setelah melepaskan pelukan dan menghapus air mata Bunda.
"Ih kamu, Bunda nangis gini tetap cantik kok" balas Bunda masih di sela-sela tangisannya dan tertawa.
"Berarti anaknya juga cantik dong" balasku tak kalah.
"Udah terserah kamu, mendingan kamu sekarang mandi, ganti baju dan turun kebawah makan" ujar Bunda sambil menghapus air matanya yang kembali turun, lalu berlalu di hadapanku.
Aku hanya tersenyum setelah Bunda pergi. Lalu langsung pergi naik ke kamar untuk membersihkan diri.
Saat makan malam Aku hanya berdua dengan Bunda, kurang satu orang lagi.
"Bun Ayah kapan pulang?" Tanyaku pada bunda yang sedang makan.
"Katanya Ayah akan pulang sabtu depan, ohya nanti kamu yang jemput ya di bandara" jawab Bunda.
"Emangnya Bunda kenapa? kan Pricil ada sekolah masa Pricil langsung ke sana" balasku.
"Bunda ada arisan gak bisa gak datang, kamu bisa jemput pulang dari sekolah bisa kan" jawab bunda.
"Terus Pricil naik apa kan pak Udin masih di kampung, Bunda juga gak kasih Pricil bawa mobil Bunda ke sekolah kalau belum naik kelas 3, kalau naik taksi ga ah Pricil gak mau" balasku lagi. Setelahnya Bunda berhenti makan.
"iya juga.." kata Bunda sambil memikirkan perkataan-perkataan yang keluar dari mulutku.
Bunda sekarang pasti lagi mikir kalau Aku seharusnya bawa mobil ke sekolah mikirku dan menarik kembali kata-katanya yang dulu itu 'kamu boleh bawa mobil pas kelas 3 nanti gak sekarang' seperti itu kata Bunda dulu, saat Aku meminta untuk bawa mobil sendiri ke sekolah.
Aku yakin pasti Bunda bakal narik kata-katanya dan bakal bolehin bawa mobil,mikirku lalu Aku tersenyum dan melihat ke arah Bunda yang masih tengah mikir.
"Yaampun kenapa gak kepikiran dari tadi.." gumam Bunda dan Aku langsung tersenyum senang memikirkan apa yang kupikirkan tadi akan dikatakan oleh Bunda.
"Kenapa Bun? Apanya yang ngak kepikir?" Tanyaku masih dengan senyum bahagia.
Bunda memandangku dengan tersenyum.
"Bunda baru teringat, Bunda tau kamu pergi nanti dengan siapa" ujar Bunda.
Aku langsung mengerutkan kening, apa maksudnya Bunda? Apa tebakanku tadi salah? Ja..jadi Bunda gak jadi minta Aku naik mobil ke sekolah?
Melihatku dengan tatapan bingung, Bunda langsung menjawabnya lagi.
"Kamu nanti perginya sama Arsel saja dia pasti mau, nanti Bunda yang akan nelpon tante Lisa oke?"
"Apaa!?"
Aku terkejut saat mendengar kata-kata Bunda barusan. Arsel? Kak Arsel? apa Aku tidak salah dengar?
"Bun bunda pasti bercanda kan?" Kataku dengan terbata-bata akibat masih syok.
"Ngak Bunda gak bercanda, Bunda serius pokoknya kamu perginya sama dia, nanti biar Bunda yang ngomong sama tante Lisa"jawab Bunda.
"Ta.. tapi Bun dia kakak kelas, kalau Pricil pergi sama dia, nantik pasti bakal ada gosip yang ngak-ngak di sekolah" balasku lagi.
"Kan kamu nanti tinggal bilang aja kalau kalian gak ada apa-apa, apa susahnya" ujar Bundaku.
"yaa.. susah lah Bun, dia itu orang paling terkenal di sekolah banyak fansnya.., dan lagi Pricil juga gak dekat kok sama dia, pokoknya Pricil gak mau pergi bareng dia Pricil bakal naik taksi aja kalau gitu, lagian Bunda dulu pernah bilang jangan dekat-dekat sama cowok tapi sekarang Bunda nyuruh aku pergi bareng cowok" balasku dengan mulai sedikit kesal terhadap Bunda.
Bagaimana tidak? Aku akan pergi ke bandara menjemput ayahku dengan kak Arsel. Malah selama ini aku selalu tak ingin melihat wajahnya lagi walaupun ganteng tetap saja Aku tidak ingin melihatnya, Aku bahkan belum memaafkannya Ck.
"Ngak ngak ngak keputusan bunda udah pas pokoknya kamu pergi bareng dia, tadi kamu udah bilang kan ngak mau naik taksi jadi kamu pergi bareng Arsel oke? Bunda izin aja kalau kamu pergi bareng dia karena bunda udah kenal sama dia dan mamanya pun temannya Bunda jadi sekarang habisin makanan kamu lalu pergi tidur, Bunda duluan sayang " ujar bunda tak bisa di bantah dengan mengecupku di kening lalu pergi ke kamar.
"Aahh bunda kok gitu banget sih?" Teriakku saat sudah berada di dalam kamar.
"Apa aku nantik bakal satu mobil dengannya juga? Ohh tidak!" Teriakku lagi.
"Aku pasti mimpi buruk" teriakku, lalu menjatuhkan diriku ke atas tempat tidur.
Aku mengambil bantal dan membenamkan ke mukaku, malam ini betul-betul sangat kesal. Sampai akhirnya Aku tertidur dengan pulas.
Udah author sempetin waktu buat update ceritanya jadi tolong jangan lupa VOTE yaa mkasih :)
KAMU SEDANG MEMBACA
Stalker
Teen FictionStalker? Iya. Bila lo menyukai seseorang dan diam-diam lo memandangnya dan mencari tahu orang yang lo suka itu dengan mengotak-atik di sosmed dan berharap orang yang lo suka itupun pada akhirnya bisa membalas perasaan lo namun tak disangka itu sudah...