25

7 1 0
                                    

"Cil pulang nanti ke toko buku yuk.. novel gue udah habis baca semua" kata Vio sambil membuka kuaci dengan mulutnya dan memakannya.

" Mending lo pinjam punya gue aja buat baca" sahut Pricil sambil bermain handphone.

" Ah punya lo happy ending semua gue sekarang lagi demen yang sedih-sedih"

" Ngapain lo demen yang sedih-sedih mau emang entar kisah percintaan lo sad ending?" Sahut Ocha sebelum menyuapi bakso ke mulutnya.

Mereka bertiga sedang menikmati makanan di kantin, diantara mereka bertiga hanya Pricil yang tidak makan karena perutnya masih kenyang dengan masakan tante Lisa tadi pagi jadi dia hanya memesan jus jeruk.

"Eh jangan gitu dong jahat banget lo doain temen sendiri sad ending" jawab Vio dengan ekspresi cemberut.

Ocha hanya terkekeh.

"Gue lagi pengen baca aja karena novel terakhir yang gue baca sad ending sumpah deh betul-betul emosional banget tu cerita gue sampe nangis bacanya"

"Ah tau ah males dengerin kalian baper-baperan sama cowok-cowok yang dalem buku mending baca buku pelajaran biar nambah pinter"

Vio mendengus " makanya gue ngak mau ngajakin lo entar sampe sana bukannya nyari novel tapi malah ke buku-buku yang aduh belum baca aja udah bikin pusing"

Diantara kami bertiga memang yang lebih terlihat pinter Ocha dibandingkan Pricil dan Vio yang otaknya pas-pasan, cukup beruntung kami mendapatkan sahabat sebaik dan sepinter Ocha yang siap-siaga membantu kami di kala susah demi mendapatkan nilai yang memuaskan.

Pertengkaran adu mulut mereka terus berlanjut, diantara ketiganya memang Pricil yang terlihat kalem-kalem saja diantara kedua orang tersebut yang satu cerewet plus kepo dan yang satunya kadang cerewet dan kadang kalem.

Pricil masih terlihat anteng di kursinya sambil menyeruput jus dan tangannya yang sedang asik scroll-scroll postingan di Instagram. Pricil sempat mendengar suara-suara keributan jauh di belakangnya lalu tiba-tiba saja kedua orang di hadapannya sudah terdiam begitu saja sambil menatap ke belakangnya.

Pricil mengerutkan dahinya merasa bingung dengan tingkah kedua sahabatnya yang tiba-tiba terkesiap begitu saja.

Vio menatap Pricil dengan kedua bola matanya yang mencoba mengarahkan ke belakangnya.

Pricil menangkap maksud tatapan Vio dan ia menoleh ke belakang

10 detik..

Ia menoleh kembali ke depan, Pricil cukup terkejut dan sekarang ia mengerti kenapa semua orang di kantin tersebut mendadak diam dan ada yang berbisik-bisik ke arahnya.

Ah iya sejak kapan Pricil menggunakan penyumbat telinga, mungkin sejak adu mulut kedua sahabatnya itu jadi pantas ia tidak terlalu mendengar suara orang-orang disekitarnya dari apa yang sedang terjadi.

Pricil pelan-pelan mencabut headset di telinganya, di kepalanya sekarang tercantum satu pertanyaan

'Kenapa kak Arsel menghampirinya??'

Pricil kembali menoleh ke belakang lebih tepatnya sekarang menghadap ke belakang, baiklah ini bukan mimpi karena sekarang tatapan kak Arsel menatap lurus tepat ke arahnya. Sekali lagi, menatap lurus tepat ke matanya bukan orang lain.

Pricil ingatkan dirinya sekarang bahwa tatapan Arsel yang menatapnya seperti itu sangat tidak baik untuk kesehatan jantung nya, ini bukan yang pertama tapi ini yang kedua kalinya setelah kejadian pagi Minggu kemarin.

Oleh sebab itu Pricil langsung memutuskan kontak matanya dari kak Arsel sebelum ia semakin gugup di hadapan semua orang yang melihat ke arahnya.

Pricil kemudian bersikap biasa saja sambil bertanya, "ada apa? "

Raut wajah Arsel tak terbaca, ia hanya mengulurkan tangannya ke arah Pricil.

Ia baru sadar di tangan Kak Arsel ada sebuah surat kecil yang sudah di lipat dengan rapi membentuk segi empat. Pricil mengambil surat kecil berlipat itu dengan bingung tapi ia kemudian mendengar suara Arsel mengatakan

" Jangan kasih lihat siapapun" Ucap Arsel dengan suara yang sengaja di kecilkan jadinya hanya ia dan beberapa orang-orang yang dekat dengan tempat duduknya yang bisa mendengar.

Setelah mengatakan itu Arsel langsung pergi dengan satu temannya yang penampilannya cukup terbalik dengan pesona seorang Arsel. Ia tahu teman akrab Arsel bernama Digo tapi sayangnya walaupun namanya keren tidak dengan penampilan nya, cowok itu memakai kacamata tebal, rambutnya selalu di tata dengan sangat rapi hingga tak ada satupun anak rambut yang melambai-lambai jatuh ke dahi, tinggi badannya juga tidak terlalu tinggi tapi juga tidak terlalu pendek, ah iya baju cowok itu selalu di masukkan ke dalam hingga ia nampak seperti anak culun.

Walaupun seperti anak culun tapi tidak seperti culun yang ada di sinetron yang memiliki gigi tonggos, tahi lalat besar itu semua tidak ada hanya penampilannya saja yang kurang menarik menurut orang-orang apalagi cowok itu sangat akrab dengan Arsel jadi tentu keduanya sangat jauh berbeda dari segi apapun.

Pricil masih menatap surat kecil itu di tangannya, hingga kemudian di sadarkan oleh kedua sahabatnya. Orang-orang yang semula diam kini sudah kembali berisik di tempat nya masing-masing.

"Eheem ada yang nggak cerita-cerita nih" kalimat yang keluar dari mulut Vio jelas itu sindiran untuk Pricil.

Pricil yang tahu bahwa rahasia kecilnya yang sengaja ia sembunyikan sekarang sudah tidak dapat di tutupi lagi dari kedua sahabatnya itu hanya pasrah.

Setelah berpindah ke kelas agar cerita mereka tidak di dengar orang akhirnya Pricil menceritakan semua kejadian dua hari belakangan ini. Namun tidak sedetail itu Pricil hanya menceritakan secara ringkas  saja.

"Wih lo benar-benar beruntung ah, hiks gue jadi kepengen" Vio mengatakan dengan muka merengeknya.

Ocha yang mendengar nya hanya menggeleng-gelengkan kepalanya.

" Beruntung apaan gue masih ga terima bisa-bisanya nyokap bokap gue nitipin gue ke orang yang baru gue kenal apalagi dia cowok dan seatap lagi huh"

" Tapi gue yakin sih kalo orangtua lo udah kenal banget sama keluarganya apalagi kedua orang tua kalian memang temen dari dulu ya pasti lah nyokap lo percaya sama mereka"

Ocha yang biasanya selalu ada di pihaknya kini malah membelok dan jelas muka Pricil makin bete.

" Aelah lo sok-sok tersiksa banget tinggal disana padahal dalam hati bahagia banget tuh dari pagi sampe paginya lagi bisa pandangin cowok incaran gadis sesekolah" Jawab Vio

Pricil mendelik ke arah Vio, walaupun sebagian perkataan Vio memang benar.

Pricil sangat tersiksa tinggal satu atap dengan kak Arsel karena apa? Karena ia di hujam terus menerus dengan tampang pesona Arsel yang memang lebih berkali-kali lipat dari penampilan nya saat di sekolah.

Dan sekarang mungkin ia sudah menjadi salah satu cewek yang mengagumi ketampanan nya Arsel karena tidak bisa menahan tatapannya begitu saja saat Arsel berada dekat dengannya dihitung sejak ia tinggal di rumah nya tante Lisa mamanya Arsel.

Kedua kalinya ia mengatakan dalam satu hari ini bahwa ia harus berhati-hati kalau tidak bisa gawat.













StalkerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang