Pov Arsel
Arsel menahan senyum saat cewek di sampingnya dengan bodohnya memaafkannya tanpa pikir lagi.
Padahal sejujurnya ia tak tahu apapun tentang cewek disampingnya ini.
Arsel memutar setir mobilnya ke arah kiri saat akan sampai di Bandara Soekaro-Hatta.
Setelah mencari tempat parkir yang pas, ia memberhentikan mobilnya dan melihat ke arah cewek yang duduk di sampingnya yang masih diam usai pembicaraan tadinya.
Lalu tanpa peduli ia langsung turun lalu diikuti oleh Pricil.
Pricil berjalan di depannya sedangkan dia mengikuti cewek itu dari belakang.Saat akan sampai di pintu masuk. Tiba-tiba cewek itu berteriak dengan kencang lalu berlari ke sosok pria yang umurnya bisa dikatan puluhan itu yang memakai jas kantoran bewarna hitam,
"Papaaa"
Pricil memeluk Papanya dengan erat. Arsel bisa melihat kalau cewek itu sedang menahan tangis saat berada di pelukan Papanya. Papanya pun juga memeluk dengan sayang putrinya itu, terlihat sekali kalau mereka masing-masing melepaskan rindunya.
Sedangkan dirinya yang berdiri agak jauh dengan memasukkan kedua tangan ke dalam kantong celanannya, hanya memandangi kedua manusia anak dan ayah itu dengan tatapan tak terbacanya.
Ia tak berani merusak kebahagiaan itu, kebahagiaan yang dulu pernah dirasakannya juga. Tapi yang berada di posisi itu sekarang bukanlah dirinya tapi orang lain.
Arsel kembali tersentak ke realita saat sebuah suara meneriakkan namanya.
"Kak Arsel!" Panggil pricil.
Arsel menghenyakkan masa lalu yang kembali hadir di pikirannya itu dan kembali berjalan ke arah cewek itu berdiri yang membelakangi Papanya itu.
Cewek itu tampak kesal saat ia sudah berdiri di depannya lalu kembali berjalan di samping Papanya sambil tersenyum kembali.
Dan ia sangat sadar kalau barusan cewek itu menunjukkan muka kesalnya itu lalu saat kembali sejajar dengan Papanya itu cewek itu langsung menampakkan senyumnya.
'Dasar senyum palsu' itu yang bisa ia simpulkan terhadap cewek itu.
Tapi bukankah ia juga sama seperti apa yang tengah dilakukan cewek itu. (?)
"Kamu yang bernama Arsel itu?" Tanya Papanya Pricil.
"Iya Om saya Arsel" jawabnya sambil tersenyum sopan.
"Kamu yang disuruh sama istri saya untuk nemenin pricil buat jemput saya?"
"Iya Om saya kesini bersama pri-pricil menjemput Om" ucapnya sambil menyebut nama cewek itu untuk pertama kalinya.
Papanya cewek itu hanya tersenyum saja.
"Ohya nama Om, Devantara panggil aja Om devan" ucap Papanya Pricil memperkenalkan diri.
"Oh iya Om, Om devan" ujarnya.
"Eng pa yaudah kalau gitu ayo kita pulang" ucap Pricil yang dari tadi hanya diam.
"Bagaimana kalau makan dulu? Papa sudah lapar sedari tadi karena tungguin kalian"
Pricil melirik ke arahku sedangkan dirinya memandang ke arah lain. Lalu dengan keputusan berat cewek itu menjawab
"Yaudah makan dulu"
Sebenarnya ia tidak keberatan di ajak makan oleh Om Devan karena ia sendiri juga sudah lapar karena sepulang sekolah tadi ia belum makan sedikitpun, saat pulang ke rumahnya pun ia tak sempat makan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stalker
Teen FictionStalker? Iya. Bila lo menyukai seseorang dan diam-diam lo memandangnya dan mencari tahu orang yang lo suka itu dengan mengotak-atik di sosmed dan berharap orang yang lo suka itupun pada akhirnya bisa membalas perasaan lo namun tak disangka itu sudah...