Setelah mengantarkan Bundanya pamit untuk pulang, Tante Lisa membalikkan badan ke arahnya
"Ayo Pricil kita masuk" sambil tersenyum dengan merangkulnya untuk masuk ke dalam rumah.
"Pricil Kamu udah makan malam?" Tanya Tante Lisa kemudian.
"Em.." belum selesai Pricil menjawab Tante Lisa berkata lagi,
"Yasudah ayo kita makan malam"Rupanya tante Lisa sudah menyiapkan banyak sekali makanan di atas meja, Tante Lisa kemudian mendudukkan aku di salah satu kursi meja makan.
" Geno..Arsel ayoo kita makan" Teriak Tante Lisa menyuruh kedua anaknya turun untuk makan.
'hm siapa ya Geno?' pikirnya sambil mengerutkan dahi.
Tak lama setelah itu terdengar suara gaduh dari lantai atas dan suara kaki yang menuruni tangga..
Penasaran, Pricil menoleh ke arah anak tangga dan ia tak menyangka seseorang yang tadi mengejutkannya itu ternyata namanya Geno..dan dia.. ternyata benar-benar kakaknya Arsel.
Tapi sekarang yang lebih membuatnya terkejut..
WHAT The hell??
Itu.. apa benar-benar Arsel yang selama ini ia sangkal selalu setiap anak di sekolah mereka menyebut-nyebut ia Cowok paling ganteng?
'Yah memang sih ia mengakui dulu kalo seorang kakak kelasnya itu ganteng tapi terlepas insiden waktu itu semua buyar, tapi kali ini mata gue bener-bener terbuka ngak bisa nyangkalin lagi kalau memang Arsel itu ganteng terlebih ia melihatnya dengan penampilannya seperti sekarang' batin Pricil
Arsel terlihat baru siap mandi karena rambutnya basah dan masih acak-acakan ia hanya mengenakan baju kaos berwarna hitam polos dan menggunakan celana pendek yang membuatnya bertambah ganteng seperti alami tidak di buat-buat.
"Pricil...Pricil.." panggil tante Lisa karena ia masih melamun setelah melihat kakak kelasnya itu.
Terbangun dari lamunannya Pricil langsung tidak tahu harus menaruh muka dimana karena kedapatan memandangi Arsel saat ia turun tangga tadi.
Di seberang meja, Geno yang melihat tingkah Pricil saat adiknya turun tadi hanya tersenyum dengan penuh arti melihatnya.
____________
"Nah Pricil ini kamar kamu yaa pokoknya jangan sungkan-sungkan sama tante kalo ada apa-apa langsung bilang sama tante atau sama Arsel ya"
"Iya tante makasih ya tante udah izinin Pricil tinggal disini" balasnya dengan tersenyum
" Iya pokoknya tante senang kamu tinggal disini kalau gitu tante tinggal dulu ya" Setelah mengatakan itu tante Lisa kembali turun ke bawah.
Pricil menarik kopernya untuk masuk ke dalam kamar yang akan menampungnya selama tiga hari kedepan. Kamar yang akan dia tempati ini sepertinya akan membuatnya nyaman karena warna kamar ini persis seperti warna kamarnya dirumah berwarna pink nude. Tapi.. kenapa ia merasa kamar ini seperti kamar cewek ya karena di kamar ini punya meja untuk merias, ada beberapa pernak-pernik yang bergantungan maksudnya itu Tante Lisa kan cuma punya anak dua dan itu dua-duanya cowok dan kamar ini pemiliknya siapa?
Ah ngapain sih mikirin itu lagian kamar ini cukup membantu karena dirasa ia seperti berada di kamarnya sendiri yang dirumah, setidaknya betah walaupun bukan rumahnya.
Hoaam.. kenapa tiba-tiba ngantuk biasanya juga ia kalau dirumah baru jam 11 tidur ini masih jam 10 malam, ini pasti gara-gara kecapekan tadi di rumah, sudahlah baju-baju di koper besok saja di masukin lemari lagian besok hari libur jadi masih ada waktu.
Berjalan ke kasur Pricil langsung melemparkan badannya dan memeluk guling asal tak lupa membaca doa tidur kemudian terlelap.
Baru dua jam menikmati alam mimpi Pricil terbangun dan dengan cepat-cepat turun dari kasur masuk ke kamar mandi karena tidak dapat menahan lagi untuk membuang air kecil.
Setelah keluar kamar mandi ia merasa terongkongannya kering terpaksa harus keluar kamar untuk ke dapur dengan pelan- pelan Pricil turun ke bawah. Rumah ini persis seperti di rumahnya saat akan tidur semua lampu dimatikan karena memang menghemat listrik tapi walaupun begitu tetap ada lampu kecil sebagai penerang saja.
Ketika sampai di dapur Pricil menjadi bingung ini kan bukan rumahnya jadi bagaimana Pricil bisa ini itu apalagi sekarang ia pengen coklat panas, karena biasanya sebelum tidur atau terbangun tengah malam ia selalu akan membuatkan itu dirumah.
Dengan lesu ia berbalik badan hendak balik lagi ke kamar tapi ia di buat kaget dengan penampakan sosok cowok yang dilihat dari postur badannya seperti Arsel. Ya memang itu kakak kelasnya.
" Ya Allah untung ini jantung masih selamat huahh" sambil menggosok-gosokan dada.
" Lo tau lo udah hampir bikin jantung gue copot bisa-bisa nya lo berdiri di tempat gelap situ udah kayak hantu tau"
Bukannya menjawab Arsel malah diam sambil melihat Pricil yang shock saat tadi melihatnya padahal dia baru saja turun ke bawah karena kehausan dan setelah sampai dapur ia melihat cewek itu yang lagi berdiri tapi ngak ngapain-ngapain.
"Ehm.. lo b-bukan han-tu kan? Iya kan?"
"Jawab..lo betulan Arsel kan? Kak Arsel kann iyaa kan? kenapa diamm jawabb, gu-gue gak mau pingsan disini"
Pricil sekarang betul-betul ketakutan seumur hidup dia ini belum pernah ngelihat hantu dan kalau yang berdiri di depannya ini sungguh betulan hantu walaupun persis mirip Arsel, ia benar-benar ingin menangis sekarang. Dengan sebelah tangan menutupi separuh mukanya ia kemudian ber ancang-ancang untuk segera kabur dari sini.
Sayangnya sebelum ia hendak kabur ia ngerasa seseorang di depannya ini sedang mengetawainya.
Arsel benar-benar ngak bisa menahan lagi tawannya karena melihat tingkah cewek di depannya ini. Baru ia tahu cewek yang tampaknya pemberani ini rupannya penakut juga dan tak lupa ekspresi dia saat ketakutan tadi sungguh lucu seperti anak kecil yang ketakutan melihat hantu padahal jelas-jelas ia bukan hantu.
Setelah merasa cukup menertawai cewek yang bernama Pricil itu karena dilihatnya cewek itu sekarang seperti kesel kepadanya dan tampak malu.
Ia berdehem " gue bukan hantu jadi gak usah takut kayak gitu" ujar Arsel lalu berjalan melewati Pricil untuk mengambil segelas air putih karena emang tujuannya kesini untuk minum air.
Tak ada respon, Arsel membalikkan badan untuk melihat cewek itu, tapi cewek itu masih saja berdiri di tempat semula.
Pricil benar-benar sangat malu sekarang dan sungguh kesal sama Kak Arsel bisa-bisanya dia menakutinya seperti ini, sekarang dimana ia harus menaruh muka di hadapan cowok itu.
"Tadi ngapain disini?" Tanya Arsel.
"Apa tanya-tanya" Jawab Pricil masih kesel sama kakak kelasnya itu.
Setelah menjawab seperti itu Pricil kemudian pergi, baru beberapa langkah berjalan kemudian ia berhenti setelah berkali-kali mikir dan akhirnya mengalah dan membalikkan badan ke arah Kak Arsel dengan mengesampingkan malunya ia berjalan ke tempat Kak Arsel berdiri.
"Ehm ada coklat panas ngak?"
"Jadi dari tadi lo nyariin itu?"
Arsel menjawab sambil menahan tawa padahal tadi pas ia tanya cewek itu ngejawabnya marah-marah sekarang malah tanya coklat panas bener-bener deh kayak anak kecil."Gak usah ketawa-ketawain deh" omel Pricil kejengkelannya makin bertambah sama itu cowok.
Arsel hanya menaikkan alis dan kemudian meletakkan kotak yang berisi sachet-sachet coklat. Setelah itu pergi begitu aja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stalker
Teen FictionStalker? Iya. Bila lo menyukai seseorang dan diam-diam lo memandangnya dan mencari tahu orang yang lo suka itu dengan mengotak-atik di sosmed dan berharap orang yang lo suka itupun pada akhirnya bisa membalas perasaan lo namun tak disangka itu sudah...