20

516 33 6
                                    

Kalo alasan untuk Bundanya nantik sih itu gampang ia tinggal bilang kalo Tepungnya itu sudah habis atau..ah ia bisa beli di Toko dekat rumahnya yang juga menjual bahan-bahan seperti tepung itu juga.

"Udah kakak aja yang ambil pasti itu suruhan mama kakak ya kan? Aku nanti bisa beli di Toko dekat rumah aku kok" ucapku sambil cengegesan.

Kak Fajar melihatku tak yakin.

"Betul gakpapa kok kak, kalo gitu aku duluan ke kasir ya kak" ujarku dengan buru-buru supaya Kak Fajar ngak menanyakan apa-apa lagi dan malah tak mau menerimanya nanti.

Pricil sedang menunggu antrian di kasir, kemudian dia menoleh ke belakang untuk melihat kak Fajar dan ternyata kak Fajar juga sedang  antrian yang berdiri berselang darinya.

Setelah selesai bayar di kasir, aku langsung berjalan keluar setelah sampai di luar aku tidak sengaja melihat mobilnya kak Arsel yang terparkir di depan supermarket.

Ia mengerutkan dahi, 'untuk apa kak Arsel ada disini?' Tanyanya dalam hati.

"Tentunya untuk berbelanja Pricil ini kan supermarket!" Jawabnya sendiri dengan bodohnya dia bertanya untuk apa disini, ini kan supermarket siapapun bisa saja kesini. Haduh otaknya lama-lama makin sempit.

Kemudian ia merasa seseorang baru saja keluar dari pintu supermarket di belakangnya.

"Lo.." Ucap orang itu yang setelahnya membuatku terkejut karena orang itu orang yang barusan dipikirkannya.

Tiba-tiba pikiranku langsung tertuju tentang kejadian kemarin malam..

"H-hai.." ucapku dengan canggung tak tahu harus bagaimana. Sedangkan kak Arsel hanya melihatku dengan heran.

Lantas ia tak mau lama-lama disini lagi aku langsung pamit ke kak Arsel

"A-aku duluan Bunda udah nunggu di rumah"

Baru saja ia akan melangkah..

"Tunggu..

"Biar gue antar"

"Gue bisa sendiri kok.."

"Yakin? Dengan bawaan lo yang banyak ini?"

Kemudian mataku tertuju ke belanjaan di tanganku yang memang sangat banyak dan sedikit berat.

"Gimana? Ya kalo lo gak mau sih itu gakpapa juga gue cuma ngulur bantu aja"

"Ehm.. boleh deh" jawabku terus memandang ke arah lain, karena ia tak sanggup lama-lama melihat ke arah kak Arsel bisa-bisa muka dia memerah karena malu atas kejadian tadi malam.

Di dalam mobil aku maupun kak Arsel hanya diam, kak Arsel fokus menyetir dan entah kenapa aku malah mencuri-curi pandang ke arah kak Arsel apa karena penampilannya yang memang keren cocok sama wajahnya yang...ganteng itu? Atau karena kejadian tadi malam?

"Lo melamun?" Tanya kak Arsel sambil melambai-lambaikan tangannya di depan mukaku.

"Ehm.. udah sampe?"

"Cuma 5 menit doang tapi lo udah melamun, apa lo.."

"Eh a-aku keluar dulu makasih kak" ujarku dengan sengaja memotong perkataan kak Arsel karena pasti dia akan membahas soal tadi malam jadi dengan buru-buru aku pamit dan tanpa sengaja mulutku mengeluarkan kata 'kak' yang selama ini gak pernah ia ucapkan kata itu ke kak Arsel.

Aku membuka pintu belakang dan mengeluarkan belanjaan-belanjaan Bundanya dan tanpa ia tahu kak Arsel sudah ada di sampingnya membantu mengangkat belanjaannya.

Belum sampai pintu rumah pintunya sudah terbuka dan muncullah Bundannya.

" Eh Arsell.." teriak Bundanya.

StalkerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang