24

10 1 0
                                    

Pricil baru saja turun dari ojek onlinenya setelah membayar ia merapikan sedikit bajunya yang tertarik ke atas dan tak lupa juga rambutnya yang sudah agak berantakan.

Kemudian dengan tiba-tiba ia di kejutkan oleh kedua sahabatnya itu Vio dan Ocha.

"Supir lo kemana? Pulang kampung lagi?" Tanya Vio.

Mereka mulai berjalan ke halaman sekolah tapi tiba-tiba terdengar suara motor yang memasuki gerbang sekolah, spontan aku menoleh ke belakang untuk melihat siapa pemilik motor itu dan rupanya Kak Arsel. Kemudian ia kembali menoleh ke depan.

"Hmm" ia hanya menjawab pertanyaan Vio dengan gumaman.

Lagian ia tak ingin berkata jujur bahwa sekarang ini ia tinggal di rumah Kak Arsel, setidaknya tidak untuk sekarang ini. Dan supirnya pulang kampung memang benar, karena istrinya di kampung lagi hamil jadi setiap minggu tidak pernah untuk tidak pulang kampung dan papanya juga tidak masalah dan bahkan menyuruh supirnya untuk langsung mengambil cuti jika istrinya sudah akan melahirkan.

"Besok-besok lo pergi bareng gue aja deh cil.. kan rumah kita searah" sahut Ocha.

"Iya tuh dari pada ngeluarin duit mending simpan buat makan" ujar Vio setuju dengan entengnya.

Pricil langsung mendorong bahu-nya Vio.

"Lo ya.. cepet banget deh kalo gratisan"

"Yaelah ini kan buat elo"

Ia hanya mendengus.

"Ngak deh Cha jangan gue ngak mau nyusahin bokap lo"

"Nyusahin dari mana sih? Kan searah?" Ocha kembali menyahut.

Seketika ia bingung mencari alasan, masalahnya ia sekarang lagi tidak tinggal di rumahnya sendiri tapi di rumahnya Kak Arsel. Kan tidak mungkin Pricil bilang begitu.

"Gini sebenarnya gue tuh tinggal dirumah tante gue sementara ini" bohongnya.

Mereka berdua mengerutkan dahi, merasa tidak percaya.

"Iyaa betulan kalau kalian ngak percaya coba deh kerumah gue udah ngak ada siapa-siapa"

"Tapi bukannya lo bilang tadi supir lo pulang kampung? Terus orang tua lo kemana?" Vio kembali bertanya, ia lupa Vio sangat jeli orangnya.

"Ah iya memang, supir gue pulang kampung terus bokap sama nyokap gue ada kerjaan gitu di luar kota, makanya gue sementara ini di tempat Tante gue"

"Oh gitu" jawab mereka bersamaan.

Kami bertiga kembali berjalan, ia kembali teringat pagi tadi di rumah Kak Arsel.  Tante Lisa awalnya menyuruh ia untuk pergi sekolah bareng Kak Arsel tapi ia menolaknya dengan alasan bahwa ia pergi bareng temannya.

Padahal ia sama sekali tidak menghubungi kedua temannya itu malah memesan ojek online lewat aplikasi di handphone nya, untung saat itu kakak kelasnya itu belum turun untuk sarapan pagi tapi tunggu lagian Arsel mana mau boncengin dirinya dan pergi sekolah berdua jangan berharap banyak! Seorang Arsel bintang di sekolahnya bersanding dengan dirinya hanya mimpi.

Nah loh.. kok jadi berharap gini.. sejak kapan ia berharap bersama cowok itu, ini tidak bisa di biarkan.

------------

Arsel baru saja memarkirkan motor nya di parkiran sekolah. Penampilannya selalu rapi tapi rapi dalam artian ala bad boy keren..lihat saja siswi-siswi yang awalnya sibuk dengan dunianya masing-masing sekarang matanya sudah terarah ke satu objek yang tidak bisa mereka lewatkan begitu saja, cowok yang masih mengenakan jacket kulit hitam itu sama sekali tidak memedulikan orang-orang di sekitar nya yang selalu memerhatikannya secara terang-terangan.

Ia memang risih jika di perhatikan selalu oleh orang-orang itu tapi ia juga tidak mau menegur oleh karena itu ia kerap kali memasang wajah dingin kepada mereka agar mereka tidak berani mendekat kepadanya. Walaupun begitu tetap masih juga satu atau dua orang yang mendekatinya contohnya kejadian minggu lalu saat adik kelas menembaknya.

Tapi setelah itu ia tidak mau ambil pusing lagi, lagian salahkan wajah tampannya yang keterlaluan membuat para perempuan-perempuan itu tak berhenti melirik kearahnya.

Ia melihat ke arah tiga perempuan yang sedang berjalan bersisian membelakangi nya itu. Dari ketiga perempuan itu satu orang yang tampak sedikit tinggi dibanding kan kedua temannya itu dan ia memang kenal siapa perempuan yang terlihat ramping,punya rambut hitam kecoklatan yang lurus bergelombang sebahu dan lumayan tinggi di bandingkan kedua temannya itu.

Kemudian suara deruman beberapa motor masuk ke gerbang sekolah, tanpa menoleh ia sudah tahu siapa orang-orang itu kemudian ia menyampirkan jacket kulit yang sudah ia lepaskan tadi ke atas motornya dan mulai beranjak dari sana tapi baru selangkah ia berjalan untuk meninggalkan parkiran itu, salah satu dari mereka menyapa nya

" Al " sapa salah satu cowok manis di antara mereka bertiga.

"Rey" Arsel ikut menyapa memanggil nama singkatnya.

Cowok yang di panggil Rey itu namanya Reyhan Panjasmara salah satu sahabat dekat Arsel di masa dulu. Dan panggilan 'Al' dari Rey itu memang lekat padanya dari dia masih kecil karena menurut sahabat-sahabatnya waktu itu nama nya tidak keren kalau di singkat 'Ar' ataupun 'Sel" jadilah mereka merubah panggilan singkat namanya menjadi "Al" dan itu hanya boleh di panggil oleh sahabat-sahabatnya dulu.

Rey tersenyum singkat setelah Arsel menyapanya balik. Keduanya memang sudah tidak memiliki hal penting yang perlu dibicarakan lagi. Karena suatu permasalahan di masa lalu, sehingga hanya sapaan ringan seperti tadi yang mereka lakukan selama beberapa tahun belakangan ini.

Arsel kemudian pergi meninggalkan parkiran, 5 menit lagi bel masuk dan ia tak mau telinganya sakit karena mendengar ceramah dari pak JB singkatan dari Jendra Benataru yang memegang pelajaran bahasa Jepang.

Di sekolah ini murid kelas 2 dan 3 siapapun tau siapa itu pak JB guru yang berumur 36 tahun dan merupakan guru paling muda dan tampan di antara guru laki-laki lain di sekolah ini. Namun walaupun begitu ia yang paling cerewet dan suka menghukum murid-muridnya yang telat masuk kelasnya.
Dan yang paling membuat murid-muridnya males karena ia berpidato di depan kelas dengan bahasa indo-jepang, bagaimana pusingnya kepala mereka mendengar celotehan pak JB sebelum muridnya yang telat di hukum.

 














StalkerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang