15

522 33 0
                                    

Selama pelajaran berlangsung Aku berusaha fokus pada guru di depan selama beberapa menit yang panjang hingga ia kembali teringat bekal Bundanya.

'Argh gimana sih ini? Padahal gue udah mau ngehindari tapi kenapa malah gue yang harus temui cowok itu?' Erangku dalam hati.

Sampai sesuatu berkelebat di pikiranku membuatku menepuk dahi dengan satu tangan kenapa ia tidak teringat dari tadi.

Aku mengambil buku yang berada di atas meja lalu merobek setengah kertas yang kosong itu dan menuliskan sesuatu di atasnya.

Aku tak sadar Vio yang berada di sampingku melihatku dengan heran.

Vio merasa ada sesuatu yang disembunyikan oleh sahabatnya itu, ia sudah yakin pasti kalau sahabatnya itu menyembunyikan sesuatu darinya dan Ocha karena sebetulnya saat jawaban yang dilontarkan Pricil padanya tadi sebelum Ocha datang ia tak yakin itu yang di pikirkannya. Dan setelah melihat tingkahnya sekarang ia sudah sangat yakin sahabatnya itu menyembunyikan sesuatu.

Saat bunyi Bel berdering satu kelas bersorak senang dan mereka berderap cepat-cepat keluar dari kelas yang sudah membuat otak mereka pusing selama dua jam.

Vio menoleh ke arah ku "Yok ke kantin"

"Yuk"

Kami bertigapun berjalan ke kantin, saat hampir sampai di depan kantin aku berhenti berjalan dan mengedarkan pandangan di seluruh kantin mencari-cari keberadaan kelompok cowok itu, saat matanya terhenti di satu meja yang terdiri beberapa cowok Aku tersenyum lega dalam hati karena salah satu diantara banyak cogan disitu terdapat cowok yang ingin ia hindari.

Aku menarik lengan Vio membuat Vio dan Ocha ikut berhenti berjalan "Vi..Cha mending kalian duluan aja deh soalnya gue ada urusan bentar"

"Sejak kapan lo jadi orang penting gini?" Tanya Vio tak acuh.

Aku memutar bola mataku mendengar pertanyaan Vio yang sengaja mengejekku "Udah deh kalian duluan aja nanti gue nyusul"

Lalu Aku buru-buru pergi sebelum mereka bertanya-tanya lagi.

Sebenarnya ia sengaja pergi ke kantin untuk mencari tau apakah Kak arsel dikantin atau masih dikelasnya.

Karena sekarang ia akan pergi ke kelas Kak Arsel untuk menaruh bekal yang Bundanya kasih tadi pagi dan setelah tau Kak Arsel tengah berada di kantin dengan begitu ia bersyukur tak bertemu dengan kakak kelasnya itu.

Aku buru-buru berlari balik ke kelas dan mengambil bekal serta tak lupa secarik kertas kecil yang tadi ia tuliskan diatasnya.

Lalu Aku kembali buru-buru keluar kelas dan berjalan menaiki tangga ke kelas tiga, sebenarnya bisa dikatakan ia sekarang gugup dan takut saat berjalan di koridor kelas diatas angkatannya itu.

Banyak kakak-kakak kelas yang memperhatikanya karena mereka tak pernah melihatnya dan menduga bahwa Aku anak kelas satu dan selebihnya ada juga yang beberapa bersikap cuek dan tak peduli dengan keberadaanku.

Aku melewati mereka dengan langkah kaki yang cepat karena ia tak ingin berlama-lama disini disisi lain Aku senang karena ia bisa bertemu beberapa Cogan yang menyapanya dengan sebuah senyuman dan itu akan berefek ia tidak bisa tidur nanti malam dan ia berjanji pulang dari sekolah ia akan mencari tahu beberapa cowok itu dan sudah pasti masuk dalam daftar Cogannya disekolah. Kumat lagi deh.

Dan betapa senangnya lagi Aku bertemu dengan Kak Fajar, Aku yakin hati Aku sudah berbunga-bunga sekarang dan sebentar lagi pasti akan meletus.

'Ah betapa senangnya kalau bisa gue pengen setiap hari kesini' ujarku dalam hati dan kembali bibirku tersenyum merekah.

Setelah sadar Aku sudah melayang dengan tingginya di tempat yang salah Aku kembali mengontrol air mukaku dan berjalan menuju kelas kak Arsel yang tak jauh lagi.

Aku tau dimana kelas kak Arsel karena Aku memang mencari taunya dan asal kalian tau bukan karena alasan itu Aku mencari taunya tapi karena jauh sebelum kejadian Aku dengan Kak Arsel ia sudah mencari taunya karena dulu ia memang tertarik dengan kak Arsel sebelum kejadian kecil itu dan alasan yang lebih pasnya karena kelas 3 IPA2 ini memang terkenal dengan kelas banyak cowok ganteng singkatnya cogan.

Jadi saat Aku dua bulan lalu masuk sekolah ini aku memang sudah mencari taunya termasuk kelas Kak Fajar tentunya.

Saat sampai di depan kelas Aku berhenti dan melihat kedalam kelas rupanya masih ada beberapa orang yang masih memilih tetap di kelas dan kalau dilihat rata-rata orang yang masih tetap tinggal di kelas orang-orang pandai yang masih berkutat dengan bukunya dan ada juga yang tetap di kelas karena sudah membawa bekal sendiri dari rumah, sama seperti orang-orang dikelasnya.

Dengan sopan Aku mengetuk pintu kelas itu sehingga semua orang melihat kearahku dan membuat Aku sedikit grogi tapi setelahnya beberapa orang lainnya bersikap tak peduli dan kembali ke aktivitasnya.

Aku tersenyum kepada beberapa orang yang masih tetap melihat ke arahku "s-saya m-mau cari Kak Arsel ada?" Tanyaku gugup dengan berbohong karena jelas aku sudah tau kalau cowok itu sedang di kantin.

Diantara mereka hanya cewek berkacamata minus yang sepertinya menanggapi pertanyaanku.

Sepertinya mereka sudah tak heran lagi dengan kedatanganku kesini karena bisa dilihat mereka tak terkejut sama sekali saat Aku datang dan mencari Kak Arsel, mereka mungkin sudah setiap hari kedatangan berbagai cewek-cewek dari beberapa kelas yang berbeda angkatan dengan mereka yang selalu mencari-cari siapa lagi kalau bukan cowok-cowok tenar di kelas mereka.

Sebelum menjawab cewek itu membetulkan letak kacamatanya dengan satu tangannya "Arsel kayaknya lagi di kantin tuh"

"Oh.." ucapku sambil berpikir bagaimana cara menaruh bekal ini di tempat duduknya Kak Arsel.

Kalau ia menyuruh menitipkan ini kepada kakak kelasnya itu sopan gak ya? Tapi kalau dilihat-lihat mereka sepertinya tak ingin di ganggu.

Aku menggigit bibir bawahku "em maaf Kak ini yang terakhir kalau boleh saya tau tempat duduknya Kak Arsel dimana ya?" Tanyaku.

Sekali lagi, beberapa orang di kelas itu melihat ke arahku lagi kali ini dengan pandangan terkejut.

Mereka pasti sudah mengira yang enggak-enggak Aku kemudian berdeham dan berkata" Maaf kak s-saya sebenarnya enggak ada hubungan apa-apa dengan Kak Arsel"

Dan kali ini ekspresi di wajah mereka lebih terkejut lagi.

"Ini..saya cuman mau ngasih ini karena..tadi ada titipan buat Kak Arsel" ucapku lagi dengan setengah tersenyum dengan kikuk.

Kenapa mereka menatapku seperti itu seolah-olah ini hal baru bagi mereka. Benarkah?

'Semoga aja mereka percaya"
Ucapku komat-komit dalam hati.

   

StalkerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang