Pov
Setelah memarkirkan mobil di bagasi rumah. Arsel langsung masuk ke dalam rumah, saat akan menaiki tangga menuju ke atas mamanya memanggil..
"Arsell.."
"Ma kak Geno dimana?"
"Dia dikamar lagi mandi karena sore ini dia harus balik ke Bandung"
"Loh bukannya dua hari lagi dia balik kesana?
"Ia seharusnya dua hari lagi tapi tadi tiba-tiba dia dapat telfon katanya ada yang harus dia kerjakan makanya dia harus cepat-cepat balik kesana"
Kemudian terdengar suara kak Geno di belakangnya yang sedang menuruni tangga..
"Kenapa lo senang gue pergi?"
Arsel hanya memutar bola matanya.
"Ma liat tuh seharusnya sebagai adik dia itu sedih kalo di tinggal pergi sama kakaknya lagi" ucap kakaknya dengan cemberut.
"Udah kamu itu kenapa masih disini? Cepat beresin koper kamu ini udah besar tapi masih saja kayak anak kecil" ujar mamanya dengan menyuruh kakaknya kembali ke atas.
"Ingat jangan lupa balik lagi kesini harus bawa calon menantu buat mama kalo nggak ketemu kamu nggak boleh pulang dulu!" Mamanya kembali berteriak yang langsung membuat kakaknya itu memelas. Mamanya hanya mengangkat bahu tak mau tahu.
Arsel sekaligus terkejut mendengar perkataan mamanya barusan dan sekaligus kasihan pada posisi kakaknya itu. Tak bisa berbuat apa-apa.
Pandangan mamanya kembali mengarah padanya.
"Arsel tadi mama dapat telfon dari tante Rita katanya kalo anaknya yang bernama Pricil itu bakal dititipin disini dan katanya kamu tadi barusan dari sana..mama senang banget Pricil bakal tinggal disini walaupun cuma beberapa hari" ucap mamanya dengan perasaan bahagia.
Arsel memandang mamanya yang begitu senang. Apa begitu sukanya mamanya dengan Adik kelasnya itu? Atau karena mamanya ingin sekali ada anak perempuan di rumah ini?
Seperti saat dulu Kayla masih menginap di rumah ini."Arsell..." teriakan mamanya berhasil membuat lamunan Arsel terhenti.
"Ck kamu kok melamun.." ujar mamanya dengan cemberut.
"Ma..Arsel mau mandi dulu"
"Yasudah deh, nanti malam Pricil bakal kesini mama mau beres-beres dulu."
Teringat kembali Pricil bakal disini selama 3 hari berarti itu artinya kakaknya sudah di Bandung jadi dia nggak akan khawatir di ejek-ejek oleh kakaknya itu di depan Pricil.
------------
"Bun.. apa harus malam ini terus Pricil nginap di rumahnya tante Lisa kan bisa tunggu besok"
Saat ini ia lagi di mobil bersama Bunda dan Papanya untuk mengantarnya ke rumah Kak Arsel.
"Ga bisa sayang Bunda sama Papa besok pagi-pagi banget harus langsung pergi ke bandara dan kamu juga harus ke sekolah jadi kita gak bisa anter"
"Tapi Pricil bukan anak kecil lagi Bunda.. ya kan pa? Terus ngak harus di antar kok Pricil bisa pergi sendiri"
"Pricil sudah dengerin Bunda kamu saja" sahut Papanya.
"Lagian kalo Bunda sama Papa ngak antarin kamu, pasti nanti kamu gak bakal pergi nginap lagi di rumahnya tante Lisa"
Pricil tidak menjawab lagi, ia sebel sama Bunda dan Papanya itu. Ia menghela nafas kasar dan melemparkan pandangan ke arah jendela mobil.
30 menit kemudian..
Mobil berhenti di depan rumah besar yang berwarna Putih gading, diantara semua rumah yang berada di komplek ini hanya rumah ini lah yang tampak besar dan memiliki halaman yang luas di bandingkan perumahan lainnya."Pricil.. bangun sayang kita udah sampe" ucap Bundanya Pricil sambil menepuk-nepuk pelan pipinya.
"Emmhh.."
"Cepat bangun Pricil.."
"Kita udah sampe Bun?"
"Iya udah yuk keluar"
'Ting Tongg...'
Tak lama kemudian Pintu terbuka dan keluarlah Mamanya kak Arsel.
"Eh udah nyampe.. ayo-ayo masuk"
Sampai di ruang tamu..
".... jangan repot-repot kita ngak lama kok.." Ucap bundanya
"Loh gimananya kalian udah sampe di sini masak mau cepat-cepat balik"
"Udah lain kali aja soalnya kita juga belum habis beres-beres untuk keberangkatan besok.."
"Yasudah deh mau bagaimana lagi.." jawab Mamanya kak Arsel tersenyum pada Bundanya.
Lalu bundanya kembali membicarakan tentangnya yang akan menginap disini beberapa hari kedepan dan banyak lagi tapi ia sudah tidak sanggup mendengarnya lagi, yang ia perlukan sekarang hanyalah tidur.
Sambil menunggu Bundanya pulang Pricil mencoba untuk melihat-lihat isi rumah ini tak jauh berbeda dari rumahnya hampir di setiap dinding banyak terdapat bingkai-bingkai foto, seperti foto keluarga, kemudian ia beralih ke foto masa kecil nya kak Arsel yang ia akui sangat super imut dan ganteng, Lalu di bingkai tarakhir terdapat foto seorang cowok yang juga tak kalah ganteng dari kak Arsel, apa mungkin itu kakak nya kak Arsel?
Rumah ini terdapat beberapa ruangan seperti tempat untuk gym, bermain musik, dan di satu ruangan lagi ia tidak sempat untuk mencuri lihat lagi lewat jendela berkaca tebal itu karena sekarang ia merasa ada seseorang yang sedang berdiri di belakangnya.
Dengan perlahan Pricil membalikkan badan menghadap ke seseorang yang ada di belakangnya. Pricil terdiam, dia menatap lurus orang yang ada di hadapannya sekarang dengan ekspresi terkejut dan juga bingung.
"Halo"
"...."
"Kamu Pricil bukan? "
"...."
"Haha kamu itu lucu sekali cocok banget sama si Arsel"
'Apa? Aku? Cocok sama kak Arsel? '
KAMU SEDANG MEMBACA
Stalker
Teen FictionStalker? Iya. Bila lo menyukai seseorang dan diam-diam lo memandangnya dan mencari tahu orang yang lo suka itu dengan mengotak-atik di sosmed dan berharap orang yang lo suka itupun pada akhirnya bisa membalas perasaan lo namun tak disangka itu sudah...