15- Kembali Normal

63 11 4
                                    

"Kak! Lu lagi nabung kata?! Dari tadi hamm hemm mulu!" Teriakku dari ruanganku.

"Lo fikir ini siang?! Udah malem! Digrebek warga komplek lu ntar teriak teriak!" Tanggap Kenna kelewat keras dari dalam dapur yang sepertinya sedang mengobrak ngabrik lemari es.

"Lu juga teriak kak!" Aku mengeraskan suaraku. Bukan membentaknya. Gak sama kan?

"Bisa diem gak sih lu?!" Teriaknya. Tunggu-tunggu. Dia bukan Kenna. Jangan-jangan...

"KALO MAU SAWERAN JANGAN DI KOMPLEK! DI MALL SANA BEGO!!" Lanjutnya saat tak mendengar suaraku lagi.

Aku membungkam mulutku rapat-rapat dan mengedipkan mata berkali-kali. 'Mana ada saweran di Mall?'. Aku berjalan perlahan menuju balkon menggunakan ujung-ujung jari kaki ku. Jangan bayangkan aku sedang balet. Tanganku masih mendekap erat mulutku. Aku melepaskan bungkamanku kesal dengan raut muka malas saat melihat ada seseorang yang mendongakkan kepalanya ke atas sambil berkacak pinggang melihatku.

"Biasa aja kali!" Teriak ku.

"Eh toa! Bener-bener lu ya. Lu yang gak biasa!" Teriak Ellard kasar.

"Bacot! Lu kenapa kerumah gue malem-malem?!"

"Kalo lo gak ganggu gue, gue gak bakal ada disini, ngablak banget sih mulut lo?!" Ellard menekan kata 'ngablak' .

"Udah sana balik! Gue mau istirahat!"

"gak lo suruh gue juga bakal balik! Awas lu ya teriak-teriak lagi! Gua siram pakek cor-cor an asapal lu!" Ancam Ellard kemudian meninggalkan pekarangan rumahku.

'Emang suara gue sekeras apa sampe kedengeran sampe rumah si basong?'

"Siapa?" Bisik Kenna takut orang yang di maksud akan kembali berdemo lagi.

"Ellard." Lirihku sambil meletakkan kedua tanganku di samping mulut.

"Orang baru itu? Kayaknya sendirian di rumah ya le, kasian. Paling ditinggal istrinya. Tunggu! Jangan-jangan lu demen sama om om itu." Lirih Kenna mendekatiku.

"Jijiiiiiiiikkkk!! Ellard itu masih SMA! Buset bener-bener ya!" Teriakku lagi sambil menarik selimut dan melilitkan pada badanku.

Kenna langsung loncat membekap mulutku rapat. Aku melepasnya paksa kemudian menatap Kenna dengan tatapan 'salah saya dimana?'.

👟👟👟

Aku berjalan gontai menenteng tas motif abstrak milik ku. Menatap setiap langkah sepatuku yang berjalan ke depan. Sempat memaksa daun-daun dan beberapa kerikil untuk pergi dari jalan trotoar yang akan ku lewati. Tidak membutuhkan waktu lama, kini aku sudah melewati gerbang tinggi milik gedung sekolahku. Tidak bisa dibilang aku tidak memiliki semangat belajar. Tapi tidak juga saat dibilang aku memiliki semangat belajar. Ya, standart orang bersekolah.

Aku melewati banyak sekali manusia-manusia yang sedang berjalan menuju kelasnya, bergosip, bahkan berlari-lari mengejar pacarnya. Hiks... jadi thedih

"Ahya! Aku lupa!" Aku berbicara kepada diriku sendiri sambil mencari-cari ponsel ku di saku ranselku. saat aku berangkat tadi, ponselku sempat berbunyi, dan saat itu pasti malas-malasnya membuka ponsel yang mungkin dari seseorang yang selalu mengingatkanku akan bonus-bonus pulsa sms dan i-ring gaul dan keren. Katanya. Aku membuka ponselku kemudian membuka notifikasi pesan itu.

Farrell sayang : gue mau ketemu sm lo ntar.

'Buset! Dugong kepala brokoli, nama kontaknya njer.'

Linnea : iya, dimana? (Delete)

'Males banget! Mending gak usah dibales. Kan beres.' Batinku sinis tapi tidak mematikan.

Already FairTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang