14- sebuah usaha

95 19 7
                                        

Akhirnya sampai saat ini aku telah sadar bahwa kenyataannya, kemarin aku hanya berjuang sendiri. Kami berdua, aku dan Farrell sama-sama bahagia. Tapi tidak pada sesuatu yang sama. Aku bahagia saat Farrell selalu ada dan selalu membuat ujung bibirku menarik dengan sendirinya. Sedangkan Farrell, ia bahagia saat kak Cara menghardikku dan ceweknya merasa aman dan terlindungi oleh seorang monster pedas. Jadi, kesimpulannya aku hanya makanan untuk peliharaan buas milik teman ayahnya, yang sengaja di titipkan kepada Farrell. Pernyataan itu sudah cukup jelas bagiku.

Pagi ini aku terlihat bercahaya seperti biasanya. Yang jelas, Fake. Yaa, kurasa tak akan lama melupakan seseorang yang awalnya aku cintai dan akhirnya melukai. Sekarang aku hanya butuh sebuah usaha. Usaha melupakan Farrell. Bahasa kerennya move on.

Aku berjalan ke sepanjang koridor alas gedung tanpa Farrell atau siapapun. Kufikir sekarang aku menjadi model contest fashion show. Semua orang yang melewatiku dan sempat melihatku, sepertinya sedang membicarakanku.

Tumben tuh sendiri. Cowoknya kemana?

Sendirian aja, putus ya?

Kayaknya kemaren masih gandengan.

Biasanya jalan sama cowoknya. Kok sekarang nggak?

Putus kali mereka, dia jomblo dong!

Hahahahahhahahahahhahahhaahhahahahahhahahahhhhahahahahahahahahahahahahahahahhhahahahahahahahahahahahahahahahahahahahahahahahahahahahahahahahahahahahaa!!!

WHATEVER-LAH! GAK PEDULI LU SEMUA BILANG APA!

Aku menjinjing tas ku dan berjalan memasuki ruang kelas ku. Sedetik semua orang melihatku, kemudian melanjutkan aktifitas mereka lagi. Kufikir ia akan bergosip tentangku atau menayakanku. Yaa, mungkin beritanya belum kesebar.

Aku duduk dan melesatkan tubuh ku di bangku. Aku langsung menunduk mengingat semalam kurang tidur karna ada pekerjaan rumah dari pak Bowo. Belum lagi teringat tentang Farrell. Aduhhh jadi dia lagi kan!

Sejurus kemudian aku mendengar suara cowok (yang pernah aku dengar, tapi di mana ya, yang pasti aku mengenal suaranya) sedang memanggilnya untuk menyuruhnya duduk di sampingnya. "Bro, sini bro!"

Aku melirik. Kini sudut mataku menatap sosok yang sepertinya pernah aku lihat sebelumnya sedang berdiri di depan kursi pojok bagian belakang dan berbincang-bincang kepada temannya. Sekarang sepertinya temannya itu melirikku atau seseorang yang berada didepanku. Orang yang berdiri itu sepertinya juga penasaran dan melengos menatap ke arah ku.
ASTOGE! NGAPAIN DIA KESINI? Batinku menyumpahi Farrell.

"Oi"

Aku terkejut saat Ellard sudah duduk manis di sampingku. Aku membulatkan mataku sambil tersenyum lebar. Aku membuat Ellard bingung dan mengerutkan dahinya sampai akhirnya ia menemukan Farrell di pojok saat ia memandangi langit-langit dan dinding-dinding kelas.

"Ooooohhh" Ellard membulatkan bibirnya sambil mengangguk-angguk faham.

Ellard tiba-tiba merangkul leherku dan mengajakku keluar seperti kebiasaanku bersama Farrell. Awalnya aku sudah menepis tangannya dan menolak dengan melototinya. Tapi, tangan Ellard sangat kuat sehingga aku hanya bisa mematung seperti hewan peliharaannya. Sedangkan Farrell di pojok, sedang melihatku ntah tatapan apa itu. Kalo aku bilang Farrell cemburu, ya jelas saja tidak mungkin karna Farrell hanya pura-pura bahagia saat bersamaku.

"Oi! Apaansi lo!" Sontak aku meminta penjelasan kepada Ellard.

"Sumpek aja. Sini sini," ucap Ellard kelewat enteng dan menepuk-nepuk samping tempat duduk yang melingkari pohon itu.

Already FairTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang