"Ken?" Aku mematung melihat meja makan kosong di depanku sambil menenteng tas.
"You know lah, le. Semalem lupa ngisi kulkas." Ucap Kenna tersenyum tipis kepada ku.
"Trus? Gak sarapan dong gue?"
Aku melihat ponsel ku dan berjalan keluar. Aku menarik pintu ruang depan dan keluar sambil menyelempitkan rambut yang menghalangi pandanganku ke belakang telinga.
Aku mendapati wajah bahagia Farrell pagi itu. Kurang lebih selalu seperti itu.
••••
Aku berjalan di koridor dasar gedung bersama Farrell. Ruang baruku tidak jauh dari ruang kelas lamaku yang sama-sama berada di lantai dua.
Belum sampai masuk kelas, aku melihat ruanganku tidak jauh berbeda dengan ruang kelas lamaku. Aku celingukan mencari tempat duduk yang kosong. Semua meja sudah penuh. Salahku juga, tidak langsung masuk kelas melainkan berbicara tidak jelas bersama Jolie.
"Duduk dimana kalo udah gini?" Gumamku lirih.
Hanya ada satu meja yang tersisa di bagian belakang sendiri. Mana mungkin aku duduk di sana? Bersama orang yang sedang menatap ku sambil tersenyum sekarang.
"Males sekolah nih gue." Gumamku.
Aku memutar bola mataku dan menghampiri meja di depan Ellard.
"Eh tukeran dong, lo di belakang."
"Gue rabun nih." Aku melihat Ellard yang memiringkan senyumannya.
"Yaudah lo ke depan situ aja. Dia biar pindah ke belakang."
"Yang di depan tuh rabun semua." Aku melihat ke sekeliling. Mereka semua berbincang bincang dengan teman sebangkunya ada juga yang berkumpul. Kalo udah akrab susah nih suruh pindah. Apalagi sama dia. Aku menatap Ellard yang sedang bermain ponsel dengan kaki kanan menyila dan meletakkan tangan kirinya pada punggung kursi kosong dosampingnya.
Aku menatapnya kesal dan melemparkan tas ke meja samping Ellard. Ia kemudian meletakkan ponselnya ke saku dan menatapku jail.
"Wah, lo kok ada disini." Tanya Ellard dengan posisi menopang dagunya dan tersenyum jail. Barusaja akan melangkah pergi keluar, seorang wanita tua yang kuyakini wali kelas datang dan memerintahkan untuk membersihkan kelas. Setelah wali kelas pergi, aku langsung beranjak keluar kelas menuju kantin. Tempat pelarian terhebat. Aku menopangkan dagu sambil mengaduk teh dengan tangan kananku. Aku berpikir apa lagi yang akan direncanakan Ellard untuk membuat hubunganku hancur.
"Jangan terlalu percaya sama yang namanya cowok!" Teriak Ellard sok bijak.
"Lo juga cowok," cibirku.
Filosofi Ellard memang benar. Jangan terlalu percaya sama yang namanya cowok, contohnya Ellard sendiri. Farrell lebih baik dibanding Ellard.
Aku mengerjapkan mata dan meminum teh sambil memainkan ponselku.
"Lea!" Sapa keras Jolie membuatku tersedak.
"Apa?" Ucap ku sambil menyingkirkan rambut bagian depan ke belakang.
"Gimana nih sama Ellard?" Jolie tertawa.
"Seneng ya lo lihat gue menderita."
"Kocak sumpah. Trus lo duduk sama siapa?"
"Sama Ellard." Ucapku membuat Jolie berhenti tertawa. "Sumpah itu gue juga gak pengen." Ucapku gelagapan menjelaskan. Jolie yang kufikir akan tanya hal selanjutnya malah teryawa lebih keras dari sebelumnya.
"Diem. Malu gue." Aku membekap mulut jolie dan menariknya keluar kantin.
Aku berjalan santai mengelilingi gedung dan akhirnya berhenti di pinggir lapangan basket sekedar bersantai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Already Fair
DiversosSeseorang telah datang menghibur dan kemudian meninggalkan tanpa menggubris perasaan Lea. Saat itu juga Lea sedikit berubah sifatnya hingga masuk lagi ke dalam persoalan Cinta dan perasaan. Lihat saja bagaimana kisah Lea, menyudahi lalu berhenti kem...